Kebaktian Peluncuran Injil Markus, Cerita Yusuf (Kejadian 37-50), dan Buku Lagu dimulai. Ketiga produk ini ditulis dalam Bahasa Klamu. Bahasa yang nyaris punah di Pantar. Bahasa yang berdampingan dengan Bahasa Teiwa, Bahasa Blagar dan beberapa bahasa lainnya di dalam pulau Pantar.Â
Tata ibadah disusun sedemikian rupa sehingga peserta kebaktian sungguh-sungguh fokus di dalamnya. Kidung pujian, pembacaan ayat kitab suci, khotbah semuanya dalam Bahasa Klamu. Khusus pada acara pemberkatan dan peluncuran ketiga produk tertulis, diawali tarian mengantar produk tertulis di hadapan para pelayan/pendeta. Mereka akan mendoakan sebelum diserahsebarluaskan kepada umat/masyarakaat untuk dimanfaatkan. Pdt. Nianen F.B.Jahapay, S.Th memimpin kebaktian dan doa pemberkatan. Catatan tentang hal ini PA tempatkan di sini dan di sini.
Seluruh rangkaian kegiatan ini diakhiri dengan sambutan-sambutan oleh Konsultan Ahli Bahasa, Prof. Dr. Charles Grimes, Ph.D, pejabat yang mewakili Bupati Alor, dan pejabat yang mewakili MS GMIT, Pdt. Nico Lumbakaana, M.Si.Teol.
Sementara itu, seorang ibu mewakili masyarakat/umat menyampaikan ungkapan rasa terima kasih kepada para pihak yang hadir pada peristiwa ini khususnya kepada institusi keagamaan MS GMIT & UBB GMIT serta Pemerintah Kabupaten Alor dan jajarannya hingga desa dan kelurahan serta masyarakat desa Bandar.
Mitos dan Cerita Unik Menarik
PA mendapat posisi penginapan pada rumah yang penghuninya seorang tokoh masyarakat yang sangat disegani dan dihormati. Rupanya ini menjadi suatu kehormatan dan kesempatan.
Saat senggang kepada PA, sang tokoh bercerita banyak hal walau suaranya tak terdengar jelas. Sang tokoh bernama Desius Lalang (76 tahun). Ia pernah menjabat sebagai Kepala Dusun dan anggota Majelis Jemaat di Karmel Balungada Nedabang dalam fungsi sebagai Penatua. Ia mengisahkan dua mitos.
Mitos tentang Gempa
Diceritakan bahwa pada zaman dahulu, di dasar bumi telah dipancangkan satu tiang besar. Tiang yang amat kokoh yang olehnya bumi tak dapat bergerak. Pada tiang itu ditambatkan seekor sapi (mungkin juga kerbau) jantan yang amat besar. Sapi (kerbau) itu diyakini sebagai penunggu bumi (pulau Pantar).Â
Segala musim dan waktu berlalu. Panas, dingin, hujan dan badai, hingga gelombang laut menyiram permukaan bumi Pantar. Semuanya berlangsung pada alur waktunya.
Pada alur waktu tertentu bumi Pantar bergoyang. Ketika bumi Pantar bergoyang, diasumsikan (atau diyakini) bahwa Sapi (kerbau) penunggu bumi yang menggoyang-goyang (geleng) kepalanya. Goyangan atau gelengan itu terjadi oleh karena ada bangsa semut yang masuk ke telinganya. Semakin banyak bangsa semut masuk ke lubang telinga sang penunggu bumi Pantar (sapi/kerbau), semakin kuat goyang/gelengnya.