Mohon tunggu...
Roni Bani
Roni Bani Mohon Tunggu... Guru - Guru SD

SD Inpres Nekmese Amarasi Selatan Kab Kupang NTT. Bahasa dan Kebudayaan masyarakat turut menjadi perhatian, membaca dan menulis seturut kenikmatan rasa.

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Takutnya Nanti Nggak Ada yang Milih

8 November 2023   12:44 Diperbarui: 8 November 2023   12:53 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://www.cnnindonesia.com/

Judul pada tulisan ini dikutip dari wawancara pada satu kesempatan antara Helmi Yahya (HY) dengan Gibran Rakabuming Raka (GRR). Kira-kira pada waktu itu sebahagian wawancara itu sebagai berikut:

HY : kalo ngomong pemimpin muda, 'kan sudah nggak ada saingan lagi?

GRR: Umunya belum cukup!

HY: 'Kan lagi diperjuangkan ... .

GRR: 'kan belum tentu gol juga

HY: kalau sudah gol, okey?

(suara gemuruh penonton... )

GRR: takutnya nanti nggak ada yang milih

...

... 

Yeny Wahid menambahkan, jawabnya tadi, takunya nggak ada yang lirik, ... bukan lirik, ... ditarik... ... (dan seterusnya), dapat dilihat pada video berikut ini. 


Demikian cuplikan wawancara yang menarik ini, yang dijawab seperti sangat berhati-hati.

Selanjutnya publik sudah mengetahui hasil akhir dari apa yang kiranya dideskripsikan sebagai drama politik oleh institusi yang dibentuk dari hasil kerja kerjas Reformasi 1998, yakni Mahkmamah Konstitusi. Keputusan yang telah dipikirkan sampai benar-benar masak, dibacakan dan telah menjadi konsumsi publik, bahkan langsung berada dalam tataran perwujudannya. Keputusan Mahkmamah Konstitusi yang disambut riang oleh Prabowo Subianto dan partai-partai yang tergabung dalam Koalisi Indonesia Maju (KIM). Prabowo Subianto telah berketetapan hati menggandeng Gibran Rakabuming Raka. Keduanya berada dalam satu paket pasangan calon presiden dan calon wakil presiden. 

Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah menerima dan mendaftarkan mereka. Prosedur, tahapan dan pemenuhan persyaratan sudah dan sedang dijalani oleh para pasangan calon (paslon) presiden dan wakil presiden. Pemeriksaan kesehatan, sosialisasi diri (yang bukan kampanye), diskusi di berbagai tempat atas undangan atau yang diadakan untuk maksud sosialisasi paslon, pemasangan baliho dan lain-lain. Semua itu menarik perhatian publik. Persepsinya pun variatif.

Mungkin sudah diduga sebelumnya oleh publik bahwa akan ada kelompok masyarakat tertentu yang akan melakukan sesuatuyang sifatnya "menggugat" keputusan Mahkamah Konstitusi. Mungkin. Faktanya demikian. Menurut laman resmi Mahkamah Konstitusi teredapat 21 laporan dugaan kode etik dan perilaku Mahkamah Konstitusi. Dua puluh satu laporan ini masuk ke meja Mahkamah Kehormatan Mahkamah Konstitusi (MKMK) yang diketuai oleh Jimly Asshiddiqie. 

Sidang-sidang MKMK telah berlalu, dan telah dibacakan keputusan MKMK pada tanggal 7 November 2023. Amar putusan ini menyangkut para hakim konstitusi, namun ternyata publik mengarahkan pancaindra pada satu orang hakim konstitusi yakni, Anwar Usman, Sang Ketua MK. 

Pemberitaan tentang hal ini memenuhi jagad informasi. Dukungan, kritik dan lain-lain telah "meretakkan" persatuan atas nama polemik, berbeda pandangan dan pendapat di ruang publik. Respon tiga kubu terdengar saling berbeda walau secara prinsip menerima keputusan itu. Para kubu pengusung dan pendukung paslon presiden dan wakil presiden terus memasang kuda-kuda gerak pemenangan. Siapakah yang merindukan kekalahan dalam kompetisi berkelas prioritas dan primadona ini, pemilihan presiden dan wakil presiden?

Prabowo Subianto-Gibran Rakabumbing Raka telah mendapat dukungan publik secara luas, walau di sana-sini terdapat penilaian pada GRR sebagai telah melanggar etika. GRR sendiri menanggapi dengan pernyataan yang bagai sedang menghemat kata.

"Ya sudah, saya ngikut saja, ... " dan "Makasih, keputusannya ngikut saja." (sumber)

Jika jawabannya seperti ini, penanya mana pun akan tiba pada titik. Ia tidak lagi punya kesempatan bertanya selanjutnya. Hal yang sama terjadi ketika Helmy Yahya mewawancarainya atau yang terlihat pada program Rossi di Kompas TV. Berkali-kali bila para awak media hendak mewawancarai dipastikan GRR akan memberikan respon, namun sangat menghemat kata-kata. 

Lalu, akankah pelanggaran etika  oleh Anwar Usman sebagaimana telah disebutkan oleh MKMK itu akan berdampak pada keterpilihan paslon Prabowo Subianto - Gibran Rakabuming Raka? 

Publiklah yang akan menentukan pada saatnya, sementara mesin partai pengusung dan pendukung akan bekerja keras untuk pemenangan. GRR sendiri menghadiri peresmian Tim Kampanye Nasional (TKN) paslon Prabowo-Gibran. Ia berpesan, "Pesan saya hanya satu bagi yang tergabung dalam TKN ini, pesan satu saja. Pastikan kapal besar Koalisi Indonesia Maju berlabuh di dermaga kemenangan,"  (sumber).

GRR telah lupa pada pernyataannya tentang  kekuatirannya (ketakutannya) nggak ada yang milih. GRR dan pasangannya serta TKN dan semua pemangku kepentingan sedang dan terus akan bekerja keras untuk mewujudkan visi, misi dan program-program strategis nasional yang mereka siapkan sembari meneruskan yang sudah dan sedang berlangsung. 

Apakah mereka akan terpilih dan keluar sebagai pemenang sehingga akan dapat mewujudkan visi bersama Indonesia Maju menuju Indonesia Emas 2045, Asta Cita sebagai misi, 17 program strategis dan 8 program cepat terbaik? Pada saat itu, GRR mungkin akan memberi jawaban lagi, sudah tu, sudah ada yang milih? Ini jika mereka menang, lalu bila mereka berada di posisi kedua atau ketia, kira-kira apa jawabannya?

Akh... etika para pelaku politik praktis akan menjadi teladan , seorang pemuda telah mengguncang Indonesia dan dunia setelah keluar keputusan MK. Kini, telah pula keluar keputusan MKMK dan  para pemuda bagai sedang menepi untuk berefleksi. GRR yang biasanya menghemat kata-kata, kini lebih menghemat lagi. Ucapan-ucapannya sungguh sangat berhati-hati agar tidak terjadi bias makna dan multitafsir. Pendengar, penonton atau pembaca akan bingung atau jelas pemahaman, siapa yang mengetahuinya? 

Semoga refleksi para pemuda  yang merindukan untuk naik ke pentas politik praktis di sudut kehidupan masing-masing akan berdampak pencerahan agar ketika kembali ke pentas politik praktis, semua pendukung dan pengusung bertepuk tangan sambil berdiri. Tepuk tangan yang demikian terjadi bila paslon Prabowo-Gibran keluar sebagai pemenang.

 

Umi Nii Baki-Koro'oto, 8 November 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun