Mohon tunggu...
Roni Bani
Roni Bani Mohon Tunggu... Guru - Guru SD

SD Inpres Nekmese Amarasi Selatan Kab Kupang NTT. Bahasa dan Kebudayaan masyarakat turut menjadi perhatian, membaca dan menulis seturut kenikmatan rasa.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Gangguan Jiwa dan Inspirasi Pagi

2 Oktober 2023   11:35 Diperbarui: 2 Oktober 2023   11:45 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://bali.tribunnews.com/

Contohnya pemberian nama pada anak, nama yang kelak terus melekat pada tiap individu sampai selamanya. Nama yang khas menurut tata cara memberi nama kepada anak dalam keluarga-keluarga Atoni' Pah Meto' menjadi bergeser. Contoh: bi Funan, artinya seorang perempuan bernama Funan, nai' Funan, artinya seorang laki-laki bernama Funan. 

Beberapa contoh nama PA sebutkan, seperti: bi Raku, nai' Toro', nai' Kono, bi Kono, nai' Seka', bi Seka', nai' Paru, bi Paru, bi Taku,nai' Taku, dan lain-lain. Mengapa semua ini "dibuang" dan dilepaspisahkan dari budaya Atoni' Pah Meto'? 

Semua nama yang demikian tidak ditemukan dalam dokumen-dokumen kependudukan yang dimiliki individu-individu anggota masyarakat Atoni' Pah Meto'. 

Mengapa? Karena tidak menggunakan nama itu ketika mencatatkannya pada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil untuk mendapatkan Akta Kelahiran. Nama yang demikian diasumsikan sebagai berbau kafir, karena dimiliki oleh para leluhur yang belum mengenal agama dan apalagi Tuhan.

Maka, ketikan orang menggunakan nama yang demikian itu, contoh: nai' Tanis, atau bi Tanis, nama yang demikian itu dianggap kafir. Nama yang kafir akan mengkafirkan pemilik nama itu.

Orang merasa "naik kelas", bergengsi dan beragama (rohani) bila nama yang disematkan padanya diperoleh dari Kitab Suci. Nama dari kitab suci itu disematkan kepada anak yang lahir, sambil tetap mempertahankan nama  marga (nonot, nonoh). Perhatikan dua contoh ini: Paulus Abineno... kata/istilah Paulus merupakan nama salah satu tokoh dalam Kitab Suci (Alkitab). Sementara Abineno merupakan "penanda" dari mana asal (uuf) sang pemilik nama. 

Hal yang sama terjadi pada penganut agama Islam. Namanya khas Islami, namun tetap mempertahankan nama marga (nonot, nonoh). Contoh: Muhammad Masneno. Kata/istilah Muhammad, jelas menunjukkan budaya penamaan yang khas Islami dari dunia Timur Tengah, sementara kata/istilah Masneno, jelas menunjukkan dari mana asal pemilik nama Muhammad. 

Dan seterusnya... . Nama-nama yang demikian diasumsikan sebagai nama yang rohaniah,religius dan mungkinsaja sebagai "modal ke surga". haha... 

Sementara nama individu masyarakat Atoni' Pah Meto' yang sebelum datangnya agama semawi, nama itu diasumsikan sebagai kafir, tidak rohani, tidak religius. Nama itu disebut kaan nitu ~ artinya nama (berbau) setan, dan nama  baru itu disebut kaan kase ~ nama asing. 

Akhirnya, PA berhenti menulis catatan (chat), namun Sang Sahabat masih bertanya tentang istiah pah ma nifu... yang mengantar PA untuk memberikan tambahan istilah yang khas masyarakat Atoni' Pah Meto' dan memberi jawaban pendek. Istilah-istilah itu yakni pah ma nifu, faut kanaf - oe kanaf. Dua istilah yang sangat filosofis, namun secara sederhana dapat diuraikan sebagai berikut:

Pah ma nifu, artinya suatu area tempat tinggal bersama dalam komunitas di permukaan bumi/tanah (pah). Pada permukaan tanah itu diperlukanlah air di dalam kolam alamiah (nifu) dengan ukuran tertentu untuk kebutuhan sehari-hari. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun