Mohon tunggu...
Roni Bani
Roni Bani Mohon Tunggu... Guru - Guru SD

SD Inpres Nekmese Amarasi Selatan Kab Kupang NTT. Bahasa dan Kebudayaan masyarakat turut menjadi perhatian, membaca dan menulis seturut kenikmatan rasa.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pelatihan Guru dengan Pendekatan Kelompok Kecil

9 Juli 2023   18:36 Diperbarui: 9 Juli 2023   18:43 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Dua ketrampilan dasar telah dimiliki anak yakni berbicara dan menyimak. Mengapa dua potensi dasar itu diabaikan ketika berada di ruang kelas? Bukankah guru sebaiknya meningkatkan dua potensi itu dengan mengajarkan proses menulis dan membaca dari apa yang sudah dimiliki anak? Menulis kata-kata yang sudah diketahuinya melalui ucapan (berbicara) dan mendengarkan (menyimak).

Contoh. Bila dalam bahasa daerah anak menyebutkan nama binatang kesayangannya seperti kucing, maka ia akan diajari cara menulis lambang bunyi yang dihasilkan dari kata itu. Bahasa Meto' menggunakan kata meo atau mea. Guru yang kreatif dan teliti akan membelajarkan ketiga lambang bunyi itu, lalu anak akan menulis, membaca, berbicara (cerita) dan menyimak.

Bagaimana prosesnya?

Kepada anak disediakan kartu-kartu huruf, gambar, baik gambar yang berdiri sendiri maupun gambar berangkai-beruntun. Gambar-gambar akan bercerita tanpa lambang bunyi. Anak yang akan bercerita dengan melihat gambar. Anak akan menulis lambang bunyi dengan melihat gambar. Anak akan menulis kalimat sederhana hingga cerita sederhana dengan melihat gambar. Bukankah ini merupakan ketrampilan dasar berliterasi: membaca, menulis, menyimak dan berbicara?!

Dampak pelatihan dengan pendekatan Kelompok Kecil

 Suatu pendekatan pelatihan yang sudah lazim yakni melakukan apa yang disebut Training of Trainers (ToT). Bila pendekaan ini digunakan, maka sesudahnya para terlatih dalam ToT harus melatih lagi rekan sejawatnya.

PMB UBB GMIT menggunakan pendekatan Kelompok Kecil. Guru yang dilatih cukup 4 - 6 orang tiap kelompok dengan seorang Fasilitator. Pelatihnya disebut Fasilitator oleh karena tugasnya memfasilitasi para guru untuk aktif, kreatif namun teliti/cermat. Fasilitator tidak menjadi pengisi botol kosong. Fasilitator dibekali untuk memotivasi para guru yang "pasif" menjadi aktif.

Hal ini terlihat dan sangat dirasakan perbedaannya. Guru yang "pasif" biasanya diam saja, namun dalam kelompok kecil, ia tidak dapat berdiam diri. Fasilitator tidak menempatkan diri sebagai sumber pengetahuan dan ketrampilan, karena para guru telah memiliki pengetahuan pedagogik yang disertai ketrampilannya. 

Pertanyaannya, apakan pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki itu sudah diterapkan secara maksimal untuk mengaktifkan siswa di ruang-ruang kelas?

Faktanya tidak selalu demikian. Oleh karena itu, PMB UBB GMIT melatih guru dalam kelompok kecil agar lebih efektif menemukan ketrampilan yang sesungguhnya dari para guru. Maka, mereka pun sangat antusias mengikuti pelatihan ini, bersemangat dan bahkan bersyukur mendapatkan undangan dan kesempatan menjadi peserta pelatihan ini.

Penutup


Pelatihan itu telah berakhir. Para guru telah memberikan testimoni yang membanggakan PMB UBB GMIT. Para guru telah kembali ke kampung masing-masing. 

Pada tahun pelajaran baru ini (2023/2024), setiap pagi 35 menit akan ada penerapan pendekatan KoMBAD di ruang kelas I untuk dua mata pelajaran yakni Bahasa dan Pendidikan Agama Kristen. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun