Kaum pelajar mereka-reka masa depan. Sesering mungkin mereka berdiri di tengah kota melengkingkan suaranya agar membahana di seantero kota. Terdengarkah suaranya?
Kaum birokrat di segala lapisan, baik berbatik hingga berjuber pangkat di dada hingga bahu dan petnya. Senyum disungging sambil mendongkol manakala membaca kabar ketidakadilan di sudut kampung. Anak gadis dihamili ayahnya; ibu membuang bayi dari hasil hubungan gelap; gadis dan perjaka diperjualbelikan, duit dirogoh dari kantong terprogram, dan sangat beragam kabar tersiar. Di antara kabar tersiar, di sana ada kabar tentang patung sentral kota yang mengantarkan kebanggaan semu.
Kaum miskin kembali ke pinggir kota. Menatap dua bangunan megah di tengah kota. Pikiran melayang pada gestur keduanya yang terus bercerita tentang masa lampau mereka dan harapan masa depannya. Sekembalinya dari pinggir kota yang membatasi kaum elit dengan kaum miskin, perut mereka keroncongan, dan kulit kaki melepuh setelah menjejak ter yang ditempelkan licin di jalan yang dilewati kaum penawar haus dan lapar.
Umi Nii Baki-Koro'oto, 7 Juli 2023Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H