Mohon tunggu...
Roni Bani
Roni Bani Mohon Tunggu... Guru - Guru SD

SD Inpres Nekmese Amarasi Selatan Kab Kupang NTT. Bahasa dan Kebudayaan masyarakat turut menjadi perhatian, membaca dan menulis seturut kenikmatan rasa.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Selebrasi Puncak Perayaan Hari Kelahiran Herodes dan Puisi Butet Kertaredjasa

30 Juni 2023   10:05 Diperbarui: 30 Juni 2023   10:10 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seniman Butet Kertaredjasa, Sumber: https://rm.id/baca-berita/nasional

"I am a slow walker, but I never walk backwards." Abraham Lincoln

Hari Kelahiran Bertanggal

Setiap orang yang pernah lahir, dipastikan lahir pada satu satuan waktu. Satuan waktu itu disebut hari kelahiran. Pada satuan waktu tersebut orang menyebutkan dan menuliskan secara tepat tempat kelahiran dan tanggalnya yang terdiri dari satu hari berbilangan/angka tanggal dalam bulan berjalan dan angka tahun. Hari kelahiran bertanggal itulah yang akan menjadi penanda bertambahnya umur seseorang. Pada hari kelahiran bertanggal itu akan dirayakan setiap tahunnya. Nama hari dapat berulang oleh karena hari-hari dalam seminggu, tetapi nama bulan akan tetap, sementara angka tahunnya akan terus bertambah menurut deret angka maju.

Kaum atau komunitas yang tidak sempat mencatat hari kelahiran bertanggal, biasanya ingat sesuatu peristiwa di sekitar hari kelahiran. Misalnya kelahiran pada suatu musim seperti orang pedesaan akan ingat musim menyiapkan ladang, menanam, menyiangi, atau panen. Bila bukan pada musim seperti itu, dapat saja diingat pada musim penghujan atau kemarau, dan lain-lain. Sementara di masyarakat pantai kira-kira akan menyebut saat panen ikan melimpah atau paceklik panen, air laut pasang atau surut, kecelakaan dan lain-lain peristiwa yang menjadi penanda seseorang lahir. Kemudian mereka yang berpendidikan akan menentukan satu tanggal dan bulan serta tahun yang disesuaikan dengan cerita peristiwa.

Baca juga: Bertemu

Pengetahuan tentang sejarah penanggalan tentu sudah menjadi pengetahuan pada publik, termasuk penamaan hari dan bulan. Semuanya itu berawal dari situasi tertentu yang dialami oleh kaum dan komunitas bahkan bangsa tertentu yang "memaksa" mereka untuk menguras olah pikir agar mendapatkan sistem yang tepat agar menjadi titik penanda bagi setiap insan, komunitas dan hingga suku bangsa dan bangsa.

Kita mengetahui adanya kalender Julianus dengan sejarah penggunaannya hingga diganti dengan kalender Gregorian. Perhitungannya menggunakan gerak semu matahari. Kita pun mengetahui kalender Hijriyah yang menggunakan gerak bulan. Kalender suku Maya, Tzolkin dan di Indonesia ada kelender Kejawen dengan nama-nama hari yang unik menarik. 

Satu (sumber)Penamaan hari pun pada dasarnya mengikuti pola berbahasa dan peristiwa tertentu dalam aliran kepercayaan pada zamannya, demikian pula nama bulan. Maka, tersebutlah nama seperti Sunnandaeg menjadi Sunday; Monandaeg menjadi Monday, Tiwesdaeg menjadi Tuesday, Saetersbdaeg menjadi Saturday; sementara nama dewa seperti Woden, Thor, Frigg disematkan pada hari Wednesday, Thursday, dan Friday. Suatu penamaan yang menarik termasuk penanggalannya sejak zaman Mesir dan Romawi Kuno dan bangsa-bangsa lain yang tingkat peradabannya telah mengalami pergeseran untuk tiba pada pengetahuan yang sifatnya abstraksif.

Kini manusia modern menggunakannya bahkan dimulai dari second yang sungguh amat sangat cepat namun diterima sebagai suatu ketepatan dalam perhitungannya.

Oleh karena itu, orang mencatat hari kelahiran sebagai titik berangkat menghitung pertambahan umur baik sebagai individu maupun institusi. Maka tengoklah, setiap individu merindukan hari kelahirannya diperingati baik secara sederhana hingga gelimang kemewahan. Tensi sukacita antara pun terasa berbeda antara penyelenggaraan yang sederhana dengan semerbak kemeriahan dan kemewahan. 

Peringatan hari kelahiran bukan saja oleh individu, tetapi institusi yang membiangkai satu komunitas, hingga satu negara yang memapah dan menggendong anak bangsa di dalamnya. Institusi pun bervariasi entitas dan identitas yang memberi warna berbeda pada saat peringatan hari kelahiran. Maka, durasi kegiatan untuk kemeriahan itu sering ditentukan untuk sekian hari, bahkan dapat menjadi bulan khusus dan istimewa.

Tengoklah Pekan Raya Jakarta (PRJ). PRJ diadakan sebagai satu paket terpadu dengan peringatan hari kelahiran Kota Jakarta. Semarak dan kemeriahan PRJ rasanya menyelubungi tujuan utama peringatan hari kelahiran kota Jakarta. Kesan terpatri setiap tahun ketika mendengar ucapan frasa peringatan hari kelahiran kota Jakarta, maka imej akan mengarah ke PRJ.

Lihatlah kemeriahan peringatan 17 Agustus yang diterima sebagai hari lahirnya NKRI; puncak peringatan ditandai dengan upacara di istana negara di pusat pemerintahan dan menyebar ke seluruh penjuru tanah air. Kemeriahan itu membekas dalam ingatan. Semua itu bagai selebrasi bangsa agar sesudahnya ada motivasi untuk menggeser langkah maju sebagai satu bangsa dalam langgam pembangunan dan pengembangan sumber daya. 

Demikian sekilas urai tentang hari kelahiran bertanggal? PA akan kembali ke judul.

Selebrasi Gadis Belia pada Hari Kelahiran Herodes

PA bukanlah seorang pembaca kitab suci (Alkitab) secara rutin, namun pernah saja membaca cerita tentang perayaan hari kelahiran seorang Herodes. 

Siapakah Herodes sehingga hari kelahirannya dicatat dan PA hendak membahasnya di sini? Alkitab mencatat 4 orang yang menggunakan sebutan (gelas) Herodes. Hal ini terlihat pada Mat.2:1-21; Luk.1:5; yang mengisahkan tentang seorang bergelar Herodes Agung. 

Herodes yang lain bernama Herodes Antipas (Mrk 6:14-29; Luk.23:6-12). Sementara ada lagi Herodes Agripa I dan Herodes Agripa II (KPR 12:1-23; KPR 25:13-26) (Sumber: Kamus Pengantar Alkitab)

Dari keempat Herodes ini, salah satu di antara mereka pernah merayakan hari kelahirannya secara semarak, meriah dan sungguh mengesankan.  Dikisahkan oleh penulis kitab Injil Markus bahwa ketika akan merayakan hari kelahirannya, Herodes mengundang para petinggi dan pembesar di seluruh wilayah kekuasaannya yakni Provinsi Galilea. Mereka yang diundang  yakni pejabat pemerintah daerah, para komandan tentara dan para pemangku kepentingan (tua-tua adat, golongan profesi, dan lain-lain). Mereka yang hadir seperti itu dengan sendirinya menaikkan gengsi acara menjadi bermartabat, terhormat dan penuh kemuliaan. 

Selaku pengundang, Herodes kemudian menjadi Tuan atas semarak kemeriahan perayaan hari kelahirannya. Ia menyampaikan sambutan dan ucapan terima kasih dengan cara yang membanggakan dan mengesankan. Kehormatannya sebagai raja dipertaruhkan, maka para pengisi acara dan pelayan tak boleh menunjukkan gestur yang membuat para tamu VVIP tersinggung dan membenakkan kesan buruk.

Jamuan makan disediakan secara mewah. Para tamu VVIP mendapat pelayanan secara luar biasa. Keramahan para pelayan menjadi gambaran hati Herodes, walau bibirnya tentu tak dapat melafalkan keramahan yang tulus. Gestur dapat dibaca sebagai ketulusan atau kemunafikan. 

Pada titik durasi penyelenggaraan semarak hari kelahiran Sang Herodes, seorang gadis belia menunjukkan "selebrasi" kepadanya. Tamu-tamu VVIP dan publik menyaksikan "selebrasi" itu. Suatu pemandangan indah, menawan dan mengesankan yang oleh urai kata hanya satu frasa, luar biasa.

Maka, Sang Herodes pun menaikkan tensi olah pikir dan menyertakan gengsinya. Getaran suara lantang menggema di dalam ruang pesta. "Apapun yang engkau minta, sampaikanlah, bahkan sampai sebahagian dari wilayah kekuasaanku, akan kuberikan kepadamu!" (parafrasa, Mrk.6:22-23)

Apakah Sang Gadis Belia yang menjadi Seleb sesaat itu menyadari apa yang disampaikan Sang Herodes? Tidak! Kepolosan dan keluguan ada padanya. Tiada ada padanya rencana memohon ganjaran atas selebrasi pada perayaan hari kelahiran Sang Raja. Dalam kepolosan, keluguan, ia meminta saran pada ibunya.

Dendam kesumat dihidupkan oleh ibunya. Dendam itu dihidupkan menjadi kobaran api dalam perapian yang siap membakar hangus objeknya. Maka,  Sang Seleb lugu ditunggangi. Ibunya pun melantunkan nada bermuatan api kebencian. 

"Pergilah dan mintalah kepala Yohanis Pembaptis dari Sang Raja (Herodes)!" (parafrasa, Mrk.6:24).

Herodes tak dapat menarik kembali kata-kata yang digemakan di dalam ruangan itu. Gendang telingat para tamu VVIP dan publik telah bergetar. Semuanya mengubahkan rona senyum dan tawa menjadi pucat pasi dan tegang. Mungkinkah tensi olah pikir dinaikkan kembali dan gengsi akan diturunkan agar Sang Herodes tersungkur menutup wajahnya? Lalu bersiap untuk menerima buli publik dan ketidakpercayaan para pejabat daerah, para komandan tentara dan pemangku kepentingan lainnya?

Sang Raja Herodes tidak menarik kembali ucapannya. Sekali meludah tak akan pernah lidah menjilat ludah itu. Ia pun memberi perintah untuk memotong kepala Yohanis Pembaptis. Yohanis Pembaptis pada saat itu berada di dalam penjara. Kepala yang terpotong itu ditempatkan pada satu dulang. Dulang bertakhtakan kepala seorang yang dipenjarakan itu diterimakan kepada Sang Pendendam, ibu anak itu, isteri Herodes.

Suatu puncak perayaan dengan selebrasi mewah, mengesankan sekaligus meninggalkan luka dan duka. Kemewahan terlihat pada penyelenggaraan perayaan hari kelahiran Sang Herodes. Kesempurnaan ragam tampilan akan diceritakan dan dipublikasikan. Demikian hal yang sama yakni luka dan duka itu pun akan menyebar dari mulut ke mulut dan dari masa ke masa. Entah akan terus bersinar atau akan sirna.

Puisi Butet Kertaredjasa pada Haul Bung Karno Juni 2023 sebagai suatu "selebrasi"

Seniman Butet Kertaredjasa, Sumber: https://rm.id/baca-berita/nasional
Seniman Butet Kertaredjasa, Sumber: https://rm.id/baca-berita/nasional

Dari (sumber) ini secara ringkas publik mengetahui penyelenggaraan Haul Bung Karno pada Juni 2023 ini. Kader PDI-Perjuangan dan para Soekarnois merayakannya di berbagai tempat, dan puncaknya di Gelora Bung Karno (GBK) Jakarta. Suatu peringatan dan perayaan yang nuansanya antara kegiatan artistik humanis, sosial dan politik sulit diuraipisahkan. Tampilan para artis penyanyi, koregrafer tari menampilkan tarian secara massal yang menakjubkan, hingga orasi menggelegar suara di gedung dengan daya tampung nyaris mencapai ratusan ribu orang ini.

Semarak, meriah dan mewah. Luar biasa. Kira-kira demikian frasa yang dapat ditulis dan dilafalkan untuk mendeskripsikan apa yang terjadi pada Haul Bung Karno Juni 2023 ini. Acara yang begitu semarak, pesan nilai artistik, humanis dan sosial dapat dirasakan sebagai inspirasi pada kalangan seniman dan organizing committe (OC) di mana pun. Mereka yang merindukan menjadi orator, akan belajar trik tampilan, diksi dan gestur.

Butet Kertaredjasa. Publik sudah mengetahui siapakah dia? Seniman kondang. Setiap tampil di pentas, Sang Seniman yang satu ini akan selalu mendapatkan tepuk tangan gembira dan kesan membekas.  Diksi menggelitik rasa hingga menggelisahkan mereka yang disasar kritik. Kira-kira demikian adanya.

Pada puncak Haul Bung Karno Juni 2023 ini, Butet Kertaredjasa tampil dengan satu puisi, mungkin juga monolog. Puisi yang dibacakannya justru telah melahirkan polemik yang meramaikan jagad informasi. Bila menyebutkan cseara Sang Seniman sebagai suatu  selebrasi pada acara ini, maka ia telah membekaskan cerita dari mulut ke mulut. Ia telah menghunjukkan "hadiah" kepada Penyelenggara Haul Bung Karno. Hadiah itu diterima dan ditempatkan di arena polemik.

Kritik yang biasanya disampaikan oleh Sang Seniman, kini berbalik kepadanya. Ia dikritisi oleh beberapa kalangan, di antaranya oleh Acep Iwan Saidi (sumber).  "Licentia poetica memberi keleluasaan kepada penyair untuk mengeksplorasi bahasa. Tapi, seleluasa-leluasanya, ia tetap berada pada batas poetica.  Poetica itu sendiri bukan melulu soal bentuk, melainkan substansi. Puisi bukan hanya perkara kata ditata, melainkan juga makna dikelola." 

Acep Iwan Saidi berbicara pada tataran keilmuan Sastra. Sastra lisan pada mulanya kemudian menjadi tulisan setelah melalui kajian-kajian ilmiah yang sistematis. Maka, berpantun sebagai puisi lama polanya terikat, sementara puisi yang dibacakan oleh Butet menurut Acep Iwan Saidi lebih merupakan deklamasi.

Djarot Saiful Hidayat, salah satu Ketua DPP PDI Perjuangan menyayangkan monolog Butet Kertaredjasa (sumber). Djarot mengatakan monolog itu kurang elok disampaikan pada puncak peringatan Haul Bung Karno. "Kalau sudah seperti itu, ya sebetulnya disampaikan di acara partai kita itu seperti itu tidak bagus lah. Tidak bagus. Kurang elok lah, kurang elok."

Sejumlah kritik disasarkan kepada Butet Kertaredjasa sesudah puisinya tiba di ruang publik.

Jadi suatu "selebrasi" sebagai hadiah atau kado pada mereka yang menyelenggarakan suatu hari sukacita tentu akan membuat penyelenggara acara merasakan kehormatan dan kemuliaannya. Pemilik sukacita akan merasakan aura sukacita itu terbawa keluar sesudah acara itu berakhir. Pemilik sukacita hendak memastikan bahwa para tamu akan kembali dengan cerita menarik, mengesankan dan inspirasitif hingga implemtatif.

Penyelenggara acara tidak mengharapkan kasak-kusuk, atau apa yang disebut sebagai grasa-grusu di tengah hingar-bingar suasana dan tahapan penyelenggaraan pemilihan umum tahun 2024 ini di Indonesia.

Hari Kelahiran Herodes Antipas menghadirkan "selebrasi" berupa kado kepala Yohanis Pembaptis.

Haul Bung Karno menyisakan diskusi di sekitar "selebrasi" puisi oleh Butet Kertaredjasa. Mari membacanya sebagaimana PA kutipkan (sumber)

Di sini semangat meneruskan
Di sana maunya perubahan
Itulah sebuah persaingan

Di sini menyebutnya banjir
Di sana menyebutnya air yang parkir
Begitulah kalau otaknya pandir

Pepes ikan dengan sambil terong 
sambil nikmat tambah daging gempal, 
Orangnya diteropong 
KPK karena nyolong,
 eh lha kok koar koar mau dijegal

Jagian Pak Jokowi rambutnya putih, 
Gigih bekerja sampai jungkir balik, 
Hati seluruh rakyat Indonesia pasti akan sedih, 
jika kelak ada presiden hobinya kok menculik

Cucu komodo mengkerut jadi kadal, 
tak lezar digulai biarpun pakai santan, 
kalau pemimpin modalnya cuma transaksional, 
dijamin bukan tauladan kelas negawaran

Semua itu akan terus berjalan maju dalam bingkai waktu. Hari kelahiran individu insan maupun institusi dengan segala pernak-pernik peringatannya akan dibingkai dalam waktu dan terus dipapah maju perlahan, dan tak pernah akan mundur lagi. Kira-kira demikian pemaknaannya sesuai kata Abraham Lincoln sebagaimana PA kutip dan tempatkan di depan.

 

Mari berefleksi.

Umi Nii Baki-Koro'oto, 30 Juni 2023

PA ~ Pemulung Aksara

Heronimus Bani

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun