Pengantar
Pada hari Kamis (15/6/23) Sekolah Dasar Inpres Nekmese Amarasi Selatan mengadakan satu kegiatan yang sifatnya edukatif dan menghibur. Pentas Seni Akhir Tahun Pelajaran 2022/2023 ini mengusung tema Melaluinya Pentas Seni Akhir Tahun Pelajaran Kita Naikkan Potensi Artistik  Siswa desa Nekmese. Frasa siswa desa Nekmese yang ditempatkan di ujung kalimat ini hendak mengakomodir siswa-siswa dalam semua satuan pendidikan dasar di desa Nekmese.
Sebagaimana sudah dalam pengetahuan masyarakat desa Nekmese dan wilayah Kecamatan Amarasi Selatan, di dalam desa Nekmese terdapat 3 unit sekolah dasar dan 2 unit sekolah menengah pertama. Sekolah Dasar Inpres Nekmese yang memrogram Pentas Seni, sambil mengundang sekolah tetangga.
Kesiapan untuk berada bersama dalam satu Pentas Seni dinyatakan oleh SD GMIT Koro'oto, SMP Swasta Kristen 1 Amarasi Selatan dan SMP Negeri 3 Amarasi Selatan. Sementara itu, SD Negeri Naet desa Nekmese dalam kesibukan lain yang tidak dapat ditunda sehingga mereka belum sempat bersama dalam Pentas Seni kali ini.
Pentas Seni Akhir Tahun Pelajaran 2022/2023 ini diadakan untuk pertama kalinya di desa Nekmese. Undangan tidak disebarluaskan dengan pamflet, baliho, surat atau media sosial yang sudah lazim di zaman ini. Para siswa SD Inpres Nekmese sendiri menjadi pembawa berita kepada orang tua mereka.
Tampilan Para Siswa di Pentas Seni
Pentas Seni dimulai dengan doa dan sambutan. Doa dibawakan oleh seorang Pengawas Dikdas Kabupaten Kupang yang turut hadir menyaksikan kegiatan ini. Selanjutnya Kepala SD Inpres Nekmese menyampaikan sambutan. Sambutan akhir disampaikan oleh Pengawas Dikdas Kecamatan Amarasi Selatan.
Pada intinya sambutan dari Kepala Sekolah Dasar Inpres Nekmese yakni Pentas Seni merupakan satu wadah agar para siswa menggali sendiri potensi diri. Mereka akan secara kreatif menyiapkan diri sedemikian rupa agar tampil sebaik-baiknya di hadapan teman-temannya sendiri. Mereka akan melatih diri untuk tidak canggung pada waktu yang lain, di tempat (pentas) yang lain. Orang tua yang hadir serta turut menyaksikan akan memiliki kebanggaan oleh karena anak-anaknya telah mampu mengkreasikan dan menampilkan tari, lagu, dan fragmen bahkan puisi dan peragaan busana.
Program ini sebagai langkah uji coba dari jajaran SD Inpres Nekmese untuk "memancing" minat, bakat dan potensi para siswa, serta perhatian orang tua. Bahwa pada penyelenggaraan Pentas Seni yang untuk pertama kalinya ini, pasti ditemukan atau terlihat banyak kekurangan, namun patutlah untuk dapat dipahami.
Sementara itu Pengawas Pendidikan Dasar Kecamatan Amarasi Selatan menyatakan berbangga ketika mengetahui dan menyaksikan secara langsung apa yang dilakukan oleh guru dan siswa pada SD Inpres Nekmese dengan dukungan orang tua siswa, serta partisipasi sekolah-sekolah se-desa. Ini suatu perkembangan yang menggembirakan sekaligus membanggakan. Memang patut diakui bahwa program ini baru pertama kali diadakan, namun bila mencermati lagi, ternyata SD Inpres Nekmese telah melakukan apa yang disebut dengan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5).
Bila pada akhir tahun pelajaran ini diadakan hanya sehari (petang hingga malam ini saja), semoga tahun depan dapat dilangsungkan selama 2 hari oleh karena ada minat atau antusias dari para siswa dari sekolah-sekolah se-desa Nekmese. Kepada para siswa yang akan tampil di Pentas, Pengawas Dikas memotivasi bahwa pentas ini bukan lomba, bukan kompetisi sehingga ada penilaian untuk menentukan siapa yang terbaik. Tidak. Ini tempat untuk melatih dan mengasah berbagai ketrampilan dan karakter. Maka, tampillah dalam kekuatan kreativitas sesuai tema yang diusung.
Berikut ini beberapa kegiatan seni yang ditampilkan oleh para siswa dari keempat sekolah.
- SD Inpres Nekmese
Sekolah Dasar Inpres Nekmese sebagai penyelenggara Pentas Seni menampilan peragaan busana, tari, lagu, puisi dan fragmen.Â
Peragaan busana yang dimaksudkan di sini diwujudkan dengan menampilkan sepasang siswa  (laki-laki - perempuan) yang tampil dengan busana tradisional. Keduanya berada di panggung berlenggak-lenggok layaknya berada di catwalk. Musik yang dimainkan menjadi pengiring keduanya di panggung.
Parade Lagu Wajib Nasional. Tiga lagu wajib nasional dinyanyikan oleh Paduan Suara SD Inpres Nekmese. Ketiga lagu itu yakni: Hymne Pahlawan, Bangun Pemuda-Pemudi, Rayuan Pulau Kepala. Disadari bahwa ketika Reformasi bergulir dan pesatnya dunia IPTEKS dalam perkembangannya luar biasa, lagu-lagu wajib nasional seakan tidak mendapat tempat di banyak sekolah. Sekolah-sekolah bergelimang dan kedodoran dalam mengejar pengetahuan dan ketrampilan dalam dunia digitalisasi yang terus digelontorkan.
Selain lagu-lagu wajib nasional, siswa Kelas I, II Â dan III tampil membawakan lagu dan puisi.
Siswa Kelas IV, V, dan VI bergabung dalam Paduan Suara; dan kelompok-kelompok tarian serta fragmen.
Tari-tarian yang dibawakan oleh siswa Kelas IV, V dan VI sebanyak 6 tarian. Semuanya dikreasikan dan dikoreografikan bersama antara siswa, guru dan anggota masyarakat yang peduli pada potensi masyarakat. Seorang siswa SMA bernama Rivaldi dan seorang siswa SMP di luar kampung bernama Aron turut andil menyiapkan para siswa. Rivaldi membantu mengkoreografikan tarian dan Aron memainkan keyboard musik pengiring lagu-lagu wajib nasional.Â
Tari-tarian yang dibawakan sangat memukau penonton. Merekat berdecak kagum atas persiapan hingga tampilan para siswa di pentas.
Dua fragmen ditampilan dengan cerita yang berbeda. Fragmen pertama bercerita tentang Guru Kelas bersama siswa-siswanya dalam proses pembelajaran. Di dalam proses itu ada siswa yang nakal, siswa yang rajin dan juga siswa sering lalai ke sekolah. Â Guru Kelas melaporkan kepada kepala sekolah. Kepala Sekolah berkunjung ke kelas dan menasihati para siswa. Pada kesempatan lain semua siswa meminta maaf kepada Guru Kelas bila selama proses belajar bersama mereka sering lalai, dan bolos. Cerita yang satunya tentang lulusan kelas 6 yang akan melanjutkan ke jenjang SMP. Ada yang merasa tidak akan mendapat kesempatan melanjutkan oleh karena orang tua belum merestui. Oleh karena itu semangatnya menjadi menurun. Berkat motivasi rekan-rekannya, siswa lulusan yang demikian akhirnya siap untuk melanjutkan ke jenjang SMP. Semua tokoh dalam kedua fragmen ini diperankan oleh kelompok siswa-siswa Kelas V dan VI.
- SD GMIT Koro'oto
Sekolah Dasar GMIT Koro'oto sebagai sekolah tertua di desa Nekmese. Sekolah ini dibangun pada tahun 1951 dimana pada saat itu desa Nekmese belum ada. Desa-desa gaya lama yang disebut Kuan masih eksis. Empat pemimpin kampung (temukung atau 'nakaf) bersepakat untuk membangun sekolah ini. Di bawah koordinasi Temukung/Nakaf Koro'oto, Temukung Naet, Tuamese dan Foasa membangun sekolah ini.
Para Kepala Sekolah silih berganti. Di sekolah ini alumni SPG dan PGA menjajal kemampuan mengajar sebagai tenaga honorer sebelum melamar sebagai calon pegawai negeri sipil.
Pada saat ini, sekolah ini dikomandoi oleh seorang ASN sementara guru-guru yang bertugas di sana semuanya tenaga honorer.Â
Di atas Pentas Seni Akhir Tahun Pelajaran, mereka tampil dengan pakaian tradisional masyarakat Rote. Ini memberi warna kebhinekaan masyarakat sekaligus mengedukasi siswa dan masyarakat bahwa di sekolah hal-hal yang sifatnya primordial tidak boleh menonjol secara ekslusif, namun harus dapat diterima sebagai warna kehidupan.Â
Para siswa menari dengan iringan musik khas dari Rote.
- SMP Swasta Kristen 1 Amarasi Selatan
Para siswa SMP Swasta Kristen 1 Amarasi Selatan menyiapkan diri untuk tampil di Pentas Seni Akhir Tahun Pelajaran 2022/2023 yang diselenggarakan oleh SD Inpres Nekmese. Mereka akan tampil dengan tarian massal dengan formasi melingkar.  Tarian yang demikian sangat populer di Nusa Tenggara Timur dengan nama yang variatif sesuai bahasa daerah etnis. Pada masyarakat Timor ada sebutan Bonet dan Herin. Sebelum tampil dengan tarian itu, 5 siswi mengucapkan pantun. Tiap siswi mengucapkan pantunnya yang disambut tepuk tangan meriah dari penonton.
Pada sesi lain, seorang guru tampil pula membawa pantun setelah beberapa saat mendapat inspirasi dan menulis. Ia meminta agar dapat membacakan pantun yang ditulisnya. Ide kreatif yang demikian kemudian mendapat tempat di panggung. Jadilah penonton makin bersemangat memberi tepuk tangan. Â
- SMP Negeri 3 Amarasi Selatan
SMP Negeri 3 Amarasi Selatan sebelumnya disebut Sekolah Satu Atap bersama SD Inpres Nekmese. Sejak  Juni 2022 sekolah ini secara reguler telah mandiri dengan ditempatkan seorang Kepala Sekolah definitif. Pemerintah Kabupaten Kupang melantik sejumlah Kepala Sekolah pada akhir Mei 2022, satu di antaranya Kepala SMP Negeri 3 Amarasi Selatan yang sekaligus tersirat pesat dari Pemerintah Kabupaten Kupang bahwa sejak Juni 2022, sekolah tersebut terpisah dari SD Inpres Nekmese.
Pada kesempatan tampil di Pentas Seni Akhir Tahun Pelajaran 2022/2023 ini, mereka membawakan satu tarian dengan balutan pakaian tradisional dari masyarakat Rote.
Penutup
Memulai sesuatu yang baru bukanlah hal yang mudah, walau dalam hal ini Pentas Seni bukanlah sesuatu yang baru. Kalangan guru akan berpikir berulang-ulang untuk memulai sesuatu yang baru. Hal ini terkait manajemen waktu. Tugas pokok dan fungsi guru yang sifatnya administrasi, aksi-interaksi-reaksi yang efektif aktif menyenangkan di kelas, ekstra kurikuler dan sebagainya. Bila semua itu mendapat porsi waktu yang tersedia untuk diwujudkan betapa berharganya.Â
Suatu perkembangan dalam perubahan paradigma ketika Pentas Seni ini berhasil diwujudkan dengan segala masalah yang menyertainya. Anggaran yang tersedia jauh dari harapan. Guru secara moral menambah agar program terwujud. Ketrampilan dan kepakaran guru yang tidak seberapa baiknya menjadi kendala lain. Dukungan pimpinan unit sekolah.Â
Kepala Sekolah yang menyetujui untuk menghadirkan siswa, tetapi Sang Kepala Sekolah sendiri tidak menghadiri kegiatan apalagi menyaksikan tim yang dikirimnya tampil. Hal ini tentu dapat dipahami oleh karena program ini bukan program bersama. Tiga kepala sekolah hadir pada kesempatan ini. Suatu penghargaan pada SD Inpres Nekmese. Dua orang Pengawas Pendidikan Dasar Kabupaten Kupang turut hadir menyaksikan tampilan para siswa.
Guru yang aktif dan responsif secara sukarela dan sukacita mendampingi siswa hingga seluruh tampilan di panggung berakhir.
Penataan panggung belum layak dari banyak aspek. Sistem pencahayaan atau yang dikenal luas dengan istilah keren lighting belum memberikan jaminan kenyamanan. Demikian halnya dengan panggung itu sendiri yang luasnya 12 meter persegi (4 m x 3 m). Luasan yang demikian belum memuaskan para siswa yang tampil di sana.
Evaluasi diperlukan untuk perbaikan pada tahun pelajaran berikutnya.
Nekmese-Amarasi Selatan, 17 Juni 2023
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI