Mohon tunggu...
Roni Bani
Roni Bani Mohon Tunggu... Guru - Guru SD

SD Inpres Nekmese Amarasi Selatan Kab Kupang NTT. Bahasa dan Kebudayaan masyarakat turut menjadi perhatian, membaca dan menulis seturut kenikmatan rasa.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Melunasi Kelelahan Hari ini

12 Mei 2023   15:55 Diperbarui: 12 Mei 2023   16:06 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pengantar

Seorang rekan guru mengirim pesan melalui aplikasi WhatsApp isinya, mengundang untuk mengikuti suatu pertemuan dengan petugas dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Para petugas ini bersama-sama dengan seorang anggota Komisi X DPR RI. Mereka difasilitasi Pengurus PGRI Provinsi NTT untuk dapat bertemu dengan para guru di Kabupaten Kupang, Kota Kupang, dan beberapa di antaranya datang dari Sumba. Pertemuan bertujuan untuk melakukan advokasi dalam rangka penentuan kelayakan dan kepantasan untuk menerima bantuan dari kedua Kementerian dimaksud. Setiap sekolah mengikutsertaka 2 orang yakni: kepala sekolah dan operator sekolah. Pertemuan dilakukan di SMP Negeri 4 Kota Kupang.

Pagi ini, Kamis (12/5/23) kami berangkat dari kampung ke kota Kupang. Kami berangkat pukul 06.15 WITa dan tiba pukul 08.06 WITa. Jalan yang kami tempuh kurang lebih 60 km, beraspal lapen sekitar 5 km dari depan rumah sampai di jalan propinsi di dalam Taman Hutan Raya Herman Johannes, Sismeni. Selanjutnya menuju jalan negara yakni jalan lintas utama di pulau Timor. Kontur tanah yang labil membuat pengaspalan dan perbaikan jalan selalu dilakukan setiap tahunnya, namun demikian kondisi ini sudah lebih baik dari tahun-tahun sebelum tahun 1990-an.

Apa dan bagaimana yang terjadi di lokasi kegiatan, SMP Negeri 4 Kota Kupang? 

Bersua Pengurus PGRI Provinsi NTT dan Utusan dari Kementerian

Singkat cerita, tuan/puan rumah Kepala SMP Negeri 4 Kota Kupang menyilahkan para guru (Kepala Sekolah, Operator sekolah) untuk berada di dalam ruang pertemuan. Ruang pertemuan ternyata tidak menampung undangan yang datang. Beberapa kali Kepala SMP Negeri 4 Kota Kupang merasa perlu menyampaikan permohonan maaf atas ketidaknyamanan ini. 

Kegiatan pun dimulai tanpa basa-basi. Ketua Umum Pengurus PGRI Provinsi NTT, Drs. Simon P. Manu menyampaikan ucapan terima kasih kepada KemdikbudRistek dan KemenPUPR melalui petugas yang datang bersama anggota Komisi X DPR RI yang membidangi pendidikan. Pertemuan ini difasilitasi atas kerja sama Pengurus PGRI Provinsi NTT dengan Pengurus PGRI Provinsi Jawa Timur. Utusan dari kedua kementerian ini akan melakukan pendataan kebutuhan yang mendesak pada sekolah-sekolah. Kebutuhan itu berupa infrastruktur seperti: bangunan baru, rehab bangunan, hingga bantuan peralatan. Semua itu akan disinkronkan dengan dapodik sehingga benar-benar terdata dan mudah dalam pengontrolannya.

Kolase, dokpri, Roni Bani
Kolase, dokpri, Roni Bani

Kepala Sekolah dan Operator sekolah yang hadir wajib menunjukkan dan menyampaikan alasan mengapa sesuatu itu dianggap perlu sebagai kebutuhan. Bila sudah mendapat persetujuan untuk masuk dalam pertimbangan, maka  selanjutnya Kepala Sekolah dan Operator sekolah diwajibkan untuk menyampaikan profil sekolah disertai foto-foto dan jika diperlukan dibuatkan surat permohonan sesuai kebutuhan yang tidak sempat diakomodir dalam advokasi ini.

Semua berjalan lancar kecuali warna yang dipertontonkan oleh seorang peserta yang ngotot minta didahulukan. Kengototannya berujung ia benar-benar mendapat perlakuan istimewa. PA sempat berseloroh, "Begitulah bila menjadi ibu... !" Beberapa rekan guru dari Kabupaten Kupang tersenyum mendengar seloroh PA.

Sumber: kiriman Juli Djunina WAG PropsKab Kupang
Sumber: kiriman Juli Djunina WAG PropsKab Kupang

Layanan oleh dua petugas ini tidak memakan waktu untuk setiap orang. Pasangan guru yang datang yakni Kepala Sekolah dan operator berdiskusi beberapa saat untuk menentukan prioritas kebutuhan. Lalu ketika berhadapan dengan petugas cukup menjawab pertanyaan tentang apa yang sudah ada di sekolah dan mana yang belum ada atau yang sudah ada namun perlu untuk perbaikan Misalnya rehab untuk item-item bangunan:

  • rehab ruang kelas,ruang kepala sekolah, ruang guru, perpustakaan, rumah guru dan kepala sekolah, sanitasi dan toilet, dan lain-lain; atau
  • bangunan baru seperti ruang UKS, Laboratorium Komputer, Laboratorium IPA, Ruang Kelas Baru, dan Pusat Sumber Belajar.
  • Semua bangunan seperti perpustakaan, patut dimintakan isinya berupa buku-buku dan mebeler: meja baca, rak buku, lemari buku; Laboratorium komputer bersama isinya seperti laptop atau desktop yang disesuaikan dengan jumlah siswa dan konteks sekolah (SD, SMP)

Bila yang sifatnya rehab, pada saat bersama dalam advokasi ini cukup mengisi satu daftar kecil dengan mencentang item yang diperlukan untuk rehab. Sayang sekali volumenya kami tidak memiliki secara tepat dan jitu. Beruntungnya masih ada kesempatan untuk menyampaikan pada waktu berikutnya ketika mengirim profil sekolah.

Kelelahan pagi ini telah terbayar, sisanya yakni bersua dengan teman-teman guru di kota Kupang. Beberapa di antaranya pernah sekampus. 

Beberapa rekan guru yang pernah sekampus bersalaman. Ada pula yang karena sudah saling mengenal secara dekat sehingga dengan mudah saling menyapa. Ada di antaranya yang perlu mengingatkan PA tentang siapa dirinya. Bersalaman tangan, cium hidung, tertawa dalam frasa canda ala kaum guru. 

Rasanya sudah cukup berkisah tentang apa yang terjadi hari ini di SMP Negeri 4 Kota Kupang. 

Dua rekan guru yang menjabat sebagai kepala sekolah mengajak untuk menikmati makan siang di salah satu resto di bilangan Oebobo Kota Kupang. Dua unit mobil beriringan dengan dua unit motor. PA ikut dalam satu unit mobil. Kami tiba di resto dimaksud. Guru (Operator sekolah kami) memilih untuk tidak bersama kami dalam jamuan makan siang ini.

Kami tiba di dalam resto yang interiornya didominasi kayu yang terlihat menarik. Para pelayan menyambut kami bagai sudah sangat akrab sebelumnya. Ternyata hal itu dilakukan selain sebagai tugas profesinal mereka, tetapi atas alasan lainnya yakni, ibu-ibu yang datang ini sudah sangat sering makan siang di tempat ini. 

Sambil menunggu makanan disiapakan, minuman dipesankan pada kami. PA sebagai guru dari kampung mengikuti saja kata mereka. (haha). Makanan masih dalam proses, para ibu terus bercerita. PA memancing untuk berkisah tentang beberapa hal, dan satu di antaranya menginspirasi yakni isolasi mandiri pada masa pandemi covid-19. Seorang di antara kami yang duduk semeja makan siang ini pernah mengalaminya. Itu berarti PA punya teman yang pernah mengalami. Maka, berceritalah sang ibu pada kami. 

Atas izin ibu Naema; foto: Roni Bani
Atas izin ibu Naema; foto: Roni Bani

"Saya sempat mengalami yang namanya terinveksi virus covid-19. Saya harus menjalani isolasi mandiri. Bersyukur sekali saya tidak mengalami stres berlebihan, apalagi saya mendapat suport dari suami dan anak-anak. Saya cukup menjalani masa isolasi mandiri di rumah selama 5 hari. Mengapa? Karena perhatian dari suami dan anak-anak saya. Mereka memberi asupan makanan dan obat yang tepat. Satu di antaranya yang sebelum dan sesudahnya saya tidak rindu untuk mengkonsumsinya yakni, sopi. Ya, minuman yang satu ini telah turut mencegah dan membuat pemulihan pada saya. Saya tidak menafikan bahwa ada vitamin dan obat dari nakes. Semua itu telah turut andil sehingga saya cepat pulih dari terinveksi covid-19. Puji Tuhan. Tetapi, sekarang saya tidak mengkonsumsi alkohol itu lagi karena sangat panas ketika tiba di dalam usus dan lambung saya. Waktu itu saya sama sekali tidak merasa apa-apa di lidah dan di dalam mulut saya. Kini saya sudah pulih dan telah kembali dalam aktivitas sebagai guru dalam tugas sebagai Kepala Sekolah."


Kisah ibu Ema diselingi ibu-ibu lainnya. Makanan pun disuguhkan para petugas resto. Kami makan sambil berkisah. PA menunjukkan satu judul buku.

Di akhir makan siang bersama itu, PA memberikan hadiah buku kepada tiga orang guru yang duduk makan bersama. Sayang sekali seorang di antara mereka tidak mendapat jatah karena terbatasanya buku yang PA bawa. 

Sekadar tahu saja, PA sering mengisi tas dengan buku. Bila diperlukan akan pada moment tertentu akan diberikan sebagai hadiah kepada rekan guru atau siapa saja yang pantas untuk menerimanya. Hari ini tiga rekan guru ini menerima satu judul buku. Seorang di antaranya menjabat sebagai Ketua PGRI Kota Kupang, dua lainnya menjabat sebagai Kepala Sekolah Dasar. Dua orang kepala sekolah ini pernah sekampus dengan PA.

Semoga mereka terinspirasi untuk menulis pada waktu yang akan datang selama masih ada minat, motivasi, rasa percaya diri dan keluar dari zona nyaman.

Penutup

Hari ini telah terjadi sesuatu yang menyenangkan. PA merasa telah mendapatkan pelunasan atas kelelahan karena mereka-reka apa yang terjadi pada pertemuan ini.

Ketika pulang, kami masih menyempatkan memamah sirih-pinang di pertigaan Oesao, kota kecil yang selalu sibuk di Kecamatna Kupang Timur Kabupaten Kupang. Beberapa orang saudara memanggil-manggil ketika kami melintas. PA meminta untuk menghentikan motor. Kami menyapa para pemanggil dan jadilah kami makan yang lain itu.

Ya, lunaslah hari ini dengan kisahnya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun