Mohon tunggu...
Roni Bani
Roni Bani Mohon Tunggu... Guru - Guru SD

SD Inpres Nekmese Amarasi Selatan Kab Kupang NTT. Bahasa dan Kebudayaan masyarakat turut menjadi perhatian, membaca dan menulis seturut kenikmatan rasa.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Rumah dengan Konstruksi Kuno dan Sederhana Modern

1 April 2023   21:44 Diperbarui: 1 April 2023   21:49 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto: dokpri, Roni Bani

-catatan kedua dari Kolbano-

Senja menjelang, kami duduk  bercerita tentang perjalanan yang baru saja dilalui seharian ini. Cerita dari kota Kupang atau dari Amarasi Selatan, dan Nunkolo. Masing-masing orang yang duduk di emperan Pastori Nunkolo saling membagikan cerita menarik dan lucu untuk mengundang tawa. Ketika tawa merebak, rasanya kelelahan mulai  pupus, sambil menikmati teh hangat, kopi panas, berselingan dengan pisang rebus. Segar.

Kami terus bercerita apa saja yang dapat diceritakan agar mengisi kekosongan tanpa gerak tugas, sambil menunggu kedatangan Ketua Majelis Jemaat Efata Nunkolo, Pdt. Nuhben Tnunay. Ia sedang berada pada satu tugas pelayanan dalam rangka persiapa menuju hari raya keagamaan Kristen, Jumat Agung dan Paskah. Ia melayani dalam satu Jemaat Wilayah. 

Gereja Masehi Injili di Timor memberlakukan organisasi jemaat lokal dalam Jemaat tunggal dan Jemaat Wilayah. Jemaat tunggal yang dimaksudkan yakni satu jemaat lokal dengan sejumlah besar anggota jemaat  di dalamnya yang dipimpi oleh seorang pendeta atau lebih, bergantung banyaknya anggota jemaat. Jemaat Wilayah, terdiri atas beberapa mata jemaat yang tersebar di suatu tempat yang dapat dijangkau oleh seorang pendeta, seperti yang ada dalam Wilayah Efata Nunkolo, ada Pos Pelayanan, ada Mata Jemaat Menu' dan Mata Jemaat Efata Nunkolo.

Remang-remang tiba. Pdt. Nuhben Tnunay tiba. Kami bersalaman, dan melanjutkan cerita-cerita sekenanya membuang waktu belaka. Lalu, kami pun membagi diri ke tempat-tempat yang telah ditunjuk sebagai penginapan. Tiga anggota menuju satu tempat penginapan, sedangkan seorang anggota tim menginap di Pastori Nunkolo.

Tiga orang tiba di rumah penginapan, masih melanjutkan cerita-cerita dengan pemilik rumah. Kami baru menuju ke tempat tidur sekitar pukul 21.00 WITa... Lelah... Ya.

***

Pagi tiba, pukul 06.00 WITa PA sudah sadar. Rasa tubuh segar. Udara di luar cukup dingin. Pepohonan yang rimbun, hujan rintik-rintik tak berhenti.

Pemilik rumah mengambil motor bersiap untuk menjemput seseorang yang akan bersama-sama dengan kami dalam tugas mini workshop dimaksud. Mengenakan mantel setengah badan, ia pun berangkat. 

Tiga tamu menyiapkan diri antara pukul 06.00 - 07.30 WITa. Seorang anggota tim Konseptor Injil Markus Bahasa Amanatun datang menjemput beberapa barang yang akan digunakan dalam workshop mini tersebut.

Sebelum berangkat, PA terinspirasi pada 4 unit bangunan dimana dua unit di antaranya menjadi tempat kami menginap. Empat unit bangunan ini layaknya suatu perkembangan yang sifatnya evolution, evolusi, perubahan bentuk dari konstruksi amat sederhana menuju konstruksi bangunan sederhana namun sudah modern.

Lihat fot0-foto berikut ini.

Pada kedua bangunan yang terlihat pada gambar pertama ini, banguna pertama, bulat yang disebut ume (umi) Kbubu' oleh masyarakat Timor.  Di dalam ume (umi) kbubu' terdapat  1 batang tiang induk yang disebut nii ainaf. Sementara bangunan nomor 2, sesungguhnya disebut lopo (ropo) tetapi telah diberi dinding dengan batang-batang gebang yang dirapikan. Terdapat 4 batang tiang penyangga pada lopo (ropo), dan rangka atapnya sama dengan ume (umi) kbubu'.

foto: dokpri, Roni Bani
foto: dokpri, Roni Bani

Pada kedua bangunan yang terlihat pada gambar kedua ini, bangunan sudah mengalami perubahan dengan konstruksi modern. Bahan bangunan terlihat sudah didatangkan dari luar kampung ini. Artinya, pada kedua bangunan ini ada kolaborasi bahan lokal dan non lokal. Seng, paku, semen, cat, hingga pemasangan instalasi listrik. Konstruksi setengah tembok (semi parmanent) dan tembok penuh (parmanent) walau terlihat sederhana, cukup untuk menjadikan penghuninya "bangga". Mengapa? Karena mereka membangunnya dengan upaya dan kerja keras sendiri. Mereka tidak menuntut atau mengajukan proposal pembangunan rumah untuk dihuni.

Pemiliknya sepasang suami-isteri dengan dua orang anak yang masih kecil. Pasangan suami-isteri ini tinggal bersama dengan orang tua yang masih lengkap suami-isteri. Menantu (perempuan) mengurus secara baik kedua mertua.

Di bawah naungan 4 unit rumah yang mengalami perubahan mereka hidup dalam kesederhanaan, bekerja sebagai petani peladang, sesekali ke pantai Menu' di Lautan/Samudra Indonesia untuk mendapatkan ikan. Ikan yang didapatkan bukan untuk dijual, tetapi untuk dikonsumsi dalam keluarga sendiri.

Ya, kira-kira begitulah catatan kedua dari Nunkolo. Catatan dari penginapan yang disiapkan pada kami. Terima kasih tuan dan puan rumah yang baik hati menerima kami.

Nunkolo-Amanatun, 1 April 2023

Heronimus Bani

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun