Lihat fot0-foto berikut ini.
Pada kedua bangunan yang terlihat pada gambar pertama ini, banguna pertama, bulat yang disebut ume (umi) Kbubu' oleh masyarakat Timor.  Di dalam ume (umi) kbubu' terdapat  1 batang tiang induk yang disebut nii ainaf. Sementara bangunan nomor 2, sesungguhnya disebut lopo (ropo) tetapi telah diberi dinding dengan batang-batang gebang yang dirapikan. Terdapat 4 batang tiang penyangga pada lopo (ropo), dan rangka atapnya sama dengan ume (umi) kbubu'.
Pada kedua bangunan yang terlihat pada gambar kedua ini, bangunan sudah mengalami perubahan dengan konstruksi modern. Bahan bangunan terlihat sudah didatangkan dari luar kampung ini. Artinya, pada kedua bangunan ini ada kolaborasi bahan lokal dan non lokal. Seng, paku, semen, cat, hingga pemasangan instalasi listrik. Konstruksi setengah tembok (semi parmanent) dan tembok penuh (parmanent) walau terlihat sederhana, cukup untuk menjadikan penghuninya "bangga". Mengapa? Karena mereka membangunnya dengan upaya dan kerja keras sendiri. Mereka tidak menuntut atau mengajukan proposal pembangunan rumah untuk dihuni.
Pemiliknya sepasang suami-isteri dengan dua orang anak yang masih kecil. Pasangan suami-isteri ini tinggal bersama dengan orang tua yang masih lengkap suami-isteri. Menantu (perempuan) mengurus secara baik kedua mertua.
Di bawah naungan 4 unit rumah yang mengalami perubahan mereka hidup dalam kesederhanaan, bekerja sebagai petani peladang, sesekali ke pantai Menu' di Lautan/Samudra Indonesia untuk mendapatkan ikan. Ikan yang didapatkan bukan untuk dijual, tetapi untuk dikonsumsi dalam keluarga sendiri.
Ya, kira-kira begitulah catatan kedua dari Nunkolo. Catatan dari penginapan yang disiapkan pada kami. Terima kasih tuan dan puan rumah yang baik hati menerima kami.
Nunkolo-Amanatun, 1 April 2023
Heronimus Bani
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H