Dalam satu tulisan di KOMPAS.com (16/07/21), disebutkan bahwa mengulang pelajaran pada malam hari kurang efektif pada siswa. Maksudnya, bila belajar pada malam hari biasanya akan mudah dilupakan, karena kelelahan.
Maka, belajar pada pagi hari lebih efektif yakni sekitar pukul lima subuh, dengan tidak ada gangguan sebelumnya. Seorang siswa belajar pada pukul lima pagi secara individu di rumahnya, sepi, sunyi; dilakukannya sesudah doa pagi.
Juswendi Jufri, dkk (2020:86) dalam bukunya Kiat Sukses Pelajar dalam Belajar di Era 4.0, ia menempatkan satu rangkaian manajemen waktu untuk seorang pelajar sejak bangun pagi (subuh) hingga istirahat pada pukul 21.30 atau 22.00.Â
Menurut Juswendi Jufri, pada subuh (pukul 04.10-05.00) anak dapat memanfaatkan waktu ini untuk belajar sebelum melanjutkan rutinitas hariannya. Ia baru boleh berangkat ke sekolah sekitar pukul 06.30 waktu setempat, dan akan kembali dari sekolah antara pukul 14.00-16.00.
Mengapa waktu pulang berbeda? Hal ini bergantung pada kebijakan sekolah masing-masing dalam penerapan manajemen waktu belajar, baik reguler di kelas yang intrakurikuler maupun ekstra kurikuler.Â
Sekadar membuat perbandingan dengan sekolah di luar negeri, terdapat 4 negara yang menerapkan waktu belajar pendek di sekolah.. Rusia, Finlandia, Islandia, dan Irlandia. Sementara di Rusia, siswa mulai belajar pada pukul 8 pagi, dan pulang antara pukul 13.00-14.00.
Di Finlandia, siswa datang ke sekolah antara pukul 8 atau 9 pagi, dan pulang antara pukul 13.00-14.00, yang sama dengan apa yang dilakukan oleh Islandia dan Irlandia.
Mari menengok Singapura tetangga terdekat Indonesia. Pemerintah Singapura menerapkan waktu belajar antara pukul 08.30-16.30. Nah, lihatlah apa yang terjadi dengan pelajar-pelajarnya? Bukankah mereka lebih baik daripada kita di Indonesia?Â
Di Indonesia, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (KemdikbudRistek) telah menerapkan Merdeka Belajar. Sekolah mendapatkan kesempatan untuk melakukan inovasi dan kreativitas baik oleh guru dalam kolaborasi mereka maupun bersama-sama dengan siswa, atau para siswa saling berkolaborasi untuk mengkreasikan suatu produk belajar dalam kerangka perwujudan Pelajar Pancasila.
Ketika waktu reguler dimulai pukul lima pagi, apakah hal ini sudah ada dalam kajian akademis para staf ahli/staf khusus Gubernur NTT yang membidangi pendidikan?
Sejauh ini belum ada jejak digitalnya. Jejak digital yang dapat dilacak yakni pemberlakuan jam belajar yang baru saja diucapkan oleh Sang Gubernur, lalu disahuti sebagai kebijakan dan siap dalam pelaksanaannya.