Mohon tunggu...
Roni Bani
Roni Bani Mohon Tunggu... Guru - Guru SD

SD Inpres Nekmese Amarasi Selatan Kab Kupang NTT. Suka membaca dan menulis seturut kenikmatan rasa. Menulis puisi sebisanya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ada Apa dengan Perempuan dan Bahasa Daerah di Indonesia?

13 Januari 2023   11:23 Diperbarui: 13 Januari 2023   11:30 624
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: https://www.inews.id/ 

 Dalam hal penciptaan perempuan yang bahan/material diambil dari bagian tubuh ciptaan pertama, laki-laki, mengindikasikan secara jelas bahwa ciptaan berikutnya yang disebut perempuan berasal dari laki-laki yang oleh karenanya ia tidak dapat dianalogikan sebagia sub-ordinat laki-laki. Jika ia sub-ordinat, tentulah laki-laki itu yang menempatkan dirinya sendiri pada posisi itu. Maka, laki-laki dan perempuan sesungguhnya dua wujud yang berbeda kodrat, tetapi sejajar kedudukan.

Buya Hamka  (2020) Berbicara tentang Perempuan. Pada satu bagian dari buku ini, Buya menguraikan dua ayat at-Taubah: 71-72 yang terjemahannya sebagai berikut:

"Dan orang-0rang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (berbuat) yang ma'ruf  dan mencegah dari yang mungkar, melaksanakan shalat, menunaikan zakat, dan taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka akan diberi rahmat oleh Allah. Sungguh Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana. Allah menjanjikan kepada orang Mukmin laki-laki dan perempuan (akan mendapat) surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai mereka kekal di dalamnya dan (mendapat ) tempat yang baik di dalam surga Adn. Dan keridhaan Allah lebih besar. Itulah kemenangan yang agung. 

Buya Hamka menjelaskan, apabila kita pandang ayat-ayat ini dari segala seginya niscaya akan kelihatan bahwa kedudukan perempuan mendapat jaminan yang tinggi dan mulia. Terang dan nyata kesamaan tugasnya dengan laki-laki.  Sama-sama memikul kewajiban dan sama-sama mendapat hak. Pahit dan manis beragama sama-sama ditanggungkan. Jadi, Buya Hamka hendak menyebutkan bahwa laki-laki dan perempuan sejajar. 

Kitab Kejadian 1:27 berbunyi, "Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia;, laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka."

Ayat kitab suci ini menegaskan kesederajatan laki-laki dan perempuan. Keduanya merupakan "gambar" Allah yang mewujud nyata. Keduanya dapat dibedakan pada jenis kelamin dan kodrat yang ditempatkan, tetapi tetap sederajat dalam kedudukan kehidupan. Tidak ada yang lebih rendah dan lebih tinggi.

Sejarah lisan dan tulisan di berbagai negara dan bangsa tentu mencatat tokoh-tokoh perempuan dan peranan yang dimainkannya di pentas bangsa dan negera masing-masing. Peranan tokoh-tokoh perempuan pada zaman mana pun di negara mana pun tentu berangkat dari situasi tertentu yang "memaksa" perempuan untuk menjadi yang terdepan, memimpin, membimbing, menyemangati hingga membawa kelompok, komunitas, suku bangsa dan bangsa sampai pada titik sukses.

Perempuan tak dapat dianggap manusia kelas dua, sesudah laki-laki. Di Indonesia, belenggu patriakh pada kalangan masyarakat menjadi salah satu hal yang mengganggu kesetaraan (sumber) Padahal, kita mengetahui bahwa perjuangan untuk mencapai kesetaraan yang dikaryakan secara luar biasa oleh RA Kartini, telah "mengeluarkan" perempuan dari lingkaran budaya hingga menempatkannya sejajar dengan kaum laki-laki.

Beberapa produk hukum (UU) telah secara jelas tersurat bahwa kaum perempuan mendapat jatah 30% keterwakilan pada lembaga legislatif dan keanggotaan partai. Hal ini berdampak pada berbagai bidang profesi lainnya. Mungkinkah produk-produk hukum itu telah tercapai? Tidaklah selalu demikian karena dominasi kaum laki-laki masih kuat, sekalipun ada pada mereka kesadaran tetnag kesejajaran/kesetaraan antara laki-laki dan perempuan. Mungkin di sinilah masalahnya sehingga Ketum PDI Perjuangan bersuara lantang dalam hal ini.

Lihatlah di berbagai media yang menyodorkan kepopuleran dan karya dari tokoh perempuan di Indonesia dan dunia. Berbagai media daring mencatat tokoh-tokoh perempuan dengan karya-karya yang luar biasa. Karya yang mengangkat martabat perempuan yang pada saat yang sama menaikkan martabat bangsa dan negara. (satu, dua, tiga, empat)

Bahasa Daerah

Bahasa menunjukkan bangsa. Kira-kira demikian kata pepatah. Bila mengacu pada kata pepatah ini, maka ketika orang berbicara dalam Bahasa Indonesia, orang segera mengetahui bahwa orang yang berbicara itu orang Indonesia. Ketika seseorang berbicara dalam bahasa Sunda, orang segera menyebut asal dari orang itu yakni Sunda. Seseorang berbicara dalam bahasa Timor, orang pun segera menyebut, dia datang dari Timor. Ya. Bahasa yang dipakai mencitrakan jati diri penggunanya, tetapi bila pengguna bahasa itu bukan berasal dari daerah itu, bagaimana mengatakannya? Seseorang lahir di Timor, tetapi lancar berbahasa Indonesia dan menguasai bahasa asing ( misalnya, Bahasa Inggris). Lantas, bila ia lebih suka menggunakan Bahasa Indonesia yang diselipi istilah-istilah asing dalam bahasa Inggris, bagaimana menilai orang ini? Seseorang lancar berbahasa Indonesia yang baik dan benar. Ketika berbicara ia menyelipkan istilah-istilah dalam bahasa dari daerahnya dan juga istilah-istilah dalam bahasa asing (Jerman atau Inggris), bagaimana menilainya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun