Bencana kesehatan pada bumi ketika WHO (sumber)bahwa covid-19 bukan endemic tetapi telah menjadi pandemi, menyebabkan penghuni bumi panik. Pemerintah negara mana pun berusaha keras untuk menyelamatkan warga negaranya dari serbuan covid-19 ini. Berbagai kebijakan ditempuh dengan sejumlah peraturan yang esensinya untuk menyelamatkan makhluk manusia. Misalnya:
- penggunaan masker, mencuci tangan pakai sabun pada air yang mengalir, menjaga jarak, jarak sosial, isolasi, tidak bepergian, belajar, bekerja dan beribadah di dan dari rumah
- literasi digital dalam tuntutan yang menghasilkan penciptaan sejumlah platfom untuk memudahkann kerja dan komunikasi pada dunia kerja dan sosial-kemasyarakatan, sosial-ekonomi, hingga sosial-keagamaan
- program vaksinasi bertahap dan berulang hingga booster,
- dan lain-lainÂ
Dalam masa perayaan Natal ada hal yang sesungguhnya tidak berbeda yakni gedung/rumah ibadah dan kompleksnya mendapat penjagaan oleh satuan-satuan keamanan dan ketertiban. Hal ini dilakukan sebagai tindakan dan sikap preventif berhubung beberapa hal yang pernah melanda rumah/gedung ibadah pada saat misa natal. Tugas menjaga keamanan kompleks hingga memastikan bahwa ruang misa/kebaktian aman dan nyaman bertambah. Para penjaga harus memastikan bahwa pengunjung dan peserta misa natal dan berbagai kegiatan ibadah di rumah/gedung gereja, semuanya patuh pada protokol kesehatan.Â
"Jalan lain" yang ditemukan oleh pemerintah telah menjadi jalan keluar yang aman. Masyarakat/umat manusia di berbagai penjuru dunia merasa aman baik dalam keseharian, terlebih pada saat perayaan hari raya keagamaan, di antaranya Natal, Hari Istimewa-Nya Yesus. Jalan keluar telah ditempuh pada 2 tahun terakhir, kecemasan kaum Nasrani dan umat beragama pada umumnya telah terlunasi. Di antara "pelunasan" itu ada yang menjadi "tumbal" yang ditangisi tanpa melihat jasadnya.
Natal 2021 yang lalu berwarna sendu yang menjadikannya berkesan sedang berada di "jalan lain. Di Indonesia terjadi paling kurang 5 hal menghebohkan yang oleh karenanya menjadikan hati umat manusia sendu di Indonesia. Kelima hal itu sebagaimana diberitakan dalam kaledoskop 2021 (sumber)Â
- tenggelamnya KRI Nanggala 402 yang menggugurkan 53 kru di dalamnya
- jatuhya pesawat Sriwijaya Air SJ-182 yang menewaskan seluruh penumpang dan awak pesawat
- bom Makassar di Gereja Katedral MakasarÂ
- erupsi gunung Semeru (4/12/21)
- pandemi covid-19
Negara dan bangsa mana pun dipastikan memiliki catatan-catatan berharga yang menyisakan "jalan lain" pada saat memasuki hari raya keagamaan, terlebih pada umat Nasrani pada semua denominasinya. Semua itu terjadi pada tahun 2021.Â
Di Provinsi Nusa Tenggara Timur, bencana alam yang paling menghebohkan yakni datangnya badai Seroja yang memporakporandakan pemukiman penduduk di berbagai tempat, termasuk rumah/gedung-gedung gereja. Kabupaten Sabu-Raijua, Kabupaten Alor paling parah dalam hal ini. Banyak rumah/gedung gereja dibongkar oleh badai seroja, dihancurkan dan dirontokkan. Hal yang sama pada rumah-rumah penduduk dan infrastruktur lainnya yang berhubungan dengan kepentingan umum: pendidikan, kesehatan, layanan pemerintahan dan sosial-kemasyarakatan.
Dampak badai Seroja yakni trauma pada masyarakat bila angin bertiup dalam kecepatan tertentu pada masa ini. Masih terasa trauma itu ketika penduduk yang dibantu Kementerian Sosial tetapi sebahagian di antaranya melenceng dari sasarannya. Miris. Sedih. Tangis. Trauma. Ragu pada janji terucap.
 Â
Bagaimana dengan tahun 2022 ini?
 Jalan Lain dalam Misa Natal Tahun 2022
Ketika membaca frasa yang dikutip oleh PGI-KWI untuk dijadikan tema perayaan Hari Kelahiran Yesus, Natal 2022, dan mencoba melihat realita, rasanya refleksi konteks dan kondisi selalu berpadanan. ...  ... maka pulanglah mereka  ke negerinya melalui jalan lain... (Mat.2:12b).
Teks dan konteks pada masa itu dan kini
Sejarah penjajahan satu bangsa atas satu bangsa lainnya, satu pemerintah menundukkan pemerintah lainnya di bawah kakinya, pendudukan dan kolonisasi pada suatu wilayah/teritori, sudah bagai kelaziman. Teks-teks dalam kitab suci (alkitab) di dalamnya terdapat banyak catatan tentang hal ini, termasuk penguasaan dari Kekaisaran Romawi sampai di Timur Tengah dimana Yerusalem menjadi salah satu di antara yang diduduki. Yerusalem berbeda sehingga mendapat perlakuan istimewa (sumber) dari para Kaisar Roma.Â