Mohon tunggu...
Roni Bani
Roni Bani Mohon Tunggu... Guru - Guru SD

SD Inpres Nekmese Amarasi Selatan Kab Kupang NTT. Bahasa dan Kebudayaan masyarakat turut menjadi perhatian, membaca dan menulis seturut kenikmatan rasa.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mereka Menyatakan Belasungkawa

9 Desember 2022   07:34 Diperbarui: 9 Desember 2022   08:06 348
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi, siswa SD turut larut dalam duka; foto: Tr.Ora/SD Inpres Nekmese

Pertama, religi. Ketika siswa berada di rumah duka,salah seorang di antara mereka akan memimpin doa. Ketika upacara dilaksanakan menurut agama yang dianut keluarga duka, siswa yang berada dalam komunitas penganut agama yang sama akan turut serta di dalamnya.

Kedua, sosial kemasyarakatan.Siswa memiliki pengetahuan tentang hidup bermasyarakat, dimana suatu peristiwa kematian terjadi, maka seluruh masyarakat di dalam satu wilayah desa akan urun dalam kesibukan ratap, tangis dan kesiapan upacara penguburan jenazah. Dalam pada itu, keluarga-keluarga jauh akan tiba di rumah duka, dari sana siswa belajar tentang hubungan kekerabatan.

Ketiga, persatuan, kesatuan, simpati dan empati. Satu orang meninggal dunia di dalam satu kampung (desa). Seluruh warga desa akan berbondong-bondong ke rumah duka untuk menyatakan rasa duka dan sekaligus hendak menghibur, menguatkan anggota keluarga yang ditinggalkan. Pada saat yang sama, mereka menyediakan materi dalam jumlah terbatas, waktu dan tenaga untuk mengerjakan sesuatu yang kiranya turut melancarkan rencana upacara penguburan. Pada situasi ini, simpati dan empati berlangsung. Para siswa secara langsung maupun tidak langsung belajar tanpa harus melalui suatu pendekatan formal di dalam ruang kelas.

Penutup

Kematian terjadi pada semua orang. Mengupacarakan penguburan jenazah saling berbeda antar-etnis. Upacara menurut agama yang dianut, upacara menurut tata kedinasan, tata militer, tata kenegaraan, dan tata hukum adat. Semua ini sering terlihat dan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan umat manusia. Proses dalam upacara baik terlihat sebagai suatu prosedur tetap atau yang diatur oleh kalangan sesepuh/tokoh di dalam masyarakat, itu semua untuk menata ketertiban dan keteraturan saat melayat, menyatakan bela sungkawa.

Siswa di pedesaan telah belajar secara langsung maupun tidak langsung pada saat menjadi bagian yang turut serta dalam pernyataan dukacita, ketika mereka hadir dengan berseragam. Sementara ketika mereka tidak berseragam dan hanya berada di sekitar rumah duka di luar kewajiban dari sekolah, maka mereka secara tidak langsung hendak mengimitasi pengetahuan itu ke dalam kesan tersimpan akan berguna kelak ketika mereka dewasa.

Demikian sepenggal urai pernyataan turut berdukacita, bela sungkawa dari siswa dan guru di pedesaan Timor. 

Saya kira di perkotaan pun para siswa melakukan hal yang sama. Semoga.  

Mari sampaikan opini/tanggapan para Sahabat Literat pada artikel ini. Terima kasih.

Umi Nii Baki-Koro'oto, 9 Desember 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun