Para guru yang tergabung dalam beberapa WhatsApp Group segera mendapatkan kabar ini dan menanyakan kepastiannya. Kepala sekolah tempat dimana almarhum mengabdi menyatakan secara pasti, bahwa benar rekan guru ini telah meninggal dunia. Jenazahnya sementara berada di rumah duka.Â
Hujan mengguyur wilayah Kecamatan Amarasi Selatan dan pulau Timor pada umumnya. Pada Kecamatan Amarasi Selatan bukan saja terjadi peristiwa kedukaan ini, tetapi di sana ada pula kepiluan yang sebelumnya terjadi yakni, gempa bumi.Â
Dua puluh delapan unit bangunan rumah warga rusak berat, ringan dan ada di antaranya yang roboh meninggalkan puing. Dua unit Gedung gereja dikabarkan rusak ringan, dan 1 unit rumah sekolah PAUD rusak ringan.
Ini semua berdampak pada kecemasan dan kegelisahan, sebagaimana yang dialami oleh korban gempa bumi di Kabupaten Cianjur Jawa Barat. Bedanya, di dalam kecamatan Amarasi Selatan, gempa bumi tidak membawa korban jiwa sementara di Cianjur Jawa Barat, gempa bumi telah menelan korban jiwa di atas angka 200 orang.Â
Kepergian orang-orang terkasih untuk selama-lamanya, selalu meninggalkan jasa dan kesan dalam ingatan dan kenangan. Bila seorang ayah meninggal dunia, bukankah tangis dan ratap di dalamnya ada kisah kenangan? Ketika sudah dikebumikan pun akan selalu ada kisah-kisah kenangan yang akan dituturkan turun-temurun selama masih dapat dikisahkan.
Bagaimana bila itu terjadi pada seseorang yang berprofesi sebagai guru? Tidakkah siswa dan alumninya berkisah pada jasa dan kesan yang tersimpan dalam fail ingatan dan kenangannya?
Para guru pun akan berkisah tentang sang guru yang almarhum/mah. Sebagai rekan guru, dapat saja kisah itu berakhir, sebagai siswa dan alumni pun kisah itu akan menipis dan bahkan terhapuskan dari fail ingatan tersimpan. Ketika terhapuskan, maka di sana kisah itu berakhir.
Tumpukan ingatan pada otak sebagai  soft memory save tidak akan menyimpan selama mungkin jasa dan kesan dari apa yang dikatakan, disikapi, dan dilakukan oleh seorang guru.Â
Bila seorang siswa dan alumni akhirnya menjadi guru pula, ketika tiba di arena tugas, ia dapat pula mengingat jasa dan kesan gurunya. Pada posisi jasa dan kesan positif akan memotivasi dirinya menunaikan tugas seturut apa yang didapatinya sebagai pengetahuan dan ketrampilan pedagogik sambil merunut pada jejak pendahulu dengan kreasi dan inovasi yang sifatnya plus. Maka, ia akan disebut guru yang lebih baik daripada gurunya.
Kaum guru dan siswa di Amarasi Selatan dan pada umumnya Kabupaten Kupang, akan mengenang dan mengingat guru yang satu ini. Ayahnya sendiri yang sudah almarhum seorang perantau yang menjadi guru di Buraen pada masa pemerintahan gaya lama, Swapraja Amarasi. Maka, ketika sang guru meninggal dunia, segera kenangan pada ayahnya kembali terbit walau hanya sebentar saja.
Hari berkabung selama 3 hari (22 - 24 /11/22) akan dilewati sampai penguburan sang guru. Upacara penguburan pada ranah institusi keagamaan dan dinas pendidikan akan dilangsungkan untuk menghormati jenazahnya, dan mengantarkannya ke pangkuan ibu pertiwi pula.Â