ujian skripsi. Dia seorang mahasiswa Jurusan Fotografi pada Institut Seni Indonesia Denpasar. Judul skripsinya, Menggali Identitas Lokal melalui Etnofotografi Motif Tenun A'kai Manfafa' dan Panbuat di desa Nekmese.Â
Hari ini, Kamis (9/01/25), Anselans P Bani, memasuki salah satu tahapan kuliahnya yakniDari penelitian yang dilakukan diketahui bahwa pada umumnya para penenun kurang memiliki pengetahuan tentang makna di balik motif yang diikat dan ditenunnya menjadi sehelai kain tenun. Indah, menawan dan anggun ketika tenunan itu ditampilkan sebagai busana yang membungkus raga pemilik dan pemakainya. Sungguh disayangkan pengetahuan tentang maknanya kurang/belum atau bahkan tidak diketahui sehingga penggunaannya pun kurang tepat pada konteksnya.
Dalam penelitian tentang makna di balik a'kai manfafa' dan panbuat, para penenun yang diwawancarai di Kelurahan Teunbaun (kota Ke-usif-an Baun), Apren dan Nekmese, rerata kurang paham makna motif. Mereka mengetahui nama-nama motif yang ada, jumlah larik yang akan diikat (lilit) dengan tali untuk membentuk motif (simbol). Mereka sangat trampil dalam proses walau tidak setiap orang memiliki keseluruhan proses.Â
Perempuan A, memiliki satu atau dua proses mengakali benang untuk sampai pada proses berikutnya dilanjutkan oleh perempuan B. Berikut beberapa prosesnya:
- Naun abas, satu cara membuat benang berbentu bola-bola benang
- Nono, Noon (1), satu proses merentang benang pada alat tenun tahap 1;Â
- Futus, satu proses melilit (ikat) motif pada larikan benang pada alat tenun tahap 2
- Tepas, hanat, satu proses mewarnai hasil pada proses ketiga
- Nonot, Noon (2), satu proses merentang benang (bila diperlukan) sebagai aksesori antar bentangan motif
- Tenu, teun, proses menenenun
Sesudah proses-proses ini sampai akhirnya sehelai (selembar) kain tenun dengan motif tertentu terlihat, masih ada tambahan tugas dari penenun. Tambahan tugas itu ada oleh karena pada helai kain yang dikhususkan untuk laki-laki masih diperlukan proses menjahit, menatutkan tiga lembar tenunan; dua lembar dengan motif yang sama dan satu lembar dengan tanpa motif. Warnanya putih. Nama kain tenunan untuk laki-laki disebut tai muti'.Â
Pada kain tenunan yang diperuntukkan untuk perempuan disebut tai runat. Kain yang demikian tidak membutuhkan warna putih seperti yang dibuat untuk laki-laki. Semuanya bermuatan motif tertentu sesuai keingingan penenunnya atau pemiliknya.
(cobalah sejenak melihat foto para muda-mudi; di antara banyak perempuan ada dua orang pemuda yang berdiri di ujung sebelah-menyebelah, kain tenunannya ada warna putih di tengahnya).
Kita tinggalkan ulasan sepintas itu. Mari saya ajak membaca konteks Anselans yang sedang dan sudah selesai ujian skripsi.
Ia menerima ujian skripsi dari dua orang penguji. Penguji pertama menyelesaikan prosesnya sendiri, sesudah itu barulah penguji kedua. Foto yang dikirimkan kepada kami menunjukkan ada tiga orang di dalam satu ruangan. Ketiga orang itu yakni 2 orang Dosen Penguji dan Mahasiswa Teruji. Mahasiswanya mengenakan kain tenun dengan motif a'kai manfafa'. Dua orang dosen penguji kepada mereka dililitkan kain tenun ukuran kecil (po'uk) dengan motif yang sama.
Akurasi kabar tentang ujian kami terima dari seorang kerabat kami yang sedang berada di Denpasar. Ia sedang dalam perjalanan bertugas dari kantornya. Kantornya di Jakarta. Ia menyempatkan menghadiri ujian skripsi untuk mewakili kami sebagai orang tua. Ia tidak diizinkan masuk ke ruang ujian, namun boleh menunggu hingga ujiannya berakhir.
Foto-foto dikirimkan kepada kami dengan sedikit informasi, seperti ini (teks pesan melalui proses sunting)
Shalom kak, ... Ansel cerita banyak tentang skripsisinya yang SANGAT menarik.Â
Wajah ceria Ansel setelah ujian skripsi dengan penguji pertama. Puji Tuhan, Ansel sudah selesai ujian tahap 1. Masih menunggu penguji dua.
Anselans Petervi Bani su slsi ujian skripsi. Ini gayanya yg bahagia.
Sesungguhnya proses berkuliah itu sesuatu yang wajar dan normal-normal saja, oleh karena kami pun mengalaminya. Banyak orang mengalami hal yang disebut kuliah. Kampus, dosen, mata kuliah, materi kuliah, diktat, uang registrasi, makalah, seminar, proposal penelitian, tugas akhir, skripsi, dosen akademik, dosen pembimbing, dan lain-lain istilah yang familiar di telinga mahasiswa dan mereka yang pernah kuliah.
Mengapa kami gelisah?Â
Masalah pada kami yakni, anak kami  jauh di seberang sana. Ia terlihat agak santai ketika melakukan riset di kampungnya sendiri. Ia sempat menjadi anggota tim dalam delegasi pertukaran budaya di Festival Fronteira Oe-Cusse Timor Leste. Rasanya penelitiannya akan terbengkalai ketika ia disibukkan atau menyibukkan diri ke dalam permintaan foto di beberapa acara.
Tugas penelitian digenjot dan menulis skripsi dalam waktu yang pendek. Konsep draft skripsi dikirim ke dosen via aplikasi WhatsApp; diskusi sebagai konsultasi konsep skripsinya dengan dosen melalui video call, dan  akhirnya perbaikan baru dilakukan setelah tiba di Denpasar.Â
Waktunya amat mepet antara tanggal 2 - 8 Januari 2025. Padahal, beberapa hari sebelum tutup tahun 2024, jadwal ujian skripsi sudah terbit di kampusnya, ISI Denpasar. 9 Januari 2025 waktunya untuk ujian. Maka, sebagai orang tuanya kami gelisah. Kegelisahan kami bertambah oleh karena sehari sebelum ujian, dia masih bergelut dengan tugas membuat judul dan narasi pada 15 lembar foto yang ditempatkan di dalam skripsi. Maka, kami membaca line story nya, stress.  Sebagai orang tua, saya ingatkan untuk beristirahat. Suatu pengalaman yang sungguh menarik dan mengesankan bagi kami.Â
Syukur dan puji Tuhan. Sebagaimana kata sepupu kami Ine Nabubois yang hadir di sana walau tidak mendengar pertanyaan dan jawaban ujian.Â
Kabar terakhir sesudah ujian ini, urusan dokumen/berkas-berkas yang diperlukan sebagai mahasiswa semester akhir yang menempuh ujian. Selanjutnya masih harus mengikuti pameran di tingkat Fakultas.Â
Hal lain yang menarik dari sepupu kami yakni soal makanan (melalui proses sunting teks pesan yang dikirim via WAÂ )
tadi dia ju cerita, sonde (tidak) bisa tidur. Pagi bangun hanya minum teh panas sebelum ke kampus. Di kantin sonde mau makan, bilang belum pengen (mau) makan. Terakhir tunggu agak lama belum ujian peserta pertama itu ajak dia untuk turun dan makan di kantin. Di sana baru dia mau makan. Itu pun hanya makan soto daging tanpa nasi dan jus jeruk. Yang penting dia sudah selesai ujian dan berhasil, ee kak. Sekarang dia sudah relaks.
Oh ternyata dia suka jus jeruk, ee kak. Tadi dosen penguji kedua (yang bertopi) minta beta (saya) titip salam hormat buat orang tuanya Ansel. Bilang sampaikan selamat ya.
Pada WhatsApp Grup keluarga besar Umi Nii Baki mendoakan dan menyemangati.Â
Selaku orang tuanya, saya mengirim doa yang ditulis dalam Bahasa Amarasi sebagai berikut:
Hore tua
Semangatpagi
Uisneno nneek ko ma namnau ko. Ro tebes In nok ko mbi ranan re' In nroim je gwi he nateab ko nok ao mona' ma ao reko.
Anbi oras ho mutaamb om ambi ujian neno ia, In ntiut ma npao ko npake Smaan Akninu'. In nha'tain ma na'be'ib ko tar antea musoup ho re'ot neno ia.
On re' naan
Terjemahannya secara bebas :
Tuhan Allah menyayangi dan mengingat kamu. Sungguh, Dia bersamamu di jalan yang Dia inginkan dan mengantarkan dirimu tiba di sana dengan tubuh yang segar dan sehat.
Ketika kamu memasuki ujian hari ini, Dia menjagai kamu dengan Roh Kudus. Dia menguatkan dan menjadikan dirimu bertahan hingga tugasmu berakhir hari ini.
Begitu saja (doa ini)
Begitulah cerita sederhana tentang anak kami, Anselans Petervi Bani yang menempuh ujian skripsinya di Program Studi Fotografi Institut Seni Indonesia Denpasar.
Pembaca, maafkan saya untuk tulisan ini yang kiranya agak narsis.
Terima kasih.
Umi Nii Baki-Koro'oto, 9 Januari 2025
Heronimus Bani ~ Pemulung AksaraÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H