Mohon tunggu...
Heronimus Bani
Heronimus Bani Mohon Tunggu... Guru - Guru

Menulis seturut kenikmatan rasa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Blusukan ala Yusuf Pemimpin Baru Pilihan Firaun

22 November 2024   09:02 Diperbarui: 22 November 2024   16:13 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Yusuf mengontrol pembangunan lumbung, Sumber: https://alkitab.sabda.org/

Pengantar

Antara tanggal 18-20 November 2024,Tim Penerjemah Alkitab dalam Bahasa Amanatun bekerja dengan Konsultan Ahli. Mereka duduk bersama, membaca dan berdiskusi pada bagian Alkitab khusus pada Cerita Yusuf. C erita Yusuf dimulai dari pasal 37 - 50 dalam kitab Kejadian (Alkitab Perjanjian Lama). 

Tim sedang bekerja/berdiskusi bersama Konsultan Ahli; Sumber foto: Roni Bani  
Tim sedang bekerja/berdiskusi bersama Konsultan Ahli; Sumber foto: Roni Bani  

Menariknya, terjemahan yang dibuat oleh tim, telah melalui beberapa tahapan. Tahapan yang dimaksudkan yakni:

  • Konsep. Konsep dibuat oleh tim dengan mengacu pada Bahasa "jembatan" yang telah melalui proses dan valid menurut Konsultan Ahli dan diakui lembaga-lembaga Penerjemahan Alkitab secara Internasional. 
  • Team Check. Maksudnya semua anggota tim duduk bersama untuk melakukan pengecekan kembali. 
  • Consultant Check. Pada tahapan ini, tim tidak bekerja sendiri. Fasilitator atau Pembina Tim duduk bersama tim dan mengundang pembaca awam. Di sini ada uji coba tahap pertama. Selanjutnya, bila Fasilitator merasa sudah baik, boleh dilanjutkan dengan Konsultan check. 

Nah, di sela bekerja bersama ini, saya sempatkan untuk menulis refleksi ini. Refleksi yang mengacu pada Kejadian 41:37-57.

Turba, Safari dan Blusukan, istilah dengan model tindakan yang serupa

Pada zaman Orde Baru ada dua istilah menarik yang dipakai oleh pemerintah ketika akan berkunjung ke daerah dan tiba bertemu dengan masyarakat. Dua istilah menarik itu yakni  turba dan safari

Turba merupakan kata akronim, turun ke bawah. Jadi maksudnya, Pejabat Pemerintah baik itu Presiden dan seterusnya ke bawah akan turun ke bawah karena mereka sedang berada di atas. 

Entah untuk berapa lama istilah ini digunakan, namun kemudian menghilang. Lalu muncul istilah safari. 

Kata safari sendiri diartikan dari Bahasa Arab, artinya keinginan untuk melakukan perjalanan yang menyenangkan. 

Istilah Safari Ramadhan sangat terkenal pada masa Menteri Penerangan Harmoko. Selama bulan Ramadhan, Sang Menteri akan berkunjung ke berbagai tempat. 

Pada sisi ini, pejabat berkunjung ke daerah, bertemu dengan pejabat di daerah dan masyarakat. Mereka dapat bertemu di rumah ibadah, kantor pemerintahan, atau di tempat-tempat yang ditentukan dengan menghadirkan masyarakat. 

Pada pertemuan seperti itu, masyarakat dapat menyampaikan sesuatu apa pun, walau terdengar gosip bahwa pertanyaan, pernyataan atau permohonan sudah diatur bersama pihak protokoler. 

Lama tidak terdengar istilah turba dan safari setelah Orde Baru berakhir. Lalu muncul istilah blusukan

Blusukan, secara etimologis berasal dari bahasa Jawa, blusuk yang artinya 'masuk'. Kata ini selanjutnya mendapat akhiran -an menjadi blusukan. Maka kata blusukan berarti memasuki tempat-tempat yang sejatinya kurang nyaman untuk dimasuki. (sumber)

Begitu gencar dan viralnya blusukan oleh karena dilakukan oleh seorang Presiden bernama Ir. Joko Widodo. Ia, disebutkan sebagai . 

Presiden yang telah ini melakukan sesuatu yang sebelumnya tidak dilakukan oleh Presiden mana pun, yakni masuk ke got yang kotor. Peristiwa ini membuat dunia diskursus makin ramai. 

Blusukan ke pasar tradisional, kampung kumuh, desa nelayan, masyarakat terisolir, dan lainnya menjadikan kata blusukan makin disukai dan dilakoni. 

Dampaknya, masyarakat bagai merasakan adanya "sentuhan" langsung dari Pemerintah, terutama Presiden. Maka, pujian tak henti-hentinya diungkapkan dan diarahkan kepada Presiden, sekaligus permohonan agar aduan dapat langsung dijawab oleh Sang Presiden. 

Mari kita bertanya, bagaimana dengan blusukan yang dilakukan oleh Yusuf (Joseph) menurut Kitab Kejadian 41:37-57? 

Secara singkat babakan cerita itu sebagai berikut:

  • Latar belakang. Yusuf dipenjarakan atas fitnah yang dialaminya. Di dalam penjara, pada satu waktu ia sukses menafsirkan mimpi 2 pejabat istana yang dipenjarakan. Kedua pejabat itu mengalami nasib sebagaimana yang disebutkan Yusuf dalam tafsirannya. Pejabat yang sukses kembali dalam jabatannya, pada satu waktu ingat pada Yusuf ketika Firaun menyampaikan bahwa ia bermimpi dan membutuhkan penafsiran atas mimpinya
  • Yusuf menghadap Firaun. Ia mendengarkan kisah dalam mimpi, lalu menafsirkan kedua mimpi sebagaimana dikisahkan oleh Firaun. 
  • Yusuf menafsirkan mimpi. Yusuf mengakui bahwa ia tidak memiliki kemampuan menafsirkan mimpi. Maka, di hadapan Firaun, ia sampaikan bahwa hanya Tuhanlah yang mempunyai kuasa untuk menyatakan sesuatu itu terjadi. Oleh karena itu, Yusuf menyampaikan bahwa Tuhan telah menunjukkan kepada Firaun akan dua masa yang berbeda. Kedua masa itu masing-masing selama 7 tahun. Tujuh tahun kelimpahan (kenyang) dan 7 tahun kelimpungan (kelaparan). 
  • Yusuf memberikan solusi. Solusi ditawarkan kepada Firaun. 𝘗𝘦𝘳𝘵𝘢𝘮𝘢, pilih (tunjuk)  seseorang yang berkompeten. Kompetensi manajerial (POACE), loyal pada atasan (Firaun), mengetahui distribusi kewenangan dan batasnya, berpengetahuan manajemen konflik, manajemen kedaulatan dan ketahanan pangan. 

Semua ini telah mempengaruhi dan terinjeksikan ke dalam nalar Firaun. Maka, keputusan untuk menetapkan dan mengangkat Yusuf menjadi orang kepercayaannya tidak ditunda. Keputusan itu final dan mengikat seluruh isi istana dan wilayah ke-Firaun-an Mesir. 

Mari membayangkan seseorang bernama Yusuf yang narapidana, langsung diangkat menjadi orang kepercayaan Sang Firaun. Betapa bila hal itu terjadi di negara demokrasi, bagaimana reaksi publik (rakyat)? 

Yusuf segera bertugas. Potensi dirinya ia eksplorasi dan diaplikasikan secara profesional.  Ia melakukan blusukan ke semua tempat di seluruh pelosok Tanah Mesir dalam masa persiapan menuju kelimpahan (panen berlipat ganda). Hasilnya berupa lumbung-lumbung persediaan yang diambil dari pembagian hasil panen masyarakat. 

Masa kelimpahan haruslah dikelola sedemikian rupa sehingga has yang didapatkan pada waktu normal berusaha, akan terlihat dan dirasakan berkelebihan pada waktu panen. Hal itu sukses diraih oleh Mesir di bawah manager agung bernama Yusuf. 

Memasuki musim kelimpungan (kelaparan) yang 7 tahun, ia tetap menggunakan potensi dirinya sedemikian rupa bukan untuk kepentingan masyarakat (rakyat) Mesir semata, tetapi juga bangsa-bangsa di sekitar mereka.  Hal ini terbukti dari datangnya saudara-saudaranya ke Mesir untuk membeli makanan sebagai persediaan bagi mereka. 

Yusuf telah sukses dengan blusukan dan penerapan manajemen yang profesional. Ia melakukan tugas yang dipercayakan kepadanya bukan untuk membangun dinasti kemegahan individual dan komunitasnya. Ia tetap menempatkan dirinya sebagai "pelayan" kepada rakyat/masyarakat Mesir dan mereka yang membutuhkan tanpa menyakiti.  

Dalam kisah ketika saudara-saudaranya datang hendak membeli makanan untuk persediaan, ia sempat mengecoh mereka. Hal ini berkaitan dengan sikap dan tindakan saudara-saudaranya. Mereka pernah memperlakukannya secara tidak adil dan tidak bertanggung jawab. Ketidakadilan yang dilakukan oleh saudara-saudaranya, diubahkan menjadi keadilan kepada mereka. Keadilan itu diubahkan oleh Tuhan untuk kebermanfaatan umat manusia.

Dalam hal menjaga harmoni kehidupan sebagai sesama saudara dari satu keluarga, ia "turun" untuk duduk makan dengan mereka walau dipisahkan meja makan agar terlihat dan terjaga wibawanya. Padahal, ia tidak dapat menahan gejolak kerinduan baik untuk adiknya, kakak-kakaknya dan terlebih ayahnya. 

Penutup

Yusuf tidak melakukan turba untuk berdialog semati. Ia bukan sekadar mewujudkan safari ke daerah untuk menyenangkan dirinya pada pemandangan keberhasilan membangun. Ia melakukan blusukan agar mengetahui secara lebih dekat kebutuhan masyarakat. Ia memberikan jawaban pasti yang melegakan.

Adakah pemimpin yang meniru Yusuf pada zaman modern ini?

Tentu ada, namun kita perlu secara jeli menelisik keikhlasan walau terlihat ada potensi dan kapabilitas diri pada mereka.

Semoga tulisan ini ada respon dari pembacanya. Mohon tempatkan di kolom komentar. hehe...

Terima kasih. 

Umi Nii Baki-Koro'oto, 22 November 2024

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun