Istilah Safari Ramadhan sangat terkenal pada masa Menteri Penerangan Harmoko. Selama bulan Ramadhan, Sang Menteri akan berkunjung ke berbagai tempat.
Pada sisi ini, pejabat berkunjung ke daerah, bertemu dengan pejabat di daerah dan masyarakat. Mereka dapat bertemu di rumah ibadah, kantor pemerintahan, atau di tempat-tempat yang ditentukan dengan menghadirkan masyarakat.
Pada pertemuan seperti itu, masyarakat dapat menyampaikan sesuatu apa pun, walau terdengar gosip bahwa pertanyaan, pernyataan atau permohonan sudah diatur bersama pihak protokoler.
Lama tidak terdengar istilah turba dan safari setelah Orde Baru berakhir. Lalu muncul istilah blusukan.
Blusukan, secara etimologis berasal dari bahasa Jawa, blusuk yang artinya 'masuk'. Kata ini selanjutnya mendapat akhiran -an menjadi blusukan. Maka kata blusukan berarti memasuki tempat-tempat yang sejatinya kurang nyaman untuk dimasuki. (sumber)
Begitu gencar dan viralnya blusukan oleh karena dilakukan oleh seorang Presiden bernama Ir. Joko Widodo. Ia, disebutkan sebagai .
Presiden yang telah ini melakukan sesuatu yang sebelumnya tidak dilakukan oleh Presiden mana pun, yakni masuk ke got yang kotor. Peristiwa ini membuat dunia diskursus makin ramai.
Blusukan ke pasar tradisional, kampung kumuh, desa nelayan, masyarakat terisolir, dan lainnya menjadikan kata blusukan makin disukai dan dilakoni.
Dampaknya, masyarakat bagai merasakan adanya "sentuhan" langsung dari Pemerintah, terutama Presiden. Maka, pujian tak henti-hentinya diungkapkan dan diarahkan kepada Presiden, sekaligus permohonan agar aduan dapat langsung dijawab oleh Sang Presiden.
Mari kita bertanya, bagaimana dengan blusukan yang dilakukan oleh Yusuf (Joseph) menurut Kitab Kejadian 41:37-57?
Secara singkat babakan cerita itu sebagai berikut:
- Latar belakang. Yusuf dipenjarakan atas fitnah yang dialaminya. Di dalam penjara, pada satu waktu ia sukses menafsirkan mimpi 2 pejabat istana yang dipenjarakan. Kedua pejabat itu mengalami nasib sebagaimana yang disebutkan Yusuf dalam tafsirannya. Pejabat yang sukses kembali dalam jabatannya, pada satu waktu ingat pada Yusuf ketika Firaun menyampaikan bahwa ia bermimpi dan membutuhkan penafsiran atas mimpinya
- Yusuf menghadap Firaun. Ia mendengarkan kisah dalam mimpi, lalu menafsirkan kedua mimpi sebagaimana dikisahkan oleh Firaun.
- Yusuf menafsirkan mimpi. Yusuf mengakui bahwa ia tidak memiliki kemampuan menafsirkan mimpi. Maka, di hadapan Firaun, ia sampaikan bahwa hanya Tuhanlah yang mempunyai kuasa untuk menyatakan sesuatu itu terjadi. Oleh karena itu, Yusuf menyampaikan bahwa Tuhan telah menunjukkan kepada Firaun akan dua masa yang berbeda. Kedua masa itu masing-masing selama 7 tahun. Tujuh tahun kelimpahan (kenyang) dan 7 tahun kelimpungan (kelaparan).
- Yusuf memberikan solusi. Solusi ditawarkan kepada Firaun. 𝘗𝘦𝘳𝘵𝘢𝘮𝘢, pilih (tunjuk) seseorang yang berkompeten. Kompetensi manajerial (POACE), loyal pada atasan (Firaun), mengetahui distribusi kewenangan dan batasnya, berpengetahuan manajemen konflik, manajemen kedaulatan dan ketahanan pangan.