Mohon tunggu...
Heronimus Bani
Heronimus Bani Mohon Tunggu... Guru - Guru

Menulis seturut kenikmatan rasa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tenun sebagai Produk Kebudayaan Atoin Meto' dalam Kerangka Persahabatan Timor Barat Indonesia - Timor Leste

8 November 2024   19:00 Diperbarui: 8 November 2024   20:51 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang ibu bersiap menenun; dokpri: Roni Bani

Pengantar

Ketika undangan untuk turut serta dalam Festival Fruonteira 2024 diterima oleh Pemerintah Kabupaten Kupang, kami sambut dengan sukacita. Sukacita itu terjadi oleh karena sekalipun secara politik dipisahkan sebagai dua negara bertetangga, namun ada hal yang membuat kita sama yakni produk kebudayaan.

Orang Timor sebagai satu suku bangsa besar serumpun yang telah menyebar di seluruh daratan Pulau Timor. Satu daratan yang membujur dalam tidurnya laksana seekor buaya.

Legenda buaya masih mengakar kuat sampai saat ini, di mana mulutnya ada di kota Kupang dan mengarah ke Kabupaten Kupang Indonesia dan ekornya ada di Viqueque Timor Leste. Legenda tentang seorang anak manusia yang hidup bersahabat dengan buaya terus menginspirasi sikap dan produk kebudayaan orang Timor yang disebut Atoin' Meto' atau Atoni' Pah Meto'.

Ada sejumlah besar hasil olah pikir yang mengantarkan pada produk kebudyaan Atoin' Meto'/Atoni' Pah Meto'. Secara umum dapat disebutkan produk kebudayaan itu seperti:

  • Ragam upacara adat
  • Bangunan/arsitektur
  • Ragam kesenian: tari, lagu, alat music/musik, teater, seni berbahasa (natoni, basan, dll)
  • Ragam produk tenunan dengan motif yang ditempatkan di sana
  • Legenda/cerita rakyat (baik yang dalam bentuk fable atau yang diasumsikan peristiwa factual pada manusia)
  • Ragam olahan makanan dan minuman
  • Bahasa

Dari produk kebudayaan yang disebutkan secara umum di atas, semua itu terdapat pada suku bangsa mana pun yang menggambarkan entitas masing-masingnya.

Indonesia dan Timor Leste sebagai dua negara merdeka dan berdaulat. Timor Leste menempati sebahagian pulau Timor di bagian Timur dan Utara; sementara itu, Kabupaten Kupang, Kabupaten Belu, Kabupaten Timor Tengah Utara, Kabupaten Malaka, Kabupaten Timor Tengah Selatan dan Kota Kupang merupakan bagian integral dari Negara Kesatuan Republik Indonesia, menempati Timor bagian Barat.

Berbeda negara, namun berada dalam satu pulau tentulah mempunyai sejarah panjang untuk sampai pada titik itu, tetapi satu hal menarik yakni produk kebudayaan dari mereka yang sedaratan ini.

Maka, ketika Festival Tapal Batas ini diadakan dan di dalamnya terdapat seminar seperti ini, menjadi menarik untuk menempatkan persepsi kebudayaan dalam satu bingkai persahabatan.

Dalam makalah ini, saya tidak membahas banyak hal yang berhubungan dengan produk kebudayaan Atoni' Pah Meto'. Saya membatasi diri pada Tenun Ikat sebagai satu produk kebudayaan yang khas di seluruh daratan Pulau Timor.

  • Evolusi Tata Berbusana

Sudah dalam pengetahuan agama dan umum bahwa manusia pada mulanya tidak berpakaian. Mereka tidak malu satu terhadap yang lainnya, namun ketika mereka mengetahui ada yang berbeda, mereka pun malu. Lalu mengusahakan untuk menutup aurat mereka.

Sang Khalik pun mengkreasikan pakaian untuk mereka. Kreasi Sang Khalik lebih mewah dan indah.

Lantas ilmu pengetahuan modern mengklasifikasi evolusi berbusana manusia dalam zaman pra sejarah, zaman kuno hingga datangnya revolusi industry. Revolusi mana menyebabkan suatu perkembangan berbusana yang makin memudahkan dengan segala ragam dan gaya.

Pengetahuan yang sama ada dalam masyarakat penghuni Pulau Timor.

Evolusi tata berbusana di Timor mencerminkan perubahan budaya, sosial, dan ekonomi yang terjadi di wilayah tersebut. Berikut adalah beberapa tahap dalam evolusi tata berbusana di Timor:

  • Pakaian Tradisional: Secara tradisional, pakaian masyarakat Timor terbuat dari tenunan tangan yang kaya akan warna dan motif. Wanita biasanya mengenakan tais, yaitu kain tenun yang diikat di pinggang. Setiap motif memiliki makna tertentu, sering kali berkaitan dengan identitas suku atau daerah.
  • Pengaruh bangsa Eropa yang tiba di Timor: Pada masa di mana ada pengaruh Eropa mulai terlihat dalam tata busana masyarakat. Pakaian tradisional sering dipadukan dengan elemen-elemen Barat, seperti jas dan gaun, terutama di kalangan elit. Masyarakat mulai mengenakan pakaian yang lebih formal dalam acara-acara tertentu.
  • Perubahan Pasca-Kemerdekaan: Setelah kemerdekaan, terjadi kebangkitan rasa nasionalisme yang berdampak pada kebanggaan terhadap budaya lokal. Pakaian tradisional kembali menjadi simbol identitas dan sering dikenakan dalam perayaan dan acara resmi.
  • Globalisasi dan Modernisasi: Dengan masuknya budaya global, terutama melalui media dan mode, pengaruh gaya Barat semakin kuat. Banyak generasi muda yang memilih pakaian kasual dan modern, meskipun tetap menghargai pakaian tradisional dalam konteks tertentu.
  • Revitalisasi dan Inovasi: Saat ini, ada gerakan untuk menghidupkan kembali dan menginovasi pakaian tradisional. Desainer lokal mulai memadukan elemen modern dengan tenun tradisional, menciptakan fashion yang lebih relevan dengan gaya hidup kontemporer.
  • Kesadaran Budaya: Meningkatnya kesadaran akan pentingnya pelestarian budaya membawa banyak masyarakat untuk lebih menghargai dan mengenakan pakaian tradisional dalam berbagai kesempatan, termasuk acara internasional.

Evolusi ini menunjukkan bagaimana busana di Timor tidak hanya sebagai alat perlindungan, tetapi juga sebagai sarana ekspresi identitas dan budaya yang terus berkembang. Masyarakat kini berada di persimpangan antara tradisi dan modernitas, menciptakan tata busana yang kaya dan beragam.

  • Peran tenun dalam kehidupan masyarakat Timor: nilai-nilai budaya dan simbolisme 

Tenun yang sudah ada di tengah-tengah masyarakat kita, bukanlah suatu kebudayaan belaka. Di dalam produk tenun terdapat sejumlah nilai budaya.

Identitas Etnis: Tenun menjadi simbol identitas masyarakat/komunitas etnis. Setiap motif dan warna pada kain tenun seringkali mencerminkan asal daerah, suku, dan bahkan status sosial.

Kearifan Lokal: Proses pembuatan tenun mencerminkan pengetahuan dan keterampilan yang diwariskan dari generasi ke generasi. Ini menunjukkan nilai pentingnya kearifan lokal dan penguasaan teknik tradisional.

Makna Spiritual: Banyak motif dalam kain tenun memiliki makna spiritual atau ritual. Kain sering digunakan dalam upacara adat, pernikahan, dan ritual keagamaan, melambangkan hubungan antara manusia dan dunia spiritual.

Solidaritas Sosial: Pembuatan tenun sering dilakukan secara kolaboratif dalam komunitas. Proses ini memperkuat ikatan sosial antar anggota masyarakat dan menciptakan rasa kebersamaan.

Ekonomi Berkelanjutan: Tenun juga memiliki nilai ekonomi. Kain tenun sering dipasarkan sebagai produk kerajinan yang mendukung perekonomian lokal dan memberikan penghidupan bagi para pengrajin.

Penghormatan terhadap Tradisi: Kegiatan tenun mengajarkan generasi muda untuk menghargai dan melestarikan tradisi serta budaya mereka, yang merupakan bagian penting dari warisan budaya

Ekspresi Kreatif: Tenun merupakan bentuk ekspresi seni yang memungkinkan para pengrajin untuk mengekspresikan kreativitas dan imajinasi mereka, menciptakan karya yang unik dan bermakna.

  • Ragam hasil tenunan.

Tenun masyarakat Timor kaya akan simbolisme, dengan ragam motif dan warna yang memiliki makna mendalam. Berikut adalah beberapa contoh makna dalam ragam motif tenun masyarakat adat Pulau Timor:

  • Motif Alam: Banyak motif terinspirasi oleh elemen alam seperti tanaman, hewan, dan fenomena cuaca. Misalnya, motif bunga bisa melambangkan keindahan dan kehidupan, sedangkan motif gunung sering dianggap simbol kekuatan dan ketahanan.
  • Motif Manusia: Beberapa kain menampilkan bentuk atau siluet manusia, yang melambangkan hubungan antara manusia dan komunitas. Ini sering kali berkaitan dengan perayaan atau ritual tertentu.
  • Simbol Adat: Banyak motif merujuk pada tradisi dan nilai-nilai masyarakat, seperti simbol yang menunjukkan status sosial atau peran gender dalam komunitas. Misalnya, kain yang dikenakan oleh pengantin sering memiliki desain khusus yang mencerminkan budaya pernikahan lokal.
  • Legenda dan Sejarah: Beberapa desain bercerita tentang mitos atau legenda lokal, menyampaikan sejarah dan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh masyarakat Timor.
  • Keseimbangan dan Harmoni: Beberapa motif mengedepankan konsep keseimbangan, menggambarkan pentingnya harmoni dalam kehidupan masyarakat, baik dalam hubungan antar manusia maupun antara manusia dan alam.
  • Ritual dan Spiritual: Kain tenun sering digunakan dalam upacara adat dan ritual keagamaan, dengan motif yang memiliki makna spiritual yang mendalam, seperti perlindungan, pengharapan, dan pengharapan akan masa depan yang baik.
  • Warna: Setiap warna dalam tenun membawa makna tertentu. Misalnya:
  • Merah: Melambangkan keberanian dan kekuatan.
  • Hitam dan hijau: Sering diasosiasikan dengan tanah dan kehidupan.
  • Putih: Simbol kesucian dan kedamaian.
  • Biru muda dan Kuning : Mewakili kemakmuran dan kebahagiaan.

Melalui simbolisme yang tergambar dalam ragam motif, tenun bukan hanya menjadi kain biasa, tetapi juga sarana untuk menyampaikan nilai, cerita, dan keyakinan yang mengikat komunitas dalam satu identitas budaya yang kuat.

  • Proses pembuatan kain tenun Timor

Secara gamblang dalam pengetahuan umum, proses di mana sehelai kain disebut sebagai kain tenun di kalangan masyarakat adat Atoin' Meto' yakni dengan dua pendekatan:

  • Ikat -- Celup -- Tenun
  • Sotis (sebutan lain soet) -- Tenun
  • Buna'
  • Tantangan dan peluang dalam melestarikan seni tenun di era modern: upaya pengembangan desain, pemasaran, dan edukasi untuk generasi muda.

Pengrajin tenun di Timor menghadapi berbagai tantangan di zaman ini, antara lain:

  • Persaingan dengan Produk Massal: Banyak produk tenun yang dihasilkan secara massal dan lebih murah, membuat pengrajin lokal sulit bersaing.
  • Perubahan Selera Pasar: Selera konsumen yang berubah-ubah membuat pengrajin kesulitan untuk mempertahankan relevansi produk mereka.
  • Akses ke Pasar: Terbatasnya akses ke pasar yang lebih luas, baik secara fisik maupun digital, menyulitkan pengrajin untuk memasarkan hasil karya mereka.
  • Sumber Daya: Kesulitan dalam mendapatkan bahan baku berkualitas dan keterbatasan alat tenun modern juga menjadi masalah.
  • Generasi Muda yang Beralih Profesi: Banyak generasi muda yang memilih meninggalkan tradisi tenun untuk mencari pekerjaan di sektor lain, sehingga pengetahuan dan keterampilan tenun mulai terancam punah.
  • Isu Lingkungan: Praktik produksi yang tidak ramah lingkungan juga menjadi tantangan, mengingat kebutuhan untuk menjaga kelestarian sumber daya alam.

Menghadapi tantangan-tantangan ini, penting bagi pengrajin untuk beradaptasi, menjalin kerjasama, dan memanfaatkan teknologi untuk mempromosikan hasil karya mereka.

Peluang para pengrajin tenun di Timor saat ini cukup menjanjikan, meskipun ada tantangan. Berikut beberapa peluang yang dapat dimanfaatkan:

  • Konsumen yang Mencari Produk Unik: Ada peningkatan minat terhadap produk lokal dan handmade. Pengrajin bisa memanfaatkan tren ini untuk menawarkan tenun sebagai produk yang memiliki nilai seni dan budaya.
  • Pemasaran Online: Platform digital dan media sosial memberikan akses lebih luas untuk memasarkan produk. Pengrajin dapat menjangkau pasar internasional dengan lebih mudah.
  • Kolaborasi dengan Desainer: Kerjasama dengan desainer fashion atau produk kerajinan dapat memperkenalkan tenun Timor ke pasar yang lebih luas dan menciptakan produk baru yang inovatif
  • Wisata Budaya: Dengan meningkatnya minat terhadap pariwisata budaya, pengrajin dapat terlibat dalam program wisata, menawarkan pengalaman tenun langsung kepada pengunjung.
  • Pendidikan dan Pelatihan: Peluang untuk memberikan pelatihan kepada generasi muda dapat membantu menjaga dan mengembangkan keterampilan tenun, serta menciptakan lapangan kerja baru.
  • Kesadaran Lingkungan: Permintaan untuk produk ramah lingkungan memberi peluang bagi pengrajin yang menggunakan bahan baku alami dan teknik tradisional.
  • Event dan Pameran: Mengikuti pameran kerajinan tangan dan festival budaya dapat membantu meningkatkan visibilitas dan penjualan.

Dengan memanfaatkan peluang-peluang ini, pengrajin tenun di Timor dapat mempertahankan tradisi mereka sekaligus meraih keberhasilan di pasar modern.

Rekomendasi

Pada akhir tulisan ini, kami hendak menyampaikan rekomendasi (saran) sebagai langkah konkrit pada pertemuan ini. Saran kami sebagai berikut: Kolaborasi Pemerintah Indonesia (NTT-Kabupaten Perbatasan) dengan Timor Leste dalam Festival Fronteira ini akan semakin semarak bila disertakan pula festival tenun. Mari membayangkan betapa banyaknya para pengrajin tenun dari seluruh daratan Timor berkumpul dalam satu parade tenun.

Dampaknya ada pada:

  • Individu dan Komunitas Pengrajin tenun akan makin giat menenun dan memproduksi
  • Para Pembuat perlengkapan tenun menyediakannya untuk para Pengrajin tenun.
  • Para Penyedia bahan baku untuk proses dan produk tenunan
  • Pegiat Wisata Kebudayaan

Sumber Pustaka

Haekase Ferdinan Edwin, dkk, Katalog Kain Tenun Tradisional Timor Tengah Selatan, Imjilogi, 2016

Jurnal Progress, Wahana Kreativitas dan Intelektualitas, PKI2, Universitas Wahid Hasyim, 2017

Liliweri Alo Prof. Dr., Makna Seni dan Kesenian, Seri Pengantar Studi Kebudayaan,, Nusa Media, 2021

Rimbawati Nur Rakhmadhani Putri, Perempuan dan Ekonomi Kreatif Tenun: Perspektif Gender, BRIN, 2023

NB: Materi ini sempat disiapkan untuk seminar di Oe-cusse Timor Leste;

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun