Pengantar
Ketika undangan untuk turut serta dalam Festival Fruonteira 2024 diterima oleh Pemerintah Kabupaten Kupang, kami sambut dengan sukacita. Sukacita itu terjadi oleh karena sekalipun secara politik dipisahkan sebagai dua negara bertetangga, namun ada hal yang membuat kita sama yakni produk kebudayaan.
Orang Timor sebagai satu suku bangsa besar serumpun yang telah menyebar di seluruh daratan Pulau Timor. Satu daratan yang membujur dalam tidurnya laksana seekor buaya.
Legenda buaya masih mengakar kuat sampai saat ini, di mana mulutnya ada di kota Kupang dan mengarah ke Kabupaten Kupang Indonesia dan ekornya ada di Viqueque Timor Leste. Legenda tentang seorang anak manusia yang hidup bersahabat dengan buaya terus menginspirasi sikap dan produk kebudayaan orang Timor yang disebut Atoin' Meto' atau Atoni' Pah Meto'.
Ada sejumlah besar hasil olah pikir yang mengantarkan pada produk kebudyaan Atoin' Meto'/Atoni' Pah Meto'. Secara umum dapat disebutkan produk kebudayaan itu seperti:
- Ragam upacara adat
- Bangunan/arsitektur
- Ragam kesenian: tari, lagu, alat music/musik, teater, seni berbahasa (natoni, basan, dll)
- Ragam produk tenunan dengan motif yang ditempatkan di sana
- Legenda/cerita rakyat (baik yang dalam bentuk fable atau yang diasumsikan peristiwa factual pada manusia)
- Ragam olahan makanan dan minuman
- Bahasa
Dari produk kebudayaan yang disebutkan secara umum di atas, semua itu terdapat pada suku bangsa mana pun yang menggambarkan entitas masing-masingnya.
Indonesia dan Timor Leste sebagai dua negara merdeka dan berdaulat. Timor Leste menempati sebahagian pulau Timor di bagian Timur dan Utara; sementara itu, Kabupaten Kupang, Kabupaten Belu, Kabupaten Timor Tengah Utara, Kabupaten Malaka, Kabupaten Timor Tengah Selatan dan Kota Kupang merupakan bagian integral dari Negara Kesatuan Republik Indonesia, menempati Timor bagian Barat.
Berbeda negara, namun berada dalam satu pulau tentulah mempunyai sejarah panjang untuk sampai pada titik itu, tetapi satu hal menarik yakni produk kebudayaan dari mereka yang sedaratan ini.
Maka, ketika Festival Tapal Batas ini diadakan dan di dalamnya terdapat seminar seperti ini, menjadi menarik untuk menempatkan persepsi kebudayaan dalam satu bingkai persahabatan.
Dalam makalah ini, saya tidak membahas banyak hal yang berhubungan dengan produk kebudayaan Atoni' Pah Meto'. Saya membatasi diri pada Tenun Ikat sebagai satu produk kebudayaan yang khas di seluruh daratan Pulau Timor.
- Evolusi Tata Berbusana