Sebuah gerakan untuk mengisi pancasila, khususnya sila ke lima tentang keadilan sosial di Keuskupan Agung Jakarta, salah satunya dengan gerakan yang disebut dengan celengan Yesus Tunawisma ... konon awalnya namanya lebih seram lagi, Yesus gelandangan... sebagai pengagum teologi pembebasan, saya tentu saja tidak asing dengan istilah tersebut, tetapi saya rasa awalnya banyak umat katolik yang risih dengan gelar itu...
Celengan atau tabungan Yesus tunawisma ini nantinya akan diberikan bukan hanya sebagai santunan untuk mereka yang membutuhkan, tetapi juga untuk program program yang sifatnya pemberdayaan bagi orang orang miskin agar ke depannya punya penghasilan baik secara pribadi dan lebih bagus lagi kalau itu secara berkelompok...Â
Tabungannya dikumpukan oleh umat dan gereja selama setahun, sesuai dengan kemampuan mereka. Saya sendiri lebih tertarik untuk melihat bagaimana sih kisah tentang Yesus Tunawisma ini, kok sepertinya ini komisi PSEnya (pengembangan sosial ekonomi) kreatif banget dan mendalam...
Awalnya saya pikir ini khas sebuah refleksi dari komisi PSE KAJ tentang Yesus tunawisma ini. Seru juga. Sedikit saya klik di google tentang Yesus Tunawisma, ternyata sudah ada peristiwa lain yang mendahuluinya di luar negeri.Â
Begitu menyadari hal ini, saya langsung punya bayangan dua kata kunci yang langsung di otak saya: satu Jesuit dan dua Amerika Latin. Kenapa? karena ordo Jesuit ini memang dikenal punya refleksi iman yang kreatif dan aneh aneh, termasuk gerakannya.Â
Kedua berkaitan dengan Amerika Latin, kenapa, karena di sinilah teologi pembebasan ini sangat kuat mengakar. Sebuah teologi yang merefleksikan iman bahwa pembebasan dari dosa bukan hanya bersifat rohani, tapi juga dosa dosa sosial, dan dalam iman orang orang yang ada di dalamnya harus terlibat untuk menghilangkan dosa dosa sosial itu. Dosa sosial itu misalnya korupsi, penindasan, ketidakadilan, dll.
Paus Fransiscus, dulunya adalah seorang Jesuit yang juga mengalami pergumulan ini di Argentina. Dalam film Two Popes yang didasarkan pada kisah nyata, Pastor Bergoglio (nama asli Paus Fransiscus) mengalami masa masa pergolakan di mana rezim militer memberangus demokrasi di Argentina.
Banyak warga yang juga berarti adalah jemaat jadi korban penangkapan dan pembunuhan karena dianggap subversif. Para pastor sebagai pemimpin jemaat harus ambil sikap untuk menyerukan suara kenabian, suara perdamaian dan dengan demikian mau tidak mau harus menuntut pemerintah untuk menghentikan kesewenangwenangan berdarah ini.Â
Hingga kemudian para pastor pun menjadi korban yang ditangkap, diculik, dan dieksekusi. Peristiwa serupa terjadi di banyak negara di Amerika Latin. Tak tanggung tanggung, uskup agung di Elsavador pun dieksekusi dalam perayaan ekaristi. Bahkan dalam peristiwa pemakaman sang uskup, penembakan brutal oleh aparat terjadi.
Kita tahu di kemudian hari, Bergoglio kemudian menjadi Paus dan warna pembebasannya sangat terasa di masa masa kepausannya. Dikenal sebagai seorang paus konservatif, rendah hati, dan sangat perhatian terhadap keadilan sosial.
Kembali ke Yesus Tunawisma, ternyata memang terinspirasi dari sebuah patung (yang kemudian menginspirasi juga dibuatnya patung patung lain) yang merefleksikan mesias sebagai seorang tuna wisma atau gelandangan.Â