Mohon tunggu...
Herulono Murtopo
Herulono Murtopo Mohon Tunggu... Administrasi - Profesional

Sapere Aude

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Tepatnya Ibu Pertiwi Pernah Diperkosa

9 April 2019   10:59 Diperbarui: 9 April 2019   11:58 332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak perlu saya uraikan di sini, bagaimana eksploitasi yang jauh lebih besar di luar jawa. Negara hadir justru menjadi bagian dari kesalahan masa lalu yang naif. 

Saya jadi ingat kata kata Moh. Hatta yang tidak setuju jika Papua masuk Indonesia, dalam sidang BPUPK, dia katakan, "jangan sampai kita lepas dari penjajahan dengan semangat yang sama dengan penjajah ketika menguasai suatu wilayah." 

Ketika saya tanyakan kepada peserta didik, mengapa Papua masuk Indonesia, jawaban mereka persis yang dikritik Hatta itu, "karena papua adalah tanah yang kaya!!!" 

Bukankah kalau motivasinya itu, persis yang ditakutkan Hatta kita punya semangat yang sama dengan imperialisme? Para pendiri bangsa waktu itu sepakat Papua masuk Indonesia karena Papua punya kontribusi besar dalam kemerdekaan Indonesia. 

Papua, terutama Boven Digoel yang menjadi tempat pembuangan para tokoh pergerakan menjadi semacam tempat yang menginspirasi kemerdekaan. 

Kalau semangatnya semacam itu, seharusnya Papua dan juga wilayah wilayah lain tentunya semestinya mendapatkan porsi lebih dalam pembangunan. 

Namun alih alih dibangun. Tanah Papua cukup lama malahan dieksploitasi dan dibiarkan miskin masyarakatnya, sementara tanahnya adalah tanah yang kaya.

Sekarang ketika pembangunan sudah dicoba diratakan, masih saja ada yang berkata, "buat apa dibangun Papua itu? kan orangnya sedikit?" Cara pikir macam apa, coba, kalau bukan cara pikir penjajah.

Sekarang, kita seperti harus memulai dari awal. Kita tersandera oleh kebijakan masa lalu yang salah. Maka, pengambilalihan Freeport, blok mahakam, Rokan, dll, semestinya diapresiasi, bukan dinyinyiri agar kita benar benar merdeka di negeri sendiri. Kita membeli ulang apa yang pernah dijual dan penggunaannya tidak jelas, bukan? 

Kalaupun katakanlah itu memang etok etok, seperti kata Prabowo itu mestinya dijelaskan dan ditunjukkan bagaimana yang tidak etok etok, tanpa harus menunggu jadi presiden atau tidak. 

Kalau berhasil berkontribusi, yakin deh rakyat akan mempercayai. Yang mesti mereka jelaskan sekarang adalah bagaimana harta kekayaan kita mengalir ke luar negeri. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun