Berikutnya kasus Rush Money yang ada hubungannya dengan aksi 212 oleh Abdul Rozak, seorang guru SMK di Pluit. Sebelum mengetahui temuan polisi tentang asal usul uang tersebut, bahkan sayapun berfikir ini ajakan serius yang provokatif. Lagi-lagi melalui media sosial, guru tersebut memposting barisan uang ratusan ribu dan juga limapuluhan ribu dengan bentuk 212. Formasi tersebut ditulis dengan ungkapan, ‘ini uang habis saya menarik’. Tentu bayangan pembaca menarik uang dari bank.
Sebelumnya, beliau melalui akun Facebook-nya, Abu Uwais, cukup gencar menyuarakan aksi rush money. Beliau mengatakan, “Ayo dukung ulama dengan aksi “RUSHMONEY” sebelum kehabisan uang,” tulis Abdul Rozak. Dia menyertakan foto salah satu cuitan di Twitter dari akun Tengku Zulkarnaen @UstadTengku yang menulis ‘Memindahkan Serentak Semua Uang Umat Ke Bank Syariah Tidak Akan Membuat Ekonomi Kolaps. Paling Hanya Membuat Bank Milik TAIPAN Bangkrut’. sumber dari jurnalindonesia.id.
Ketika tahu dari informasi polisi bahwa uang tersebut bukan uangnya sendiri, melainkan uang SPP anak-anak, jelas sekali bahwa hal ini merupakan sebentuk aksi pembodohan sekaligus memang pembohongan publik yang mencari legitimasi dari tokoh agama. Selain itu bukan uangnya, juga diketahui dia tidak punya ATM BCA. Nah, pengakuannya lagi yang mencengangkan dan jauh dari seorang cendekiawan yang mengajarkan siswa agar cerdas, dia mengatakan bahwa hal itu hanya iseng. Waduh! guru iseng dengan menggunakan uang siswa.
Terakhir adalah kasus guru membuat soal ujian yang mencantumkan kasus Ahok di SMP Muhamadiyah I Purbalingga:
“Siapakah nama calon Gubernur Jakarta yang melecehkan Al-Quran saat ini?” Soal pilihan ganda itu menyediakan jawaban: a. Paijo b. Ahik c. Ken Arok d. Basuki Candra (ahok).
Memangnya siapa Paijo?, siapa Ahik? dan siapa Ken Arok? juga siapa itu Basuki Candra? Soal ini jelas dibuat dengan main-main. Soal ujian itu soal konyol-konyolan dan siswa dididik dengan serampangan semacam ini, apa jadinya? Alih alih mencerdaskan, pembuat soal justru merawatkan dendam pada peserta didik. Padahal, bagi siswa mengerjakan soal ujian adalah mempersiapkan masa depannya.
***
Dari Cerdas Menjadi Bijaksana
Dosen berasal dari bahasa latin docere yang artinya mengajar. Sebagaimana kita tahu, jelas tanggung jawab guru adalah mengajarkan ilmunya kepada anak yang diajarnya. Menurut Anies Baswedan, tugas seorang guru bukan hanya mentransfer ilmu tapi juga menanamkan nilai, membangun karakter. Mentransfer ilmu, lebih pada taraf kognitif. Itupun bukan hanya sekadar membagikan pengetahuan.
Tapi juga, sebagai seorang ilmuwan juga mengajarkan seseorang untuk menjadi rasional, kritis, dan tidak begitu saja percaya apa yang dikatakan orang lain. Termasuk gurunya. Seandainya Thomas Alfa Edison hanya jadi anak manis yang mendengarkan dan mematuhi sang guru, belum tentu ia akan menjadi seorang inovator yang akan diakui oleh dunia.
Ya, murid yang baik harus menguji sendiri apa yang diajarkan sang guru. Ilmu memberikan ruang untuk koreksi atas apa yang sebelumnya dianggap sebgai kebebenaran. Bukan hanya gurunya yang kemungkinan salah, tapi juga ilmunya sendiri harus diuji kebenarannya.