Lapangan Santo Petrus di Vatikan. Gambar diambil pada 8 Maret 2013. (AFP PHOTO/ Filippo MONTEFORTE)
[/caption]Seorang teman yang ayahnya berasal dari Bali dan ibunya berasal dari Solo yang kebetulan suka traveling menceritakan pengalamannya di Roma dan kekagumannya. Salah satu yang baginya menarik adalah, "Ternyata Vatikan itu sangat-sangat welcome terhadap mereka yang bukan Nasrani. Ini berbeda dengan dua kota suci di agama saya yang benar-benar terlarang untuk yang berlainan agama...."
Saat itu saya sedang mau mampir ke Roma dan khususnya Vatikan. Kebetulan bertemu dengan teman saya yang hobi traveling tersebut dan pernah mengunjungi Vatikan. "Sangat bagus," katanya. Lalu dia melanjutkan, "Kota ini dan juga gerejanya sangat terbuka...."
Benar saja, ketika akhirnya saya berkunjung ke jantung kekristenan ini, ada berbagai orang dari latar belakang agama dan budaya yang berbeda-beda. Agama tentu tidak terlalu kelihatan dari surat jalannya. Justru terlihat dari penampilannya. Tentang hal ini, teman saya yang kebetulan belajar di Eropa ini bercerita ketika ditertawakan oleh temannya dari Turki tentang KTP yang mencantumkan kolom agama. "Untuk apa?" tanya mereka. Teman saya menjawab, "Ga tahu... saya juga bingung." Penampilan agama di Turki dan Itali memang masih memungkinkan. Tidak ada larangan misalnya tampil sebagai rabbi Yahudi, Islam, maupun biarawan dan biarawati.
[caption caption="Menikmati kemegahan basilika"]
Yang penting berkunjung ke jantung kekristenan ini adalah bahwa Anda tidak menjadi ancaman keselamatan orang lain maupun berpotensi merusak aset yang berharga di dalamnya. Di katedral St. Petrus misalnya tetap ada pemeriksaan keamanan layaknya di bandara-bandara. Ada setidaknya dua pemeriksaan, yang pertama untuk pemeriksaan keamanan dan yang kedua memasuki museum diperiksa kelayakan alias kesopanannya. Jadi, baik lelaki maupun wanita dilarang memakai pakaian yang tidak sopan seperti pakai you can see maupun rok mini. Hihihi... udah telanjur masuk lalu ada-ada saja mereka menyiasati hal ini. Ada yang pakai rok pendek lantas menambahkan kain syal di bawah agar tampak seperti rok. Ada juga yang pakai you can see lalu mengenakan jaket tebal padahal panas terik.
[caption caption="Filter keamanan memasuki basilika sant pietro"]
Karena yang datang ke sini bukan hanya orang-orang Katolik, jadi sangat maklum kalau di tempat ini kemudian ada berbagai kegiatan di sini. Tempat ini sekaligus sebagai tempat ziarah dan juga tempat rekreasi. Bagi para akademisi, tempat ini juga menarik untuk dikaji. Saya melihat banyak orang yang sangat religius bahkan berdoa di setiap kapel dalam katedral. Ada juga yang sekedar berfoto-foto. Kebetulan juga saya bertemu dengan orang Indonesia dan hanya sempat mengobrol sebentar dengan mereka. Semacam pengobat dahaga setelah sekian lama ga berbicara bahasa Indonesia.
[caption caption="Peta dan peraturan memasuki basilika"]
Di dalam saya melihat ada beberapa orang berjilbab dengan penampilan khas Asia sehingga saya merasa menemukan sekeping Jakarta di sana. Hahaha... maklum di Eropa saya jarang melihat orang berjilbab juga. Di luar, dalam perjalanan saya melihat dua orang Bhiksu yang mau masuk Vatikan.
Kembali ke teman saya yang terkagum-kagum dengan semangat keterbukaan Vatikan ini, dia mengatakan, "Saya memang meyakini bahwa keterbukaan semacam ini diperlukan agar bisa terjalin kedamaian dan kesalingmengertian satu dengan yang lain. Masing-masing tidak saling mencurigai dan menerima.... jelas, karena masuk Vatikan gratis saya tetap terkesan dan punya kesimpulan masalahnya bukan sekedar bisnis pariwisata...."
[caption caption="Nah... di sini ada rasa Asia, kan"]
Banyak tokoh muslim Indonesia yang pernah datang atas undangan Vatikan dalam rangka dialog antaragama. Bahkan, ketika memperjuangkan perdamaian di tanah suci Palestina yang sedang berkonflik antara sekelompok Islam dengan Yahudi, Vatikan mencoba menjadi penengah dengan mengundang doa lintas agama di tempat ini. Semoga saja semangat keterbukaan dan penghargaan semacam ini bisa menginspirasi untuk hadirnya sebuah dialog dan kerja sama menuju perdamaian.
Â
[caption caption="Apakah para bhiksu sempat berwisata?"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H