Mohon tunggu...
Herulono Murtopo
Herulono Murtopo Mohon Tunggu... Administrasi - Profesional

Sapere Aude

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Jasna gora: Religiusitas Barat Yang Bertahan

24 Juli 2015   18:01 Diperbarui: 24 Juli 2015   18:01 461
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

[caption caption="Pejiarah menyusuri benteng di Gereja Utama"]

[/caption]

Dan jadilah, kisah-kisah heroik dan mistik membumbui religiusitas Jasna Gora. Suasana kemiliteran memang sangat terasa di tempat ini dengan adanya benteng-benteng pertahanan, meriam, dan juga museum. Benteng-benteng yang ada diceritakan merupakan tempat bertahan bangsa Polandia dari serangan bangsa Swedia yang Protestan juga serangan bangsa Turki yang sudah ada di bawah kesultanan. Sementara, di museum-museum diperlihatkan juga baju-baju perang pada abad pertengahan.

Hubungan raja Polandia dan raja-raja sekitarnya dengan biarawan-biarawan di Jasna Gora juga dapat kita lihat pada banyaknya persembahan yang diberikan para bangsawan kepada biara ini. Banyak benda-benda berharga yang tersimpan dengan rapi di biara ini. Emas permata yang sangat berharga dan saya pribadi bisa membayangkan betapa megahnya dapat kita lihat di beberapa museum yang ada di sini.

[caption caption="Tempat orang berdoa...."]

[/caption]

 

Meskipun demikian, dari seorang warga yang kebetulan bisa bahasa Inggris bernama Matias, dia menceritakan bahwa Polandia merupakan bangsa yang sangat toleran dalam hal agama. Dia menceritakan, pada masa Nazi Jerman yang meskipun kamp pembantaian ada di Auzwich, orang-orang Polandialah yang banyak berusaha melindungi orang-orang Yahudi dari pembasmian. Di negara-negara lain, seperti di Belanda dan di Turki orang Yahudi banyak dikirim ke Jerman untuk kemudian dibawa ke kamp konsentrasi. Di Polandia, banyak Pastor yang mengecam pembantaian tersebut dan kemudian mereka sendiri bahkan dikirim ke kamp pembantaian. Di Jasna Gora kita masih bisa melihat roti-roti jatah makanan untuk para tawanan yang dijadikan butir-butir tasbih rosario. Sayang sekali, kami tidak diperkenankan memotret di dalam museum. Konon, saking cintanya dan inginnya para tahanan dari Polandia yang berusaha melindungi orang Yahudi, mereka rela tidak makan demi bisa berdoa rosario.

[caption caption="di depan Gereja, lama sebelum ibadah dimulai... orang harus rela antri untuk masuk Gereja"]

[/caption]

 

Lalu ketika saya tanyakan, "bagaimana dengan perang antara Swedia yang Protestan dengan Polandia yang Katolik?" Dia mengatakan bahwa sebenarnya yang terjadi adalah perang politik. Perang antara kakak adik yang kebetulan jadi penguasa masing-masing negara dan kemudian menjadikan agama sebagai isu untuk perang politik ini.

Akhirnya sayapun bisa mengamini, betapa agama seringkali dijadikan kedok untuk konflik-konflik antar penguasa. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun