Mohon tunggu...
Herulono Murtopo
Herulono Murtopo Mohon Tunggu... Administrasi - Profesional

Sapere Aude

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Jasna gora: Religiusitas Barat Yang Bertahan

24 Juli 2015   18:01 Diperbarui: 24 Juli 2015   18:01 461
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Di antara ribuan pejiarah.... ada tempat utama yang menjadi tempat bagi para pejiarah beribadah"][/caption]

Siapa yang tidak mengenal Yohanes Paulus II dengan nama kecilnya Karol Józef Wojtyła. Nama yang sedikit aneh dan asing tersebut memang berasal dari daerah Krakow di Polandia, namun spiritualitasnya (dalam sebuah catatan di Jasna Gora) tidak terlepas dari nuansa religius wilayah ini. Sebagai perbandingan, mungkin seperti pastor-pastor dari daerah Jawa yang religiusitas kekatolikannya banyak digali dari tempat ziarah Sendang Sono di Muntilan. Hal ini bisa dimaklumi mengingat Krakow yang sarat sejarah tidak banyak memiliki arti secara religius. Kecuali bahwa dari daerah ini muncul tokoh-tokoh yang religiusitasnya kuat dan cukup terkenal seperti Maximilian Kolbe, seorang biarawan Fransiscan yang rela mengajukan diri dihukum mati menggantikan seorang bapak terhukum mati yang mau dieksekusi pada masa Nazi. Pertimbangan yang cukup populer adalah biarawan ini rela menggantikan dirinya sebagai terhukum mati karena bapak keluarga itu masih punya tanggung jawab keluarga. Sedangkan dirinya, yang seorang biarawan tentu tidak ada ikatan duniawi semacam itu.

[caption caption="di sini banyak biarawan..... masih banyak orang yang terpanggil secara religius di tengah arus sekularisme Barat "]

[/caption]

Yohanes Paulus II memang menjadi ikon sekaligus menjadi kebanggaan bangsa Polandia. Banyak patung Yohanes Paulus II, sebagai orang bijak yang baik di abad ini, dapat kita jumpai di Polandia. Termasuk di Jasna Gora ini. Mungkin di sinilah dapat kita jumpai patung terbesarnya. Sampai sekarang, profil Wojtila (dibacanya voi ti wa) masih sering ditampilkan di televisi-televisi di Polandia dengan bahasa setempat. Sebagai bagian dari rumpun bahasa Slavic yang tidak ada hubungannya dengan bahasa Latin dan Inggris tentu kita akan merasa sangat asing di daerah ini. Nama Yohanes Paulus II misalnya, dikenal dengan bahasa setempat Jan Pawel II. Bahkan dengan memaksakan diri memahami bahasa Polandia yang menggunakan huruf latin, tidak lebih dari 10 persen yang tertangkap. Hampir sebulan saya di sini yang saya tahu artinya dan saya gunakan hanya kata jengkuya.... hahahaa... yang artinya terima kasih. Masih agak dekat dengan kata thank you. Parahnya lagi, di sini tidak banyak yang bisa menggunakan bahasa Inggris.

Kembali ke masalah religiusitas Barat ini, saya membayangkan bahwa Barat itu benar-benar sudah sekuler. Sangat tidak religius. Anti Tuhan. dan lain sebagainya. Nyatanya, ketika saya berkunjung di sini, gambaran itu sedikit berbeda. Orang-orangnya sangat religius. Gereja-gereja berfungsi dengan baik, bahkan menjadi kebanggaan mereka. Jasna Gora yang artinya bukit terang, menunjukkan betapa wajah religiusitas barat memang tidak seperti yang tergambar di sini atau banyak diceritakan. Saya sendiri berkunjung di sini bukan dalam rangka ziarah, tapi untuk traveling. Tapi, mengunjungi wilayah ini saya sungguh-sungguh hanyut dalam religiusitas tersebut. Betapa tidak, tidak kurang seribu orang berkunjung ke tempat ini setiap harinya. Jumlah tersebut meningkat pada bulan oktober yang bagi jemaat Katolik didedikasikan untuk Siti Maryam, ibunda Yesus.

[caption caption="Interior dalam Kapelnya mirip di Vatican"]

[/caption]

 

Di pintu gerbang masuk ke biara ini terpasang banyak bendera dari berbagai negara, orang-orang dari mana saja yang pernah datang ke sini. Memang ada bendera merah putih, tapi saya ragu apakah itu orang Indonesia yang memasangnya atau bukan mengingat Jasna Gora tidak terlalu dikenal di Indonesia layaknya Lourdes di Perancis. Di tempat ini, selain ada gereja utama yang sangat besar, terdapat juga kapel-kapel kecil dengan nuansa khas abad pertengahan. Suasana ini mirip dengan banyaknya kapel-kapel di Katedral Sant Pietro di Vatican. Di setiap kapel itu, banyak peziarah yang berdoa dan perayaan ekaristi digelar. Bahkan untuk mengikuti perayaan ekaristi di Gereja utama, jemaat harus antri hampir sepuluh meter. Ibadah dirayakan hampir setiap jam dalam satu hari dari pukul 04.00-21.00. Banyaknya orang yang antri itu meruntuhkan pandangan saya bahwa agama tidak punya masa depan di Barat. Dengan rasionalitasnya dan semangat kebebasannya, ternyata Jasna Gora dan lebih tepatnya bangsa Polandia masih mempertahankan sisi religiusitasnya.

 

[caption caption="Dokumentasi di sana... bendera-bendera dari para peziarah"]

[/caption]

Seni peradaban Kristen sangat kental ketika memasuki ruang-ruang gereja. Lukisan-lukisan dan patung rohani dengan sangat indah dapat kita saksikan di sini. Apalagi, cerita utama di sini terdapat lukisan Maria yang konon dilukis oleh Lukas penulis Injil. Lukisan Maria tersebut selamat dari perang di Turki dan kononnya lagi lukisan tersebut berasal dari Yerusalem. Tentang Ikon Maria di Turki saya jadi teringat Gereja Besar di Istanbul-konstatinopel Hagia Sophia yang kemudian berubah menjadi masjid dan akhirnya dijadikan museum. Di tempat ini, meskipun Gereja besar tersebut pernah digunakan sebagai masjid, namun ikon Maria masih bertahan sampai sekarang.

 

[caption caption="Pejiarah menyusuri benteng di Gereja Utama"]

[/caption]

Dan jadilah, kisah-kisah heroik dan mistik membumbui religiusitas Jasna Gora. Suasana kemiliteran memang sangat terasa di tempat ini dengan adanya benteng-benteng pertahanan, meriam, dan juga museum. Benteng-benteng yang ada diceritakan merupakan tempat bertahan bangsa Polandia dari serangan bangsa Swedia yang Protestan juga serangan bangsa Turki yang sudah ada di bawah kesultanan. Sementara, di museum-museum diperlihatkan juga baju-baju perang pada abad pertengahan.

Hubungan raja Polandia dan raja-raja sekitarnya dengan biarawan-biarawan di Jasna Gora juga dapat kita lihat pada banyaknya persembahan yang diberikan para bangsawan kepada biara ini. Banyak benda-benda berharga yang tersimpan dengan rapi di biara ini. Emas permata yang sangat berharga dan saya pribadi bisa membayangkan betapa megahnya dapat kita lihat di beberapa museum yang ada di sini.

[caption caption="Tempat orang berdoa...."]

[/caption]

 

Meskipun demikian, dari seorang warga yang kebetulan bisa bahasa Inggris bernama Matias, dia menceritakan bahwa Polandia merupakan bangsa yang sangat toleran dalam hal agama. Dia menceritakan, pada masa Nazi Jerman yang meskipun kamp pembantaian ada di Auzwich, orang-orang Polandialah yang banyak berusaha melindungi orang-orang Yahudi dari pembasmian. Di negara-negara lain, seperti di Belanda dan di Turki orang Yahudi banyak dikirim ke Jerman untuk kemudian dibawa ke kamp konsentrasi. Di Polandia, banyak Pastor yang mengecam pembantaian tersebut dan kemudian mereka sendiri bahkan dikirim ke kamp pembantaian. Di Jasna Gora kita masih bisa melihat roti-roti jatah makanan untuk para tawanan yang dijadikan butir-butir tasbih rosario. Sayang sekali, kami tidak diperkenankan memotret di dalam museum. Konon, saking cintanya dan inginnya para tahanan dari Polandia yang berusaha melindungi orang Yahudi, mereka rela tidak makan demi bisa berdoa rosario.

[caption caption="di depan Gereja, lama sebelum ibadah dimulai... orang harus rela antri untuk masuk Gereja"]

[/caption]

 

Lalu ketika saya tanyakan, "bagaimana dengan perang antara Swedia yang Protestan dengan Polandia yang Katolik?" Dia mengatakan bahwa sebenarnya yang terjadi adalah perang politik. Perang antara kakak adik yang kebetulan jadi penguasa masing-masing negara dan kemudian menjadikan agama sebagai isu untuk perang politik ini.

Akhirnya sayapun bisa mengamini, betapa agama seringkali dijadikan kedok untuk konflik-konflik antar penguasa. 

(Foto-foto adalah koleksi pribadi)

 

[caption caption="Di terik matahari... orang bahkan rela berlutut di depan Gereja dalam ibadah"]

[/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun