Judul ini kalau diterjemahkan dalam bahasa indonesia ga akan sebagus judul aslinya. Judul ini saya dapatkan dari sebuah buku yang ditulis oleh Patricia Love dan Steven Stosny. Membaca sekilas judul ini memang saya sudah bisa membayangkan apa isinya. Tapi tulisan ini tidak meresensi buku yang terbit tahun 2007 ini. Maklum saya bukan peresensi yang baik.
Saya hanya terinspirasi dari judul tersebut. kenapa ketika wanita bicara lelaki pergi meninggalkannya. Jawabannya mungkin pernah saya jadikan judul postingan di kompasiana juga, wanita butuh bicara, lelaki merasa diinterogasi. Sekarang, kalau melihat konteks dalam buku tersebut agak berbeda. Wanita memang butuh bicara dan lelaki memang merasa diinterogasi, tapi temanya agak sedikit lain.
Dalam awal-awal buku tersebut memang bicara tentang relasi. Jadi begini... wanita itu sangat ingin membicarakan relasi dengan pasangannya. Ketika wanita mulai membicarakan relasinya dengan pasangan, maka ini adalah sebentuk ungkapan ketakutan jangan sampai hubungan mereka menjadi berantakan. Itulah yang dulu juga pernah saya tulis bahwa orientasi seorang wanita itu memang relasi. Dalam hal inilah mereka kemudian tidak segan-segan untuk mengungkapkan manakala relasinya terancam.
Saya ingat sebuah adegan dalam film Soekarno garapan Hanung, di sana ada keributan antara Soekarno dan Inggid yang dipicu oleh 'kecemburuan Inggrid' pada hubungan Soekarno dengan anak angkatnya, Fatma. Dan benar, akhirnya perceraian terjadi. Soekarno menikahi Fatma dan Inggrid pun harus merelakan untuk kemudian pulang ke Bandung. Saya bisa membayangkan, awalnya Inggrid sudah mencium aroma ancaman relasi mereka. Keributan terjadi, hingga akhirnya benarlah apa yang dia pikirkan.
Wanita, harus membicarakan bagaimana relasi mereka dengan pasangannya. Setidaknya begitulah yang dia rasakan. Maka ketika ada tayangan iklan yang menampilkan seorang lelaki bilang, "aku ini punya arti ga sih buat kamu? hemhh? penting ga sih?" saya yakin, ini dalam dunia nyata hampir mustahil.
Dalam dunia nyata, wanita lah yang selalu butuh penegasan, "aku ini penting ga sih buat kamu?"
"Kamu ini sebenarnya cinta ga sih sama aku?"
Hehehehe.... sementara, bagi lelaki ngomongin relasi itu menjadi semacam teror. Karena dia sebenarnya ingin untuk membangun relasi yang intim dengan pasangannya. Hanya saja dia tidak pandai dan tidak suka berbicara. Jadilah kemudian, dia merasa tak berarti, gagal, tak becus, dll. Kita ingat, bahwa orientasi lelaki adalah kesuksesan dan prestasi. Bahwa relasi juga menjadi bagian dari prestasinya, ini sifatnya non verbal. Itulah sebabnya, ketika wanita ngajak bicara tentang "gimana ya... hubungan kita sekarang kok rasanya kering..."
Ini akan membuat si lelaki merasa dipermalukan. Padahal, yang diungkapkan wanita itu adalah ketakutannya, bagaimana dia ingin tahu bagaimana tanggapan si lelaki terhadap masalah relasi mereka. Lelaki juga ingin membangun relasi yang hangat itu, hanya saja bukan dalam diskusi. Yang praktis-praktis saja. Sebenarnya dia ingin mengatakan, " ah... sebenernya kamu ingin ke mana sih biar kita bisa akrab. ngomong aja deh... aku turutin. Asal ga dibicarakan ajah..."
Sayangnya, lelaki bukan pembicara yang baik. Ia adalah pemecah masalah yang akan kebingungan dengan air mata seorang wanita yang tiba-tiba menangis dan baginya tanpa sebab. Makanya, dalam hal relasi ini jangan heran kalau anda, para wanita, mendapati pasangan anda yang cerdas tiba-tiba saja terkesan menjadi bodo.
[caption id="attachment_331566" align="aligncenter" width="387" caption="Gambar saya capture dari googlebooks.com"][/caption]
Mendapati hal ini, dalam tahap yang lebih serius, sang wanita akan merasa bahwa pasangannya sedang ngambeg... sedang sedih, sedang bermasalah, dll. Parahnya, seperti wanita ingin diperlakukan, wanita ini kemudian mendekat dan mencoba mengajak berbicara. Kalau lelaki sedang diam dan memang dalam masalah, sebaiknya ditinggalkan saja.... begitu dia menemukan ide dan jalan keluar, dia akan kembali normal kok. Demikian juga, kalau memang ada masalah dengan hubungan dan relasi, bagi wanita, sebaiknya tidak membicarakannya secara langsung. Cukuplah wanita membuat tes-tes kecil... apakah kalau dia diajak makan di luar, dia akan berbeda? kalau dia nonton tv dia akan merespons, dll. Baru pada saat semacam itu, saat yang baik untuk melihat kedalaman relasi sebenarnya bermasalah apa tidak.
Sedangkan bagi lelaki, kalau mendapati wanita sedang diam dan dalam masalah... justru harus diajak bicara. Kenapa sih... ada apa sih... kayaknya ada masalah ya? dll. Kalimat-kalimat ini akan menjadi kotak padora yang bagus untuk membuka hati seorang wanita yang sedang beku... hehehe
Sayangnya... yang terjadi sering sebaliknya. Ketika wanita merasa butuh bicara, membicarakan relasinya dengan pasangan, lelaki butuh diam dan ditinggalkan. Akhirnya, women talk and men walk.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H