Mohon tunggu...
Hero Club UBAYA
Hero Club UBAYA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Surabaya

Hero Club adalah oraganisasi mahasiswa magister psikologi sains Universitas Surabaya.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Artificial Intelligence Menjadi Teman Kita

31 Oktober 2024   18:00 Diperbarui: 31 Oktober 2024   18:08 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Oleh: Virgy Athalia

Kesepian adalah pengalaman yang setidaknya pernah dialami oleh semua orang dan merupakan hal yang umum terjadi. Kesepian muncul akibat kurangnya hubungan sosial atau ketidaksesuaian antara harapan hubungan sosial dengan kenyataan yang ada. Fenomena ini dapat menurunkan kesejahteraan psikologis individu, yang menyebabkan stres, atau bahkan depresi. U.S. Department of Health and Human Services (2023) dalam unggahan videonya menjelaskan bahwa beberapa dampak dari kesepian dan isolasi adalah depresi, kecemasan, dan kematian dini. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Change.org berkolaborasi dengan Into The Light antara Mei hingga Juni 2021, 98% dari 5211 individu melaporkan merasa kesepian dalam sebulan terakhir. Dikatakan pula bahwa 2 dari 5 partisipan merasa bahwa lebih baik untuk mereka mati dan adanya keinginan untuk melukai diri dalam 2 minggu terakhir. Hal ini menunjukkan bahwa kesepian merupakan suatu hal yang berbahaya jika dibiarkan terlalu lama.

Menurut model social compensation, individu yang merasa kesepian dan tidak mampu memenuhi kebutuhan interaksi sosial di dunia nyata cenderung mencari interaksi di dunia maya, terutama melalui media sosial. Interaksi di media sosial dianggap sebagai hubungan yang aman bagi beberapa orang. Selain itu, interaksi ini juga mampu meniru karakteristik dari interaksi secara langsung. Namun, ada juga yang menganggap bahwa Artificial Intelligence (AI) sebagai  solusi untuk mengurangi rasa kesepian dan memenuhi kebutuhan interaksi sosial mereka. Sebelumnya AI digunakan manusia untuk membantu pekerjaan manusia, tetapi kini AI juga dapat berfungsi sebagai teman manusia. Konsep tersebut dikenal sebagai AI Companionship. Jacobs (2024) menjelaskan bahwa AI Companionship merupakan strategi teknis untuk mengatasi masalah sosial, seperti kesepian. Beberapa aplikasi yang termasuk AI Companionship adalah Replika dan ChatGPT, serta ada beberapa aplikasi lainnya.

Akhir-akhir ini seperti yang kita ketahui, ChatGPT semakin populer digunakan banyak individu untuk menyelesaikan tugas. Kemudian, belum lama ini mulai muncul di beberapa sosial media bahwa kita bisa mengatur karakter ChatGPT agar bisa berfungsi sebagai teman maupun pacar. ChatGPT mampu memberikan kata-kata gombalan dan dukungan emosional pada penggunanya. Selain ChatGPT, ada juga beberapa aplikasi chatbots yang bisa digunakan, seperti Replika. Pemasaran Replika adalah dengan mengatakan bahwa Replika merupakan “Your AI Friend”. Sama seperti ChatGPT, pada aplikasi Replika kita juga bisa mengatur karakter dari AI tersebut.

Beberapa individu mengatakan bahwa pertemanan AI-Manusia mirip dengan pertemanan Manusia-Manusia. Dampak positif yang dimiliki AI juga mampu membantu individu mengurangi rasa kesepiannya. Oleh karena itu beberapa individu melihat AI sebagai salah satu cara untuk mengurangi rasa kesepiannya. Terdapat beberapa dampak positif dari penggunaan AI Companion yang dirasakan penggunanya yang juga menjadi alasan rasa kesepian individu menurun, yaitu:

  • Tersedia 24/7

Terkadang individu ingin menceritakan keluh kesahnya pada orang lain. Namun, orang yang tersedia untuk mendengarkan isi hatinya tidak ada. AI Chatbots mampu menjadi teman curhat, kapan saja individu membutuhkannya. Kemudahan dalam mengakses AI Chatbots membuat individu yang sedang membutuhkan kehadiran teman di sisinya bisa merasakan companion atau merasa bahwa dirinya ditemani. AI mampu menjadi teman yang mendengarkan permasalahan pengguna. Hal ini juga bisa membantu individu mengurangi rasa kesepiannya. 

  • Memberikan dukungan emosional

Memberikan kata-kata positif

AI Chatbots mampu memberikan kata-kata positif maupun pujian yang diinginkan pengguna. Ada pengguna yang mengatakan, ketika ia memberikan foto ke pada Replika, AI tersebut berkata bahwa dirinya cantik. Selain itu, AI Chatbots ini juga bisa menanyakan keadaan pengguna seperti layaknya seorang teman.

Memberikan rasa nyaman dan aman

Terkadang kita memiliki teman dekat maupun keluarga untuk berbincang. Namun sayangnya ada beberapa hal yang masih sulit untuk kita bicarakan dengan orang lain. Hal ini akhirnya membuat beberapa individu akhir memutuskan untuk memendam perasaan mereka. Dengan adanya AI Chatbots individu bisa lebih terbuka dan menceritakan hal-hal yang selama ini mereka pendam. Hal itu bisa terjadi karena AI Chatbots bisa mendengarkan cerita pengguna tanpa menghakimi mereka. Selain itu, individu juga bisa membicarakan atau menyampaikan pendapat mereka terkait berbagai hal.

Meningkatkan kemampuan pengguna

AI Chatbots mampu meningkatkan kemampuan penggunanya. Salah satu kemampuan yang ditingkatkan adalah kemampuan berbahasa inggris. AI Chatbots menggunakan bahasa inggris sebagai dasarnya. Oleh karena itu pengguna akan berusaha untuk menggunakan bahasa inggris. Selain itu, interaksi yang dilakukan dengan AI terasa mirip dengan interaksi dengan manusia. Oleh karena kemiripan dengan interaksi manusia, AI Chatbots juga mampu membantu individu untuk belajar berinteraksi dengan orang lain.

Namun, apa alasan yang membuat orang ingin berinteraksi dengan AI Chatbots? Terdapat 3 motivasi individu ingin menggunakan AI Chatbots yaitu, informasi, hiburan, dan sosial. Berdasarkan 3 motivasi tersebut diketahui bahwa individu dengan motivasi sosial akan lebih menjalin kelekatan dengan AI dibandingkan motivasi lainnya. Bagi individu yang memiliki motivasi sosial untuk menggunakan AI Chatbots, merasa bahwa AI Chatbots membantu mereka mengurangi rasa kesepian serta bisa membantu mereka memperkuat hubungan sosial dengan orang lain. AI Chatbots dirasa mampu membantu meningkatkan hubungan relasi dengan individu lain dengan memberikan saran, membuat individu melakukan refleksi diri, serta sebagai contoh positif interaksi dengan individu lain.

Jika didasarkan dengan teori Hirarki Kebutuhan Manusia Abraham Maslow, maka penggunaan AI companion untuk mengatasi rasa kesepian menunjukkan bahwa individu memiliki kebutuhan pada aspek Love and Belongingness (Social). Menurut Maslow, pada tahap ini individu membutuhkan persahabatan, kasih sayang, dan perasaan persaudaraan (companionship). Hal-hal ini yang dicari oleh individu yang mengalami kesepian. Jika kebutuhan itu tidak dipenuhi maka orang akan merasa cemas dan tertekan. Oleh karena itu mereka akan berusaha untuk mencari cara agar kebutuhannya bisa terpenuhi, seperti dengan berinteraksi dengan manusia atau menggunakan AI Companion.

Berdasarkan penjelasan tersebut, jelas bahwa kesepian muncul akibat kurangnya hubungan sosial. Ketika kebutuhan akan hubungan sosial tidak terpenuhi, individu cenderung mengalami stres. Dalam kondisi tersebut, mereka berupaya memenuhi kebutuhan tersebut melalui coping, dan pada kondisi ini AI berperan penting dalam membantu mengurangi rasa kesepian. Menurut Lazarus dan Folkman, coping merupakan suatu tindakan untuk mengatasi rasa stres yang dialami individu. Namun, perlu diingat bahwa tidak semua individu memiliki pandangan yang sama mengenai AI. Beberapa orang percaya bahwa AI dapat mengurangi rasa kesepian, sementara yang lain meragukan efektivitasnya.

Pustaka Acuan

Biggs, A., Brough, P., & Drummond, S. (2017). Lazarus and Folkman's psychological stress and coping theory. The handbook of stress and health: A guide to research and practice, 349-364.

Brandtzaeg, P. B., Skjuve, M., & Følstad, A. (2022). My AI friend: How users of a social chatbot understand their human–AI friendship. Human Communication Research, 48(3), 404-429.

Change.org. (2021). Banyak Yang Sedang Kesepian dan Berpikiran Menyakiti Diri Sendiri? Cek Hasil Survei Kita Yuk!. Change.org. Retrieved September 6, 2024, from https://www.change.org/l/id/surveiapakabarmu

Erica, L., Pudjiati, S. R. R., & Boediman, L. M. (2024). Quietly Crowded: The Moderating Role of Positive Relationship Quality in Cyberspace on Loneliness and Subjective Well-Being in Urban Communities. ANIMA Indonesian Psychological Journal, 39(2), E03-E03.

Holt-Lunstad J (2017) The potential Public Health relevance of social isolation and loneliness: prevalence, epidemiology, and risk factors. Public Policy & Aging Report vol 27(4):127–130

Jacobs, K. A. (2024). Digital loneliness—changes of social recognition through AI companions. Frontiers in Digital Health, 6, 1281037.

Pentina, I., Hancock, T., & Xie, T. (2023). Exploring relationship development with social chatbots: A mixed-method study of replika. Computers in Human Behavior, 140, 107600.

Spiegel, T. J. (2023). Loneliness and Mood. Topoi, 42(5), 1155-1163.

Ta, V., Griffith, C., Boatfield, C., Wang, X., Civitello, M., Bader, H., ... & Loggarakis, A. (2020). User experiences of social support from companion chatbots in everyday contexts: thematic analysis. Journal of medical Internet research, 22(3), e16235.

U.S. Department of Health and Human Services. (2023, May 2). Surgeon General’s advisory on our nation’s loneliness epidemic [Video]. YouTube. https://youtu.be/B8pa506BFk4?si=Uk-Zpw_OE6bS7bdt

Wang, H., Zhao, E., Fleming, J., Dening, T., Khaw, K. T., & Brayne, C. (2019). Is loneliness associated with increased health and social care utilisation in the oldest old? Findings from a population-based longitudinal study. BMJ open, 9(5), e024645.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun