Mohon tunggu...
Hernindya TyasRahmawati
Hernindya TyasRahmawati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Hubungan Internasional

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Keikutsertaan Australia dalam Quadrilateral Security Dialogue 2 (Quad 2.0)

7 Oktober 2021   10:21 Diperbarui: 7 Oktober 2021   10:26 968
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

PENDAHULUAN

Hubungan kerja sama antar negara menjadi suatu hal yang penting dalam menjamin keamanan dan kesejahteraan dalam lingkup sistem internasional yang anarki. Oleh karena itu, tidak sedikit negara yang memilih untuk bekerja sama atau beraliansi dengan negara lain dalam bidang keamanan. Australia merupakan sebuah negara di wilayah Pasifik yang menjadi kekuatan dominan di wilayah kepulauan Pasifik dan Melanesia (Hayward-Jones, 2015). 

Di sisi lain, geografis Australia yang berada di antara samudera Hindia dan Pasifik juga memberi keuntungan sekaligus tantangan bagi Australia dalam hal keamanan (Lemahieu, 2020). Wilayah geografis Australia dinilai lebih aman dari kerentanan isu keamanan regional, tetapi posisi Australia membuat negeri kangguru tersebut harus memastikan keamanan nasionalnya dengan sumber daya yang terbatas (Lemahieu, 2020).

Tantangan keamanan Australia semakin meningkat dengan munculnya Tiongkok sebagai kekuatan di wilayah Asia-Pasifik dan mulai menjadi hegemoni dunia. Ancaman Tiongkok bagi Australia mulai muncul sejak meningkatnya dominasi Tiongkok dalam kerja sama Regional Assistance Mission to Solomon Island (RAMSI) (Hayward-Jones, 2015). 

Tidak hanya itu, Tiongkok juga menjalin hubungan yang lebih erat dengan negara-negara di wilayah Pasifik dengan memberikan bantuan sebesar 850 juta dollar AS kepada 8 negara kepulauan di Pasifik sehingga meningkatkan pengaruhnya di regional tersebut (Hayward-Jones, 2015). Meningkatnya pengaruh Tiongkok membuat keamanan serta kepentingan Australia di wilayah Indo-Pasifik terancam (Australian Government, 2017). 

Dengan dinamika yang terjadi di wilayah Indo-Pasifik serta ancaman stabilitas regional akibat persaingan antara Amerika Serikat serta Tiongkok, membuat Australia mempertimbangkan untuk melakukan kerja sama di bidang Keamanan, salah satunya melalui Quadrilateral Security Dialogue.

Pembahasan

Quadrilateral Security Dialogue atau QUAD merupakan sebuah dialog keamanan yang strategis antara Australia, Amerika Serikat (AS), Jepang, dan India yang pertama kali dibentuk pada tahun 2007 (Rai, 2019). Sejarah QUAD dapat ditelusuri kembali pada bencana tsunami yang terjadi di Samudera Hindia pada tahun 2004, yang mana AS membentuk koalisi bersama India, Jepang, dan Australia untuk melakukan kolaborasi dalam memberikan asistensi pemulihan terhadap negara-negara yang terdampak bencana tsunami tersebut (Rai, 2019). 

Pada tahun 2007, keempat negara yang berkolaborasi dalam pemulihan tsunami Samudera Hindia melakukan pertemuan secara resmi di Manila (Buchan & Rimland, 2020). Pertemuan yang dilakukan keempat negara melahirkan kerja sama Quad yang lebih formal yang berfokus pada keamanan dan perdagangan. 

Namun setelah terpilihnya Kevin Rudd sebagai perdana menteri Australia, Australia secara resmi menyatakan bahwa Quad tidak cocok dengan visi Australia serta tidak akan bergabung dalam pertemuan pada bulan Januari tahun 2008, hal ini menyebabkan Quad menjadi kerja sama yang non-aktif di tahun yang sama (Buchan & Rimland, 2020).

Pada tahun 2017, keempat negara yang tergabung pada Quad melakukan pertemuan untuk menegosiasikan kembalinya Quad menjadi Quad 2.0 sebagai kerja sama yang strategis di bidang keamanan regional, yang mana aliansi tersebut kembali berdiri atas dasar untuk mendorong perdamaian dan stabilitas di regional Indo-Pasifik (Rai, 2019). 

Kerja sama Quad 2.0 kembali dibentuk sebagai respons atas meningkatnya kekuatan militer Tiongkok serta aktivitas Tiongkok di wilayah Asia Tenggara (Buchan & Rimland, 2020). Meningkatnya intensitas sengketa yang terjadi di Laut Tiongkok Selatan serta Laut Tiongkok Timur juga menjadi salah satu faktor penting atas berdirinya Quad 2.0, disebabkan tindakan koersif yang dilakukan oleh Tiongkok memberikan ancaman terhadap negara-negara seperti India, Jepang, dan Australia (Lee, 2020). 

Oleh karena itu, Tiongkok sempat menentang berdirinya Quad 2.0 karena dinilai sebagai upaya keempat negara dalam mengisolasi Tiongkok serta menjadikannya ancaman diplomasi bagi negeri tirai bambu serta stabilitas regional Asia Tenggara (Buchan & Rimland, 2020). Selain itu, kepentingan geostrategis juga mengikat keempat negara dalam mendirikan Quad 2.0 untuk menjaga balance of power di regional agar tidak ada negara yang dominan (Lee, 2020).

Quad 2.0 juga menjadi tempat bagi Australia untuk memenuhi kepentingan nasionalnya. Ada beberapa kepentingan yang hendak dicapai oleh Australia dengan bergabung bersama Quad 2.0. Australia memiliki kepentingan untuk menjaga hubungan bilateral di bidang keamanan untuk menjamin keamanan regionalnya, ditambah dengan peran Australia yang terpilih sebagai bagian dari Dewan Keamanan PBB membuat Australia berusaha untuk mewujudkan lingkungan keamanan regional yang stabil (Rai, 2019). 

Oleh karena itu, Quad 2.0 dapat dipandang sebagai salah satu upaya Australia dalam mewujudkan tujuan tersebut. Selanjutnya, kepentingan Australia dalam Quad 2.0 juga untuk menekan pengaruh Tiongkok di Australia baik dari segi politik maupun keamanan, yang mana sejak tahun 2016, Canberra telah menganggap aktivitas Tiongkok sudah mengancam balance of power dan keamanan di wilayah Indo-Pasifik (Lee, 2020). 

Kekhawatiran Australia juga dibuktikan melalui Tiongkok yang bekerja sama dengan Vanuatu untuk membangun pangkalan militernya di negara yang berdekatan dengan negeri kangguru tersebut (Lee, 2020). Hal ini membuat Canberra merasa terancam dengan kehadiran pangkalan militer Tiongkok di dekat wilayahnya sehingga aliansi Quad 2.0 dinilai dapat menjadi solusi untuk menekan aktivitas Tiongkok di sekitar Australia.

Kepentingan lain dari bergabungnya Australia dalam Quad 2.0 adalah untuk mempererat hubungan bilateral dengan India, negara yang juga merupakan anggota dari Quad 2.0. Hal ini disebabkan karena latar belakang Quad 2.0 yang merupakan aliansi dalam merespons tindakan Tiongkok di Indo-Pasifik sehingga membuat Australia dilema karena Beijing merupakan mitra dagang terbesar Canberra (Wyeth, 2017). 

Dilema ini membuat Australia mengambil langkah untuk meningkatkan hubungannya dengan India sebagai mitra dagang dan ekonomi terbesar sehingga apabila Tiongkok mengancam hubungan perdagangannya dengan Australia, negeri kangguru tersebut dapat mengubah arah perdagangannya ke arah kerja sama dengan India (Wyeth, 2017).

Kesimpulan

Kerja sama Quad menjadi salah satu wadah kolaborasi yang menyatukan empat negara, yaitu Australia, AS, Jepang, serta India. Kembalinya Quad menjadi Quad 2.0 digunakan sebagai bentuk respons keempat negara atas meningkatnya aktivitas Tiongkok di kawasan Indo-Pasifik. Australia sendiri memiliki beberapa kepentingan dengan bergabung kembali ke dalam Quad 2.0, yang mana kepentingan tersebut berfokus pada keamanan dan ekonomi. 

Canberra melihat adanya ancaman baik secara keamanan regional serta politik dengan hadirnya Tiongkok yang membuat pangkalan militer di Vanuatu serta aktivitasnya dalam sengketa Laut Tiongkok Selatan. Namun di sisi lain, Tiongkok merupakan mitra dagang terbesar Australia sehingga Quad 2.0 dinilai dapat mengancam hubungan perdagangan kedua negara tersebut. 

Oleh karena itu, Australia melalui Quad 2.0 juga mempererat hubungannya dengan India yang dinilai dapat berpotensi menjadi mitra dagang alternatif selain Tiongkok. Sehingga keikutsertaan Australia dalam Quad 2.0 dapat dilihat juga sebagai upaya pemenuhan kepentingan nasional Australia.

REFERENSI

Australian Government. (2017). 2017 Foreign Policy White Paper. Canberra: Australian Government.

Buchan, P. G., & Rimland, B. (2020). Defining the Diamond: The Past, Present, and Future of the Quadrilateral Security Dialogue. Washington DC: CSIS.

Hayward-Jones, J. (2015). Australia and security in the Pacific Islands region. Dalam R. Azizian, & C. Craner (ed.). Regionalism, Security & Cooperation in Oceania. Honolulu: Asia-Pacific Center for Security Studies. 67-78

Lee, L. (2020). Assessing the Quad: Prospects and Limitations of quadrilateral cooperation for advancing Australia's interest. Lowy Institute: https://www.lowyinstitute.org/publications/assessing-quad-prospects-and-limitations-quadrilateral-cooperation-advancing-australia#sec42621 pada 5 Oktober 2021

Lemahieu, H. (2020). The Case for Australia to Step Up in Southeast Asia. Brookings Institutions. Washington DC: Brookings.

Rai, A. (2019). Quadrilateral Security Dialogue 2 (Quad 2.0) -- a credible strategic construct or mere "foam in the ocean"? Maritime Affairs: Journal of the National Maritime Foundation India, 14(2), 138-148.

Wyeth, G. (2017). Why has Australia shifted back to the Quad? The Diplomat: https://thediplomat.com/2017/11/why-has-australia-shifted-back-to-the-quad/ Pada 6 Oktober 2021.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun