PENDAHULUAN
Hubungan kerja sama antar negara menjadi suatu hal yang penting dalam menjamin keamanan dan kesejahteraan dalam lingkup sistem internasional yang anarki. Oleh karena itu, tidak sedikit negara yang memilih untuk bekerja sama atau beraliansi dengan negara lain dalam bidang keamanan. Australia merupakan sebuah negara di wilayah Pasifik yang menjadi kekuatan dominan di wilayah kepulauan Pasifik dan Melanesia (Hayward-Jones, 2015).Â
Di sisi lain, geografis Australia yang berada di antara samudera Hindia dan Pasifik juga memberi keuntungan sekaligus tantangan bagi Australia dalam hal keamanan (Lemahieu, 2020). Wilayah geografis Australia dinilai lebih aman dari kerentanan isu keamanan regional, tetapi posisi Australia membuat negeri kangguru tersebut harus memastikan keamanan nasionalnya dengan sumber daya yang terbatas (Lemahieu, 2020).
Tantangan keamanan Australia semakin meningkat dengan munculnya Tiongkok sebagai kekuatan di wilayah Asia-Pasifik dan mulai menjadi hegemoni dunia. Ancaman Tiongkok bagi Australia mulai muncul sejak meningkatnya dominasi Tiongkok dalam kerja sama Regional Assistance Mission to Solomon Island (RAMSI) (Hayward-Jones, 2015).Â
Tidak hanya itu, Tiongkok juga menjalin hubungan yang lebih erat dengan negara-negara di wilayah Pasifik dengan memberikan bantuan sebesar 850 juta dollar AS kepada 8 negara kepulauan di Pasifik sehingga meningkatkan pengaruhnya di regional tersebut (Hayward-Jones, 2015). Meningkatnya pengaruh Tiongkok membuat keamanan serta kepentingan Australia di wilayah Indo-Pasifik terancam (Australian Government, 2017).Â
Dengan dinamika yang terjadi di wilayah Indo-Pasifik serta ancaman stabilitas regional akibat persaingan antara Amerika Serikat serta Tiongkok, membuat Australia mempertimbangkan untuk melakukan kerja sama di bidang Keamanan, salah satunya melalui Quadrilateral Security Dialogue.
Pembahasan
Quadrilateral Security Dialogue atau QUAD merupakan sebuah dialog keamanan yang strategis antara Australia, Amerika Serikat (AS), Jepang, dan India yang pertama kali dibentuk pada tahun 2007 (Rai, 2019). Sejarah QUAD dapat ditelusuri kembali pada bencana tsunami yang terjadi di Samudera Hindia pada tahun 2004, yang mana AS membentuk koalisi bersama India, Jepang, dan Australia untuk melakukan kolaborasi dalam memberikan asistensi pemulihan terhadap negara-negara yang terdampak bencana tsunami tersebut (Rai, 2019).Â
Pada tahun 2007, keempat negara yang berkolaborasi dalam pemulihan tsunami Samudera Hindia melakukan pertemuan secara resmi di Manila (Buchan & Rimland, 2020). Pertemuan yang dilakukan keempat negara melahirkan kerja sama Quad yang lebih formal yang berfokus pada keamanan dan perdagangan.Â
Namun setelah terpilihnya Kevin Rudd sebagai perdana menteri Australia, Australia secara resmi menyatakan bahwa Quad tidak cocok dengan visi Australia serta tidak akan bergabung dalam pertemuan pada bulan Januari tahun 2008, hal ini menyebabkan Quad menjadi kerja sama yang non-aktif di tahun yang sama (Buchan & Rimland, 2020).
Pada tahun 2017, keempat negara yang tergabung pada Quad melakukan pertemuan untuk menegosiasikan kembalinya Quad menjadi Quad 2.0 sebagai kerja sama yang strategis di bidang keamanan regional, yang mana aliansi tersebut kembali berdiri atas dasar untuk mendorong perdamaian dan stabilitas di regional Indo-Pasifik (Rai, 2019).Â