Mohon tunggu...
hernawati kusuma
hernawati kusuma Mohon Tunggu... Administrasi - guru biasa

ibu yang sedang belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Ungkep Malam Hari Biar Nggak Ribet

13 Mei 2019   14:49 Diperbarui: 13 Mei 2019   14:53 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dapur menjadi tempat favorit saya di rumah. Barangkali saya tidak sendirian. Tetapi jangan salah. Saya bukan termasuk yang pintar memasak meski saya mencintai dapur. Saya hanya merasa harus berada di dapur pada jam-jam tertentu setiap hari. Memastikan keluarga mendapatkan makanan dan minuman yang cukup dan baik. Terutama anak-anak karena mereka berada dalam masa pertumbuhan.

Klise ya? Tapi bagi saya, memasak menjadi keterampilan yang harus dikuasai. Baik laki-laki maupun perempuan. Itulah alasan saya mewajibkan anak-anak saya ke dapur. Paling tidak mereka harus bisa membuat masakan sederhana. Nasi goreng, cap jai, sayur sop, sayur asem, goreng ikan, orak-arik telur, untuk menyebut beberapa. Keterampilan ini akan sangat dibutuhkan jika suatu saat mereka berada jauh dari orang tua. Kuliah misalnya.

Karena saya bekerja, mayoritas masakan yang saya buat simpel dan anti ribet. Tumis sayur, sayur bening, goreng ikan, ikan bumbu kuning, ayam kecap, tahu-tempe, bali tahu-telur. Muter ke situ lagi. Baru pada hari libur, saya balas dendam. Mengeksplorasi masakan. Membuat pepesan, bothok, sayur-sayur bersantan misalnya. Mengapa harus menunggu hari libur? Karena saya bisa leluasa mengulek bumbu di atas cobek tanpa terburu-buru dan memeras kelapa parut untuk mendapat santannya dengan sempurna.

Seiring perkembangan teknologi, mengulek bumbu segar ini termasuk keterampilan langka. Banyak orang beralih ke blender, chopper, untuk menghaluskan bumbu yang akan dimasak. Atau bahkan beralih ke bumbu instan. Namun, saya tetap setia mengulek manual. Menurut saya, bumbu yang diblender rasanya berbeda dengan bumbu ulekan manual. Ulekan manual bisa mempertahankan rasa dan aroma bumbu aslinya. Entahlah.

Saking senangnya saya mengulek, saya mempunyai beragam ukuran cobek. Mulai dari yang kecil, sedang, besar, dan jumbo. Itu menjadi alasan seorang sahabat menghadiahi saya cobek plus ulekan batu ketika saya menempati rumah baru. Sampai sekarang, cobek plus ulekan itu selalu saya pakai setiap menghaluskan bumbu segar.

Dengan setengah bercanda saya bilang ke sahabat saya tadi, "Setiap kebahagian atas masakan yang kubuat, ada pahala buatmu,"

"Kok bisa?" tanyanya heran.

"Ya, karena aku menguleknya dengan cobek dan ulekan darimu," jawab saya mantap.

Dia tertawa saudara!

Ngomongin sahur, sekarang bagaimana menyiasati makan sahur yang gampang dan anti ribet.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun