“Strict parents, give birth to good liars” – Simran Dhawale
Apakah kamu pernah merasa terlalu di kekang oleh orang tua sehingga untuk main bersama teman-teman saja rasanya sulit sekali? Atau pernahkah kamu tidak diberikan kebebasan dalam berpendapat karena orang tua mu merasa bahwa pilihan merekalah yang terbaik tanpa bertanya apakah kamu menyetujuinya?
Sering kali orang tua membatasi anaknya tanpa menjelaskan apa tujuan mereka melakukan itu, tanpa memberikan kesempatan sang anak untuk memberikan sudut pandang dari diri mereka.
Terkadang orang tua merasa bahwa pilihan merekalah yang paling baik, tanpa memikirkan apakah anak ini akan bahagia dan menikmati pilihan mereka tanpa ada nya rasa tertekan.
Itu adalah yang saya rasakan, sering kali orang tua saya melarang saya untuk pergi bermain sama teman karena rasa takut mereka dan ketika saya menyuarakan pendapat saya tentang apa yang mau saya pilih baik itu di bidang akademik maupun hal lain.
Rasa khawatir mereka sering kali membuat saya menjadi merasa terkekang dan tidak nyaman, saya jadi tidak mudah untuk bersosialisasi dan menyuarakan pendapat saya ke orang lain karena merasa takut dicela.
Rasa khawatir mereka bukan tanpa sebab sebenarnya, itu adalah bentuk cinta dan kasih sayang mereka karena mereka takut terjadi sesuatu ke saya, banyaknya berita tentang kenakalan anak remaja membuat mereka semakin tidak mau membiarkan saya melakukan ini itu sendiri. Hal itu tidak hanya dialami oleh saya saja, disekitar saya banyak anak yang merasakan hal serupa.
Annisa Zaenab Nur Fitria (2023), psikolog klinis mengatakan anak yang mendapatkan didikan otoriter cenderung akan menjadi pembohong yang baik, aturan-aturan yang ketat dan tegas membuat anak menjadi pribadi yang licik.
Saat di rumah anak akan berperilaku seolah mereka adalah anak yang baik, namun saat tidak ada orang tua disekitarnya mereka akan berperilaku berbanding terbalik. Anak akan menjadi pembohong agar mereka dapat menyembunyikan sesuatu supaya tidak mendapatkan masalah.
Di sisi lain, Psikolog Wendy Mogel, ahli dalam pengasuhan anak menyatakan anak yang dibesarkan oleh orang tua otoriter akan menghubungi orang tua sebelum memutuskan sesuatu, ini membuat sang anak menggantungkan segalanya ke orang tua sehingga anak tidak mampu mengambil keputusan sendiri dengan baik.
Tidak ada salahnya menanyakan pendapat ke orang tua, namun alangkah lebih baiknya jika anak bisa mengambil keputusan dan menanggung kesalahan mereka, hal itu membuat anak dapat belajar sendiri.
Apakah anak harus selalu dikekang dan diatur oleh orang tua? Tidak, anak butuh waktunya sendiri, anak butuh mengeksplore dunia selagi itu adalah hal yang baik kenapa dilarang? Jangan khawatir anak akan menjadi nakal jika tidak dikekang, bukankah orang tua bisa mengawasi dan memberi nasihat jika memang anak melakukan kesalahan.
Jangan biarkan anak menjadi pribadi yang tidak percaya diri dan pembohong. Jangan biarkan anak tidak dapat menyuarakan pendapatnya hanya karena orang tua tidak pernah mau mendengarkan mereka.
Artikel yang berjudul Pola asuh orangtua dan pengaruhnya pada anak di situs parent binus menjelaskan pola asuh dengan gaya otoritatif bersifat positif dan mendorong anak untuk mandiri, namun orangtua tetap menempatkan batas-batas dan kendali atas tindakan mereka.
Pola asuh ini memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih dan melakukan suatu tindakan, serta pendekatan yang dilakukan orangtua ke anak juga bersifat hangat.
Pada pola ini, komunikasi yang terjadi dua arah dan orangtua bersifat mengasuh dan mendukung. Anak yang diasuh dengan pola ini akan terlihat lebih dewasa, mandiri, ceria, mampu mengendalikan diri, beriorientasi pada prestasi, dan mampu mengatasi stresnya dengan baik.
Berikan mereka ruang untuk berpendapat, berikan mereka rasa aman untuk menceritakan bagaimana perasaan mereka, bagaimana hari mereka. Berikan mereka rasa nyaman saat mau meminta izin untuk melakukan sesuatu tanpa rasa takut akan dimarahi. Jangan biarkan mereka tidak nyaman dirumahnya sendiri, jangan biarkan anak membatasi diri mereka dengan orang tua.
Bagi orang tua yang mau memberikan pola asuh yang baik untuk anaknya dan ingin membuat anak menjadi pribadi yang terbuka dan jujur tanpa ada rasa takut dirumah sendiri, ini saatnya mencoba untuk mempelajari bagaimana cara mendidik anak yang baik tanpa ada intimidasi, bagaimana cara agar anak mau menuangkan segala isi kepala dan isi hatinya tanpa ada rasa canggung dan takut.
Pertama, penting bagi orang tua untuk menciptakan lingkungan yang mendukung komunikasi terbuka. Dengarkan anak dengan penuh perhatian, tunjukkan ekspresi wajah yang menunjukkan ketertarikan, dan berikan tanggapan yang melihat bahwa orang tua sedang memahami. Usahakan untuk menghindari interupsi ketika anak sedang bercerita, berikan anak ruang untuk mengekspresikan diri sepenuhnya.
Usahakan sabaran dan hindari langsung memberikan penilaian, karena hal ini dapat membuat anak tidak mau berbagi pikiran atau perasaannya. Dengan memberikan perhatian dan penghargaan kepada setiap cerita yang diungkapkan anak, orang tua membantu membangun ikatan emosional yang kuat dan menciptakan hubungan yang sehat dalam keluarga.
Kedua, dengarkan dengan cermat keinginan dan pendapat anak, beri mereka kesempatan untuk menyuarakan pendapat mereka. Buat diskusi yang membangun, di mana pendapat anak dihargai.
Selanjutnya, berikan pengertian tentang konsekuensi dari setiap pilihannya, jadi anak dapat membuat keputusan dengan memahami apa saja dampaknya. Berikan ruang bagi anak untuk mengeksplorasi minat dan bakat mereka sendiri, dan beri dukungan positif terhadap pilihan yang mereka buat.
Menurut Ajeng H. Puspita, M.psi., Psikolog (2021) dengan mendengar pendapat anak, orangtua dapat membangun komunikasi dan kelekatan yang kuat, orangtua dapat lebih mudah memahami kebutuhan dan keinginan anak, orangtua dapat mengetahui kesulitan yang dihadapi oleh anak.
Ketiga, membuat aturan dan konsekuensi adalah langkah penting dalam membimbing anak-anak menuju perilaku yang positif dan tanggung jawab. Orang tua perlu bersikap konsisten dalam menetapkan aturan yang jelas dan mudah dimengerti oleh anak.
Sebelumnya, diskusikan aturan tersebut dengan anak untuk memastikan anak dan orang tua memiliki pemahaman yang sama dan memberikan anak kesempatan untuk memberi pendapat.
Pastikan aturan yang dibuat sesuai dan realistis untuk anak mematuhi aturan tersebuti. Selain itu, tentukan konsekuensi yang adil dan sebanding terhadap mereka jika terjadi pelanggaran aturan.
Penting untuk menjelaskan konsekuensi tersebut dengan tegas, tetapi juga memberikan kesempatan anak untuk belajar dari kesalahan mereka.
Dengan konsistensi, komunikasi terbuka, dan pendekatan yang baik, orang tua dapat menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak dengan baik.
Tidak ada salahnya jika orang tua memiliki rasa khawatir dan ketakutan akan hidup anaknya, tetapi itu bukan menjadi sebuah alasan untuk orang tua bisa melakukan pola asuh yang otoriter hingga memberikan dampak negatif kepada anak.
Pengalaman dari seorang anak yang merasa terkekang oleh ekspektasi dan batasan dari orang tua dapat memberikan suatu pandangan tentang bagaimana pentingnya mendidik anak dengan pola asuh yang mendukung pertumbuhan agar positif.
Orang tua juga perlu untuk melakukan komunikasi terbuka, mendengarkan pendapat anak dengan penuh perhatian dan memberikan ruang kepada anak untuk mengeksplorasi dunia mereka sendiri.
Dengan menciptakan lingkungan sekitar yang mendukung kebebasan berpendapat, mengambil keputusan dengan mandiri dan rasa tanggung jawab, orang tua dapat membantu anak tumbuh menjadi individu yang jujur, percaya diri dan memiliki kemampuan mengatasi segala tantangan dalam hidup mereka.
Menghormati seluruh sisi setiap anak dan memberikan anak dukungan yang positif akan membentuk dasar yang kokoh untuk membangun hubungan keluarga yang sehat, memastikan perkembangan secara maksimal ke anak-anak mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H