Coaching lebih kepada membantu seseorang untuk belajar daripada mengajarinya. Sejalan dengan pendapat para ahli tersebut, International Coach Federation (ICF) mendefinisikan coaching sebagai"...bentuk kemitraan bersama klien (coachee) untuk memaksimalkan potensi pribadi dan profesional yang dimilikinya melalui proses yang menstimulasi dan mengeksplorasi pemikiran dan proses kreatif."Â
Ki Hadjar Dewantara menekankan bahwa tujuan pendidikan itu 'menuntun' tumbuhnya atau hidupnya kekuatan kodrat anak sehingga dapat memperbaiki lakunya. Oleh sebab itu keterampilan coaching perlu dimiliki para pendidik untuk menuntun segala kekuatan kodrat (potensi) agar mencapai keselamatan dan kebahagiaan sebagai manusia maupun anggota masyarakat.Â
Proses coaching sebagai komunikasi pembelajaran antara guru dan murid, murid diberikan ruang kebebasan untuk menemukan kekuatan dirinya dan peran pendidik sebagai 'pamong' dalam memberi tuntunan dan memberdayakan potensi yang ada agar murid tidak kehilangan arah dan menemukan kekuatan dirinya tanpa membahayakan dirinya. Dalam relasi guru dengan guru, seorang coach juga dapat membantu seorang coachee untuk menemukan kekuatan dirinya dalam pembelajaran.Â
Pendekatan komunikasi dengan proses coaching merupakan sebuah dialog antara seorang coach dan coachee yang terjadi secara emansipatif dalam sebuah ruang perjumpaan yang penuh kasih dan persaudaraan. Proses coaching yang berhasil akan menghasilkan kekuatan bagi coach dan coachee untuk mengembangkan diri secara berkesinambungan.
Agar dapat membantu rekan sejawat kita untuk mengembangkan kompetensi diri mereka, kita perlu memiliki paradigma berpikir coaching terlebih dahulu. Paradigma tersebut adalah:
- Fokus pada coachee/rekan yang akan dikembangkan
- Bersikap terbuka dan ingin tahu
- Memiliki kesadaran diri yang kuat
- Mampu melihat peluang baru dan masa depan
Selain itu kita juga harus berpedoman pada prinsip coaching yaitu Kemitraan, Proses Kreatif dan Memaksimalkan Potensi. Kemitraan ini diwujudkan dengan cara kita membangun kesetaraan dengan orang yang akan kita kembangkan, tidak ada yang lebih tinggi atau lebih rendah di antara keduanya.Â
Kesetaraan dapat dibangun dengan cara menumbuhkan rasa percaya diri kita, pada saat kita akan mengembangkan rekan sejawat yang lebih tua, lebih senior, dan atau lebih berpengalaman. Sebaliknya, kita perlu menumbuhkan rasa rendah hati pada saat rekan sejawat yang akan kita kembangkan adalah rekan yang lebih muda, lebih junior, dan atau memiliki pengalaman yang lebih sedikit dari kita.Â
Proses kreatif maksudnya, ketika kita melakukan kegiatan coaching kita melakukan percakapan dua arah, memicu proses berfikir coachee dan memetakan serta menggali situasi coachee untuk menghasilkan ide-ide baru. Prinsip coaching yang ketiga adalah memaksimalkan potensi.Â
Untuk memaksimalkan potensi dan memberdayakan rekan sejawat, percakapan perlu diakhiri dengan suatu rencana tindak lanjut yang diputuskan oleh rekan yang dikembangkan, yang paling mungkin dilakukan dan paling besar kemungkinan berhasilnya.Â
Selain itu juga, percakapan ditutup dengan kesimpulan yang dinyatakan oleh rekan yang sedang dikembangkan. Dalam melakukan kegiatan coaching kita berpedoman pada alur percakapan TIRTA, yang merupakan singkatan dari Tujuan, Identifikasi, Rencana Aksi dan Tanggung Jawab.
Pada kegiatan Ruang Kolaborasi sesi 1, kami berlatih untuk mempraktikkan dan mempelajari bagaimana menjadi coach dan coachee yang tepat. Melakukan kegiatan coaching bersama teman-teman Calon Guru Penggerak lainnya. Dengan melakukan latihan kegiatan coaching kami dapat lebih memahami bagaimana seharusnya yang kita lakukan sebagai coach untuk menyelesaikan permasalahan yang diutarakan oleh coachee yang nantinya mendapatkan solusi yang dikembangkan sendiri dari coachee. Tugas coach hanya membantu coachee untuk menemuuukaaan dan mengembangkan kompetensi coachee dalam menyelesaikan permasalahannya.