Mohon tunggu...
Herman Utomo
Herman Utomo Mohon Tunggu... Penulis - pensiunan

mencoba membangkitkan rasa menulis yang telah sekian lama tertidur... lewat sudut pandang kemanusiaan yang majemuk

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

ke-bohong-an.....

23 Januari 2025   12:25 Diperbarui: 23 Januari 2025   12:23 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Memasuki tahun dua ribu dua puluh lima tanpa berasa usia penulis juga mulai merambah naik. Tetapi di tambahnya usia, rasanya ada hal-hal yang aneh menurut pandangan kacamata penulis yang bertambah plusnya. Bahkan saking meledaknya berita yang mengharu biru membuat kacamata penulis makin melorot turun.

Bukan rekayasa namanya, kalau tiba-tiba beberapa nelayan mengaku dan mengklaim bahwa pemagaran laut yang sedang heboh ini dilakukan secara swadaya. Logika seorang pensiunan pun bermain. Uang dari mana para nelayan yang dengan rela hati membelanjakan bambu cerucuk, jaring dan material lainnya. Apalagi tentu saja keluar biaya buat angkutan sampai sejauh tiga puluh kilometer. Sekali lagi uang dari mana ? Semua orang tahu, bagaimana kehidupan nelayan sehari-harinya. Mau cari ikan saja susah. Boro-boro buang duit buat belanja bambu. Tentu saja ini di luar nalar bukan ? alias bohong.

Kalau saja ada warga yang bekerja dan dibayar, itu tentu beda cerita. Karena kitapun akan tahu, tentu ada oknum yang ada di belakang layar tancap. Dan bukan tidak mungkin juga kalau ada aparat pemerintah desa yang sudah menjual kebohongan demi keberpihakkannya ke pemilik modal. Dan tanpa mereka sadari, para nelayan yang sudah mengaku sudah berswasembada itu sudah melakukan kebohongan publik.

pexels-robert-lens-114877802-10067197
pexels-robert-lens-114877802-10067197

Seperti halnya tahun kemarin saat rakyat berpesta dalam ajang pemilihan umum maupun pemilihan kepala daerah. Peringatan akan terjadinya “serangan fajar” saat mendekati hari H pemilihan umum dan pemilihan kepala daerah, bisa membuktikan bahwa masih saja ada orang-orang yang dengan sengaja memberikan uang untuk tujuan-tujuan tertentu agar beroleh kemenangan suara yang diinginkan. Dan itu memang benar adanya, seperti yang diceritakan tetangga kami di lingkungan tempat tinggal kami yang lama.

Kebohongan yang sengaja ditampilkan memang tidak ada pada jaman sekarang saja yang katanya dunia sudah makin tua. Tetapi pada kenyataannya, membonceng sejarah yang tertulis dalam Kitab Suci, ada juga peristiwa sejenis. Seperti ada tertulis, Dan sesudah berunding dengan tua-tua, mereka mengambil keputusan lalu meberikan sejumlah besar uang kepada serdadu-serdadu itu dan berkata : Kamu harus mengatakan, bahwa murid-murid-NYA datang malam-malam dan mencuri-NYA, ketika kami sedang tidur.

Sebuah kisah klasik yang berdasar pada penyebaran berita palsu terkait kebangkitan Yesus. Dimana para imam kepala dan tua-tua mengadakan pertemuan dengan prajurit-prajurit yang menjaga makam dengan tujuan menutupi sebuah kebenaran. Tentu saja ada harga yang harus dibayar, yaitu dengan cara memberikan sejumlah uang kepada prajurit-prajurit tersebut dan menyuruh mereka untuk menyatakan bahwa murid-murid Yesuslah yang datang mencuri tubuh-NYA saat mereka tertidur. Apakah ini juga dulu sudah disebut “serangan fajar” ?. Entahlah. Yang jelas ini sebuah kebohongan publik juga.

pexels-julia-malushko-61822729-8070370
pexels-julia-malushko-61822729-8070370

Sebuah pembelajaran tentang kekuatan yang disebut sebagai kebohongan dan manipulasi dalam menjaga status quo. Karena pada kenyataannya kebohongan seringkali digunakan untuk melindungi kepentingan tertentu, bahkan sekalipun itu bertentangan dengan kebenaran.

Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah, seberapa jauh kita mampu menahan kebenaran dan mempertahankannya, sekalipun mungkin bisa saja terjadi tekanan dan godaan yang begitu kuat untuk menyembunyikannya, meski diiming-imingi dengan lembaran rupiah ?

pexels-neosiam-685674 
pexels-neosiam-685674 

Sebagai penulis dan sebagai sosok manusia yang memiliki iman keyakinan kepada Sang Khalik, tentu saja mencoba untuk hidup benar di tengah ketidak benaran dan hidup sungguh di tengah berbagai manipulasi yang berkecamuk dan terbentuk. Mendasari juga dengan ayat yang tertulis demikian. Sebab orang-orang demikian tidak melayani Kristus, Tuhan kita, tetapi melayani perut mereka sendiri. Dan dengan kata-kata mereka yang muluk-muluk dan bahasa mereka yang manis mereka menipu orang-orang yang tulus hatinya.

Hari terus berjalan tanpa ada yang bisa menghentikan kecuali Sang Khalik yang penuh Kuasa. Tetapi menjadi sebuah perenungan kembali bagaimana kita, minimal diri sendiri menjadi manusia yang memiliki pribadi yang senantiasa berkomitmen pada kebenaran, bahkan saat menghadapi tantangan dan tekanan. Karena pada dasarnya sebagai manusia sekaligus sebagai individu, kita memiliki tanggung jawab untuk dapat mengungkapkan kebenaran dan tidak terpengaruh oleh manipulasi dan kebohongan, sekaligus juga sebagai saksi dari kebenaran itu sendiri dan tentu saja tetap menjaga integritas dan kejujuran dalam segala hal yang kita lakukan.

pexels-robert-lens-114877802-10067197
pexels-robert-lens-114877802-10067197

Rasanya uang makin berkuasa saja di akhir jaman, sehingga tidak bisa lagi membedakan kebenaran dan kejahatan. Dan sepertinya siang ini dengan cuaca yang masih mendung membuat kacamata penulis makin melorot. Segitunya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun