Mohon tunggu...
Herman Utomo
Herman Utomo Mohon Tunggu... Penulis - pensiunan

mencoba membangkitkan rasa menulis yang telah sekian lama tertidur... lewat sudut pandang kemanusiaan yang majemuk

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dibuang....

23 Januari 2024   11:45 Diperbarui: 23 Januari 2024   12:01 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
httpspixabay.comidphotosuang-uang-kertas-rupiah-indonesia-7340892

Rasanya menjadi miris, mendengar bagaimana anak-anak yang terlahir sedemikian rupa, begitu saja ditinggalkan ibunya tanpa mau peduli kelangsungan hidup anak darah dagingnya sendiri yang di cetak akibat nafsu duniawi yang diterima mentah-mentah tanpa mencoba memagari hidupnya dengan iman yang kuat kepada Tuhan Sang Pencipta.

httpspixabay.comidphotosbayi-peduli-sedang-tidur-baru-lahir-20339
httpspixabay.comidphotosbayi-peduli-sedang-tidur-baru-lahir-20339

Terpikir oleh penulis, dapatkah seorang perempuan melupakan bayinya, sehingga ia tidak menyayangi anak dari kandungannya ? Sekalipun dia melupakannya. Tuhan tidak akan melupakan engkau. Di tengah pembicaraan yang terus berlanjut, penulis mencoba berpikir begini, apakah si ibu tadi tidak pernah merasakan bagaimana dulu dilahirkan dari rahim ibunya dan dipelihara hingga saat ini. Dan kalau itu dikembalikan secara runut, bukankah itu semua karena kehendak dan otoritas Sang Khalik.

Dalam suapan nasi kuning yang kesekian kalinya, hanya terbayang bahwa ternyata pergaulan bebas anak-anak muda di luar jawa bisa jadi sudah sejajar dengan tata cara pergaulan bebas di tanah jawa. Hubungan sex bebas menjadi suatu penyakit yang cepat merebak dan demikian menular dengan cepat. Tanpa bimbingan dan proteksi yang benar dari orang tua bisa menjadikan generasi anak muda sekarang menjadi generasi yang liar.

httpspixabay.comidphotosuang-uang-kertas-rupiah-indonesia-7340892
httpspixabay.comidphotosuang-uang-kertas-rupiah-indonesia-7340892

Ini bisa dibuktikan bagaimana seramnya tawuran dengan sudah dibekali senjata tajam yang seakan mau berperang dengan penjajah. Bagaimana seramnya pergaulan demi beroleh uang secara instan untuk bisa hidup bak sultan, rela mengorbankan tubuh dan keperawannya dan menggantinya dengan lembaran uang ratusan ribu. Bagaimana seramnya banyak kasus bayi yang baru terlahir, terbuang begitu saja. Tanpa kita sadari, inilah fakta yang ada di sekitar lingkungan dimana bisa jadi kita tinggal dan hidup. Dan waktu menit demi menit terus berjalan, sementara nasi kuning sudah tidak lagi berbentuk gunungan tumpeng. Semua ludes. Begitu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun