Mohon tunggu...
Herman Utomo
Herman Utomo Mohon Tunggu... Penulis - pensiunan

mencoba membangkitkan rasa menulis yang telah sekian lama tertidur... lewat sudut pandang kemanusiaan yang majemuk

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tersembunyi....

16 Januari 2024   12:25 Diperbarui: 16 Januari 2024   12:31 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bukan juga seperti halnya masalah yang dicoba ditutup-tutupi dan menjadi tersembunyi di alam kelanggengan, kalau boleh dibilang begitu. Karena sesungguhnya tidak ada sesuatupun yang tertutup yang tidak akan dibuka dan tidak ada sesuatupun yang tersembunyi yang tidak akan diketahui. Bisa jadi karena malu, sehingga cerita pilu ini menjadi sesuatu yang tersembunyi. Tetapi tentu saja tidak demikian di hadapan Tuhan bukan ?

Hingga hari ini sosok si B tidak pernah muncul batang hidungnya di perumahan penulis tinggal. Sebuah konsekuensi yang harus diterima sebagai sangsi sosial diantara sesama. Tetapi apakah demikian adanya sebuah penyelesaian, ketika antar sesama sama-sama merasa tidak enak berberkubang dengan hukum, apalagi dengan sesama tetangga, yang pernah bergaul akrab ? Entahlah.

Di satu sisi, memperlihatkan akan adanya kejengkelan dan kemarahan yang tertahan. Dan itu secara manusiawi tidak bisa dipungkiri. Begitu juga sebaliknya, yang sepertinya mengingatkan penulis akan sebuah nasehat bijak. Dan janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan, atau caci maki dengan caci maki, tetapi sebaliknya, hendaklah kamu memberkati, karena untuk itulah kamu dipanggil, yaitu untuk memperoleh berkat.

httpspixabay.comidphotosmerah-menakjubkan-alam-pemikiran-5073566
httpspixabay.comidphotosmerah-menakjubkan-alam-pemikiran-5073566

Ketika kandang burung kembali dikaitkan di tempat asalnya, setelah selesai dibersihkan dan diberi makanan dan minuman semuanya, penulis iseng menanyakan kepada tetangga depan rumah. Lalu gimana kelanjutannya ? Ya gak tau lah, jawabnya. Antara menyerah, putus asa dan marah. Lalu tiba-tiba hujan turun dengan lebatnya. Begitu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun