Seorang filosof Cina yang cukup mashyur, Lao Tse pernah berkata. The journey of thousand miles begin with one step, yang diterjemahkan sebagai perjalanan seribu mil dimulai dengan satu langkah. Sebuah pembenaran dari sebuah kebenaran. Karena apapun yang bakal kita semua jalani akan dimulai dengan tahapan awal, yaitu langkah perdana.
Begitu juga saat membuka lembaran tahun baru dua ribu dua puluh empat dengan sejuta harapan yang membentang di hadapan mata penulis. Beberapa orang selalu menanyakan. Apa resolusi di tahun ini ? Bisa saja kita akan mengemukakan pandangan seperti menaruh bintang di langit. Yang menjadi pertanyaan adalah, siapkah kita ketika perjalanan yang sudah disusun sedemikian rupa, tetapi pada kenyataannya situasinya terbalik seratus delapan puluh derajat ?
Perjalanan hidup yang pernah penulis alami beberapa tahun silam, bisa menjadi sebuah kaleidoskop pribadi. Karena sebuah peristiwa yang tidak terduga, apapun bisa terjadi. Saat itu kondisi keuangan keluarga di pertengahan tahun yang sedang berjalan, mendadak goyah. Bahkan kalau diibaratkan sebagai kran air yang ditutup secara tiba-tiba. Dan kehidupan penulis sekeluarga seperti dunia terbalik dan dijungkirbalikkan sampai ke titik nol. Sempat terlintas dalam hati. Katanya kalau beriman dengan sungguh kepada Sang Khalik, hidupnya bakal aman, nyaman dan sentausa ? Koq malah menjadi terbalik begini ?
Seperti roda yang  berputar, kadang di atas kadang di bawah. Tidak hanya melulu bicara tentang finasial. Tetapi bisa juga tentang kesehatan, keluarga, percintaan, bisnis, pekerjaan, study bahkan tentang iman percaya kepada Sang Pencipta Aalam Semesta. Dan rasanya setiap insan manusiapun pernah mengalami jatuh bangun di dalam perjalanan hidupnya. Entah sekali atau dua kali entah juga malah tidak bangun-bangun.
Menjadikan sebuah rasa yang mendadak tawar, padahal langkah kita sudah memasuki langkah yang ke sembilan ratus tujuh puluh lima dari target seribu langkah. Ketika kemudian apa yang kita bayangkan setinggi langit, tetapi faktanya adalah berbalikan dengan ekpetasi kita, bisa jadi apa yang ada di pikiran dan di hati kita yang muncul adalah protes, keluhan dan rasa penasaran.
Jadi teringat sepenggal kalimat dari kisah tentang Nabi Yunus, yang sempat terjebak dalam problem yang dihadapinya. Jadi sekarang, ya Tuhan, cabutlah kiranya nyawaku, karena lebih baik aku mati dari pada hidup. Sebuah protes kepada Tuhan di tengah keputusasaan yang bisa juga kita alami dalam kehidupan sehari-hari. Sebuah jawaban menohok dari Sang Penguasa hidup layak dicerna. Tetapi jawab-NYA : Layakkah engkau marah ?
Perjalanan seribu mil dimulai dari satu langkah, itu betul. Seperti yang pernah penulis alami kemudian. Sesuai dengan berjalannya waktu, perekonomian penulis mulai membaik. Anak-anak sudah mulai memasuki bangku kuliah sesuai dengan cita-cita mereka masing-masing. Apakah langkah yang ke sekian masih bisa berjalan mulus, bak lewat jalan tol ? Ternyata tidak juga. Dalam keseriusan bekerja sebagai Abdi Negara, penulis difitnah melakukan korupsi puluhan juta rupiah, yang akhirnya tidak terbukti.
Â