Mohon tunggu...
Herman Utomo
Herman Utomo Mohon Tunggu... Penulis - pensiunan

mencoba membangkitkan rasa menulis yang telah sekian lama tertidur... lewat sudut pandang kemanusiaan yang majemuk

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Raport....

15 Desember 2023   13:35 Diperbarui: 15 Desember 2023   13:40 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
httpspixabay.comidillustrationsmengatur-gambar-koleksi-pos-3047724

Sambil membaca berita dari handphone lewat media sosial yang banyak bersliweran. Sambil juga menyeruput teh wasgitel alias teh wangi panas legi dan kentel produk kota Tegal yang sudah lama penulis tidak kunjungi. Kedua telinga ini mencoba menangkap obrolan isteri dengan asisten rumah tangga yang baru saja datang. Sekilas dia bercerita tentang anaknya yang masih sekolah di tingkat sekolah menengah pertama, yang kemarin baru terima raport hasil penilaian sepanjang semester.

Dan rasanya sudah lama sekali penulis tidak pernah ambil raport, setelah anak bungsu lulus menyelesaikan sekolah tingkat atas di tahun dua ribu tiga belas yang lalu di kota Semarang. Masih ingat bagaimana ribetnya orang tua harus meluangkan waktu sejenak untuk bisa bertemu dengan wali kelas untuk bisa menerima raport dengan sedikit masukan untuk membangkitkan semangat anak-anak didiknya.

Tetapi sejujurnya ada juga kekuatiran dan ketakutan dari anak-anak yang bermasalah di dalam didikan di sekolahnya, dengan tampilan nilai yang bakal diperkirakan akan berwarna merah di raportnya. Seperti halnya saat penulis masih sekolah di tingkat sekolah menengah atas di tahun  seribu sembilan ratus delapan puluh satu. Ada seorang kawan yang demikian takut dan kuatirnya dengan orang tuanya, karena sudah mengira bahwa nilai di raportnya bakal merah membara sehingga sepertinya perlu segera memanggil pemadam kebakaran.

httpspixabay.comidillustrationsmengatur-gambar-koleksi-pos-3047724
httpspixabay.comidillustrationsmengatur-gambar-koleksi-pos-3047724

Dan apa yang dilakukannya adalah sebuah kekonyolan. Undangan penerimaan raport dari sekolahnya bukan diberikan kepada orang tuanya, tetapi malah diberikan kepada seorang tukang becak yang mangkal di depan sekolah. Dengan berbagai alasan yang masuk akal, kawan ini akhirnya bisa minta tolong sama tukang becak untuk bisa mengambil raportnya. Tentu saja dengan memberikan upeti. Sebuah kisah yang kalau diingat membuat penulis berkerut dahinya. Koq bisa punya ide seperti itu ?

Memang pemahaman dalam materi pelajaran yang diberikan saat bersekolah hari lepas hari akan ditentukan saat terima raport. Apakah bernuansa hitam ataukah berwarna merah menyala. Di situ akan menentukan langkah-langkah berikutnya yang harus segera diambil. Akankah tetap di dalam zona kenyamanan, ataukah bereaksi untuk melakukan perbaikan ke depannya, setelah melewati berbagai soal-soal materi pelajaran, rintangan, cobaan dan ujian.

httpswww.pexels.comid-idfotonomor-dekorasi-dinding-1329292
httpswww.pexels.comid-idfotonomor-dekorasi-dinding-1329292

Memang menjalani hidup di tengah persaingan yang makin meningkat dan kebutuhan hidup yang memburu, seakan sama saat bersekolah dulu dengan materi-materi pelajaran yang diperhadapkan. Bahkan irama untuk menjalani persoalan hidup rasanya jauh lebih keras daripada persoalan selembar raport sekolah. Karena ujungnya adalah sama. Lewat persoalan dan pelajaran-pelajaran kehidupan akan membuat kehidupan ini naik kelas dan naik ke jenjang yang lebih tinggi, atau malah tinggal kelas.

Bukan saja berkacamata untuk menilai dalam menghadapi kesulitan secara jasmani saja. Pada prakteknya kehidupan rohanipun harus dilewati dengan beberapa pencobaan dan ujian. Seperti halnya kejadian satu keluarga yang harus meninggalkan dunia nyata secara tragis dengan cara bunuh diri, hanya karena masalah hutang yang tidak bisa lagi dibayar. Apakah ini lepas dari nilai raport keimanan yang sesungguhnya ? Entahlah.

httpswww.pexels.comid-idfotokacamata-merah-di-permukaan-pink-1532244
httpswww.pexels.comid-idfotokacamata-merah-di-permukaan-pink-1532244

Dengan kata lain, secara kontekstual, arti sebuah raport dengan ujung naik naik kelas, dapat dilihat secara kasat mata sebagai sebuah pertumbuhan dan sampai sejauh mana kedewasaan rohani yang yang diperolehnya melewati cobaan-cobaan hidup. Meskipun bisa jadi saat menghadapinya akan bergitu sulit. Namun tentu saja Sang Khalik akan mengajarkan bagaimana cara melalui proses kehidupan itu untuk menjadi lebih kuat dan matang. Bahkan menjadi pemenang bukan pecundang.

Menjadikan ingatan seperti di refresh. Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan. Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun,

httpswww.pexels.comid-idfotosepasang-sepatu-kets-rendah-merah-putih-914929
httpswww.pexels.comid-idfotosepasang-sepatu-kets-rendah-merah-putih-914929

Tidak berlebihan rasanya kalau hidup ini seharusnya dijalani dengan koridor keimanan kepada Tuhan Sang Pencipta dengan iman dan logika yang benar. Tidak perlu terjadi peristiwa semacam ini terulang. Seorang ayah yang tega membanting anaknya hingga tewas, hanya karena anaknya yang sedang naik sepeda menyerempet teman mainnya di sebuah gang dekat tempat tinggalnya. Dimana rasa kasihnya ? Dimana imannya ? Dimana logikanya ? Tidakah sadar karena sebetulnya semua itu adalah ujian dan pencobaan dalam perjalanan hidupnya. Jadi mestikah harus tinggal kelas ? Begitu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun