Sekalipun hidup yang sedang dijalani penuh dengan kegetiran dan kepahitan, tidak semestinya berjalan dalam menunduk tanpa ada rasa percaya diri sedikitpun. Karena bukan berarti dengan jalan menunduk hidup ini penuh dengan kekalahan. Seperti kata bijak, sebab kesalahanku telah menimpa kepalaku; semuanya seperti beban berat yang menjadi terlalu berat bagiku. Kayaknya bukan ini yang Sang Khalik mau. Tetapi sebaliknya saat berjalan menunduk itu menggambarkan adanya kerendahan hati yang benar-benar meluap dari lubuk hati yang paling dalam.
Sewajarnya saja berjalan ataupun berlari dengan mata melihat terus melihat ke depan, ke samping, ke atas dan ke bawah. Tidak neko-neko. Melihat ke samping, siapa tahu ada kendaraan yang tiba-tiba saja nyelonong tanpa kendali. Melihat ke atas siapa tahu tiba-tiba ada pesawat helicopter yang jatuh menimpa. Atau juga melihat ke bawah, siapa tahu ada uang yang jatuh tercecer. Sudah sewajarnya hidup itu dinikmati dengan pandangan iman dengan ucapan syukur. Terlintas sebuah kalimat bermakna. Karena Tuhan merendahkan orang yang angkuh tetapi menyelamatkan orang yang menundukkan kepala. Begitu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H