Ini memang tidak sedang terkait masalah hak seseorang. Tetapi lebih cenderung kepada sikap hidup saat berhubungan dengan sesama antar umat manusia. Dan kembali ke cerita di atas, memang ada kecenderungan kelompok yang baik mendengarkan, atau yang tidak. Sepenggal cerita di atas, itu baru menunjukkan dengan hal yang berkaitan dengan konteks kedagingan dan nafsu duniawi. Bagaimana lagi kalau diperhadapkan dengan konteks yang berbau iman kerohanian dan Tuhannya, tetapi mendapat perlawanan dengan jawaban yang menohok ?
Sepertinya perlu bersekolah kembali dengan mata pelajaran budi pekerti dan sopan santun yang rasanya sudah hilang dalam tatanan kehidupan yang majemuk. Bagaimana pentingnya juga mengelola pengendalian diri dalam keseharian kita, agar kita tidak ikut larut dalam emosi saat berhadapan dengan seseorang yang menganggap dirinya selalu benar dan selalu di atas dan selalu tidak berkenan dalam menerima nasehat ataupun masukan yang posistip.
Seperti yang ada tertulis. Sampaikanlah perkataan-perkataan-KU kepada mereka, baik mereka mau mendengarkan atau tidak. Mendadak sebuah pertanyaan dari dalam lubuk hatipun muncul. Saya ini siapa ? Kamu itu siapa ? Kita ini siapa ? Begitu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H