Bukan suatu kebetulan buat penulis, melihat siaran langsung di hadapan mata tentang orang-orang yang sudah menjalani di usia yang lanjut, dengan segala asam garamnya. Dan ketika kita juga berjalan dengan segala keberadaan kita di hadapan Tuhan Sang Pencipta Alam Semesta, tidak menutup kemungkinan kita juga diperhadapkan dengan hal-hal yang berkaitan dengan usia manusia yang ada di sekeliling kita, dengan maksud menyadarkan seberapa jauh kita sudah melangkah dengan iman.
Ada memang, beberapa orang yang sudah menapak lanjut usianya tetapi masih dilingkupi dengan keluhan-keluhan yang rasanya paling berat dihadapi daripada orang lain. Tetapi saat ditanya dengan apa yang sedang dihadapinya, bisa jadi Tuhan juga sudah ribet menghadapi keluhan-keluhannya. Lalu Tuhan katakan, daripada berkeluh kesah sepanjang hari, apakah tidak lebih baik Aku panggil kamu pulang ? Dan anehnya saat itu, akan terjawab, jangan dulu Tuhan. Aku hanya bercanda koq. Hah…!!
Malam itu, ada dua potret kehidupan yang bisa penulis jepret lewat kamera ilahi. Dan itu bisa menjadikan bekal buat kami berdua melangkah hari lepas hari bersama. Seberapakah kita berani melangkah dalam usia tua dengan mendasari pada nurani diri sendiri.Karena sejatinya menjadi tua dengan orang lain itu indah, tetapi menjadi tua sambil jujur pada diri sendiri adalah hal yang Ilahi (Dodinsky).
Sambil menunggu anak bungsu membayar di kasir, rasanya membawa penulis untuk menjadikannya sebuah hari untuk bisa bercermin ke dalam masa depan yang belum terjalani. Tetapi itu sudah pasti. Seperti yang ada tertulis dalam Kitab Suci. Sampai masa tuamu Aku tetap DIA dan sampai masa putih rambutmu, Aku menggendong kamu. Aku telah melakukannya dan mau menanggung kamu terus, Aku mau memikul kamu dan menyelamatkan kamu. Begitu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H