Menyimak sedikit ke belakang dari sepenggal kisah dari Kitab Suci, seperti yang dialami Abram dan Lot dengan harta milik mereka yang amat banyak. Kondisi ini yang membuat karakter dan temperamen bisa berubah. Tetapi negeri itu tidak cukup luas bagi mereka untuk diam bersama-sama, sebab harta milik mereka amat banyak, sehingga mereka tidak dapat diam bersama-sama. Karena itu terjadilah perkelahian antara para gembala Abram dan para gembala Lot. Waktu itu orang Kanaan dan orang Feris diam di negeri itu.
Ini membuktikan bahwa dari jaman dahulupun, ketika sudah berbicara tentang harta, kekuasaan dan derajat bisa membutakan akan keberadaan sesama manusia. Ini baru bicara tentang manusia yang masih hidup. Bisa dibayangkan bagaimana kisruhnya saat berbagi warisan. Disinilah perlu mendinginkan kepala yang panas dengan mendasari hati yang tetap dingin. Sebuah teladan yang perlu dicontoh. Maka berkatalah Abram kepada Lot : Janganlah kiranya ada perkelahian antara aku dan engkau, dan antara gembalaku dan para gembalamu, sebab kita ini kerabat.
Menelisik sedikit, bagaimana sikap hati kita, ketika diperhadapkan dengan naiknya derajat kepemilikan. Entah kekayaan keuangan yang bertambah, entah harta yang bertambah, ataupun kekuasaan yang bertambah naik. Karena semuanya adalah uji coba dalam diri kita untuk tetap bisa mengendalikan keegoisan dan ketamakan. Masih sempat berpikirkah tentang apa yang harus dilakukan kepada generasi berikutnya ? Karena apa yang tertulis sebagai kalimat bijak, hikmat adalah sama baiknya dengan warisan dan merupakan suatu keuntungan bagi orang-orang yang melihat matahari. Jadi dimana posisi kita dihadapan Tuhan ?. Begitu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H