Mohon tunggu...
Herman Utomo
Herman Utomo Mohon Tunggu... Penulis - pensiunan

mencoba membangkitkan rasa menulis yang telah sekian lama tertidur... lewat sudut pandang kemanusiaan yang majemuk

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Terpeleset....

4 Juli 2023   11:55 Diperbarui: 4 Juli 2023   12:14 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemenuhan nafsu yang tidak terkendali buat sebagian orang bisa membuatnya terpeleset jatuh. Dan biasanya orang itu terpeleset jatuh bukan karena batu yang besar di hadapannya. Tetapi karena batu-batu kecil yang acapkali dipijak saat orang tersebut dalam kondisi lengah. Katanya ada tiga hal yang membuat seseorang jatuh karena terpeleset. Yaitu karena Harta , Tahta dan Wanita.

Memang tidak dipungkiri beberapa waktu belakangan ini, kalau kita sering mendengar dari berita yang bersliweran di media sosial ataupun dari berita di televisi. Betapa hancurnya karir seseorang yang dirintis dari bawah dengan bersusah payah, tetapi jatuh saat berada di puncak karir. Penyebabnya ? Bisa beberapa hal. Baik yang menyangkut karena akibat tidak tahan terhadap godaan Harta, Tahta maupun Wanita. Dan itu sudah ada berjalan sejak lama. Bahkan bisa jadi sejak kakek nenek kita belum lahir.

Menjadi menarik sebetulnya, karena siapa sih yang tidak ingin kaya dengan harta berlimpah sampai ke anak cucu ? Atau siapa sih yang tidak ingin punya jabatan tinggi yang bisa melakukan apa saja dengan fasilitas yang tersedia. Atau siapa sih yang tidak tergoda dengan wanita-wanita yang mengelilinginya karena semuanya sudah ada di genggaman ?

pixabay.com
pixabay.com

Bisa jadi saat kita sendiri mulai merintis karir dari bawah tidak ada masalah. Tetapi seiring berjalannya waktu dan karir kita makin naik, ada fase dimana kita mulai lupa siapa yang ada dibalik semua ini. Dan ini yang bisa membuat kita lengah. Karena mata kita mendadak menjadi kabur karena fasilitas yang sudah tersaji. Semuanya bisa terjadi dan dialami oleh siapa saja, kapan saja dan dimana saja. Dengan catatan kaki berhuruf teramat kecil untuk dibaca. Syarat dan ketentuan berlaku. Begitulah faktanya.

Adalah menarik membaca sepenggal kisah dari Kitab Suci, seorang yang bernama Gideon yang merintis karir dari bawah sampai pada akhirnya yang berakhir klimaks. Beberapa peperangan bisa dimenangkan bersama pasukannya. Sampai akhirnya datang satu ujian tentang posisi dan kedudukan atau tahta bisa dilewatinya dengan baik.

Sebuah kalimat terucap darinya. Aku tidak akan memerintah kamu dan juga anakku tidak akan memerintah kamu tetapi Tuhan yang memerintah kamu. Sebuah contoh yang harus ditiru dan diteladani yang dengan kerendahan hati dan penuh ketulusan. Karena dia sadar betul siapa yang membawa ke karir yang tertinggi pada saat itu, kalau bukan Sang Khalik Penguasa Alam Semesta.

pexels-pixabay-248077
pexels-pixabay-248077

Tetapi pada saat ujian kedua datang yang berkaitan dengan harta kekayaan, mulai ada kegoyahan dalam pola pikir Gideon. Apalagi saat itu emas menjadi barang yang teramat berharga. Sehingga selanjutnya Gideon meminta kepada semua orang akan hasil jarahan yang berupa anting-anting emas untuk dikumpulkan dan dijadikan baju efod. Langkah selanjutnya yang membuat miris adalah ketika dia menyuruh kepada semua pengikutnya yang diperintah untuk menyembah baju efod tersebut.

Sebuah tindakan mempelesetkan diri yang dilakukan dengan cara seksama dan dalam tempo yang singkat, karena merasa jabatan tahta yang disandangnya bisa untuk melakukan apa saja dan memerintah kepada siapa saja dengan cara membabi buta. Sekalipun tidak semua babi itu buta. Bisa jadi tidak terpikir olehnya akan konsekuensi logis yang bakal diterimanya, karena merasa sudah di atas angin. Ini layaknya jerat dalam hidupnya di hadapan Tuhan Yang Maha Kuasa, tanpa dia sadari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun