Mohon tunggu...
Herman Utomo
Herman Utomo Mohon Tunggu... Penulis - pensiunan

mencoba membangkitkan rasa menulis yang telah sekian lama tertidur... lewat sudut pandang kemanusiaan yang majemuk

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Perawatan....

8 Juni 2023   14:50 Diperbarui: 8 Juni 2023   14:54 344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pexels-arina-krasnikova-6663368

Bukanlah hal yang baru, kalau kaum perempuan bisa dikatakan mayoritas suka merawat tubuhnya sendiri. Berbeda dengan kaum lelaki yang seringkali justru mau tampil apa adanya. Boro-boro mau merawat tubuhnya. Karena seharian sudah berkutat dengan pekerjaannya. Dengan tujuan mulia mencari sesuap nasi dan segenggam berlian.

Ini masih berhubungan dengan tiga tulisan penulis sebelumnya. Dan sambil memperhatikan dua orang teknisi yang mulai sibuk memasang cylinder head yang barusan dibeli di black market, kembali obrolan dimulai pagi ini. Rasanya bukan rahasia umum lagi buat para teknisi bengkel mobil, ketika diperhadapkan dengan spare parts segala jenis merk mobil yang sedang mengalami masalah. Pertimbangan ekonomi permilik mobil, yang membuat jalur pintas black market banyak peminat.

Memang, dibanding dengan harga spare parts di dealer, terpautnya cukup jauh. Apalagi masih dibebani biaya bongkar pasang, biaya service dan biaya lain. Belum lagi tercantum biaya pajak. Si bos bengkel sambil menyeruput segelas kopi, kembali menambahkan cerita yang membuat wawasan penulis makin terbuka. Bagaimana keberadaan mesin ataupun spare parts apapun jenis mobilnya bisa berada di black market dengan istilah ex Singapore, bisa beredar.

pexels-chevanon-photography-1108101
pexels-chevanon-photography-1108101

Jadi, bukan hanya kaum hawa saja yang perlu perawatan bodinya. Kendaraan tunggangan kitapun selayaknya perlu mendapat perawatan rutin juga. Di tengah obrolan dengan si bos bengkel, penulis sempat dibuat kaget ketika seseorang tiba-tiba datang. Rasanya dari gerak tubuhnya dan wajahnya, penulis cukup mengenalnya. Dan ternyata benar. Orang tersebut adalah kawan yang lebih dahulu pensiun selisih satu tahun dengan penulis. Pakaiannya begitu lusuh dengan raut wajah yang tampak muram.

Saat penulis sapa dengan jabat tangan erat, sehat ? Dia hanya hanya tersenyum sambil berkata, saya baru keluar dari rumah sakit. Penulis kenal dengan kawan ini karena dia orang lapangan yang boleh dikatakan bekerja di tempat yang basah senantiasa. Ibarat apapun yang dikehendaki, karena jabatannya, bisa diperoleh dengan mudah. Sungguh, rasanya sepanjang waktu saat kawan ini berdinas, tidak pernah kekurangan.

Sambil matanya menerawang jauh, dia mulai bercerita dengan terbata-bata. Kawan ini bercerita, kalau dirinya dirawat beberapa hari di sebuah rumah sakit, karena diagnosa dokter menyatakan kawan penulis ini terkena depresi berat. Belum lagi penulis bertanya, kawan ini sudah mendahului, kalau ini akibat tidak siapnya menerima kenyataan bahwa dia sudah pensiun. Yang berujung pada faktor pemasukan yang boleh dikatakan jungkir balik dari masa sebelumnya.

pexels-pixabay-262075 (1)
pexels-pixabay-262075 (1)

Memang bagi seorang Aparatur Sipil Negara dan yang memiliki jabatan apalagi di tempat basah, dan tidak merasa siap meninggalkan kursi jabatannya, mendengar kata pensiun saja  adalah seperti momok yang menakutkan. Apalagi yang sudah terbiasa bergelimang dengan uang dan kekuasaan. Mungkin berbeda dengan strata yang ada di golongan bawah, yang memang sudah terbiasa hanya menerima gaji dan tunjangan saja. Tanpa ada embel-embel tanda tangan basah.

Sejujurnya, memang kadangkala kita sendiri sepertinya lupa, kalau apa yang kita miliki, harta yang melimpah dan jabatan atau karir yang bagus itu adalah berkat dari Sang Khalik. Bahkan seringkali kita malah kebablasan dengan mengklaim bahwa semua itu adalah hasil keringat sendiri. Dan itu yang terjadi diantara kawan-kawan sekerja dahulu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun