Jadi dimana benang merahnya dalam konteks perjalanan hidup kita, saat-saat tidak mendapatkan konfirmasi dari Tuhan Semesta Alam, padahal perlu segera mendapat jawaban ? Sudah semestinya introspeksi perlu dilakukan segera lewat tatanan yang benar. Karena sesungguhnya, tangan Tuhan tidak kurang panjang untuk menyelamatkan, dan pendengaran-NYA tidak kurang tajam untuk mendengar; tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat DIA menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga IA tidak mendengar ialah segala dosamu.
Bahkan, seperti fakta dan realita kejadian di atas, penyebabnya juga bisa ditelusuri. Sebab tanganmu cemar oleh darah dan jarimu oleh kejahatan; mulutmu mengucapkan dusta, lidahmu menyebut-nyebut kecurangan. Sebuah kalimat yang begitu sederhana, tetapi implikasinya begitu hebat akan peranan hidup kita.
Artinya, pada saat kita mengalami jalan buntu di dalam sebuah masalah, jangan buru-buru menyalahkan orang lain dan mencari kambing hitam, atau mencari pembenaran diri sendiri atau bahkan malah mempersalahkan Sang Khalik yang tidak segera menolong. Karena sejatinya bisa saja kesalahan ada pada diri kita sendiri, yang tidak mau menyadari dan mengakuinya akibat keangkuhan dan kesombongan kita sendiri.
Menampilkan bayangan lewat cermin realita, sejauh manakah kita sudah melangkah, sejauh manakah kita menyadari kesalahan kita di hadapan Tuhan Semesta Alam, dan sejauh manakah kita mau melakukan tindakan pertobatan dan siap untuk berbalik kembali kepada Sang Khalik. Sehingga komunikasi kembali terjalin ? Begitu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H