Mohon tunggu...
Hermanto Hermanto
Hermanto Hermanto Mohon Tunggu...

Hanya sebutir pasir ...

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Pola di Balik Doa Bapa Kami

21 Desember 2009   17:37 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:50 1685
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Namun ada satu perbedaan yang menyolok. 10 Perintah Allah bentuknya adalah perintah, yakni suatu bentuk komunikasi yang datang dari atas ke bawah. Sedang doa, sama sekali bertolak belakang. Doa adalah suatu bentuk komunikasi yang datang dari bawah ke atas. Mengapa demikian? Jika hendak memparalelkan, mengapa tidak membuat perintah yang baru saja, yang sama-sama memakai bentuk komunikasi dari atas ke bawah? Kami hanya bisa menduga di sini. Adalah satu kemungkinan bahwa perbedaan ini dimaksudkan untuk menunjukkan suatu perubahan, dari yang lama menjadi yang baru. Jika ini benar, berarti Yesus adalah tokoh yang membawa pembaharuan, yang melakukan perubahan. Dan ini adalah dugaan beberapa orang pada jaman itu, bahwa Yesus hendak mengubah hukum Taurat, yang mana hal ini ditampik oleh Yesus. Ini membawa kami kepada satu interpretasi lain yang menarik. Kami mencoba menggabungkan dua entitas ini menjadi satu kesatuan, dan kami mendapatkan bahwa kedua bentuk komunikasi ini adalah saling melengkapi. Jika perintah digabung dengan doa, maka yang terjadi adalah sebuah keutuhan. Yang dari atas ke bawah digabung dengan yang dari bawah ke atas, maka akan menjadi satu bentuk lingkaran sempurna. Dari atas ke bawah, dari bawah kembali ke atas. Suatu bentuk yang menarik. Jika dipandang dari sudut ini, maka Doa tsb dalam satuan waktu yang lebih panjang, bukanlah sebuah perubahan, namun sebuah penggenapan / bersifat melengkapi / menyempurnakan. Yesus menjadi seorang tokoh yang bukan melakukan pembaharuan, melainkan adalah tokoh yang menggenapi. Kami jadi teringat akan perkataan Yesus bahwa ia tidak datang untuk mengubah hukum Taurat, namun untuk menggenapinya.

Sebenarnya, dengan memparalelkan Doa Bapa kami dan 10 Perintah Allah, mau tak mau ada 1 hal lagi yang sedang diparalelkan, yakni Yesus sendiri. Doa Bapa Kami diberikan oleh Yesus. Dalam hal ini, Yesus diparalelkan dengan siapa? Hal ini dapat menjelaskan tentang asal mula kepercayaan Kristen tentang Yesus dan fungsi perantara dalam agama ini. Jika hal ini adalah kesengajaan dari Matius, maka kita dapat melihat sekilas seperti apa worldview dari penulis tsb, dan bagaimana pengaruh worldview dia dalam pembentukan iman orang kristen.

KETERBATASAN
Kami menyadari keterbatasan2 kami. Kami menggunakan teks bahasa Inggris versi NIV saja, yang melaluinya kami mencoba menangkap makna apa saja yang dapat kami gali. Kami juga bukan mahasiswa dalam bidang ini. Kami juga belum menggumuli buku ini secara lengkap. Jadi tulisan ini muncul sejalan dengan proses kami membacanya, dimana kami menempatkan diri seolah2 sedang berada di sana dan sedang mendengarkan. Kami mencoba memahami apa yang sedang kami dengar itu dengan cara pemahaman yang kami miliki sekarang, dan melihat apa artinya dari sudut pandang kami. Kami memberanikan diri melakukan hal ini karena meyakini bahwa pada saat itu Yesus sedang berbicara pada masyarakat umum, yang kami percaya pendidikannya rendah, dan ternyata mereka mengerti apa yang dikatakan Yesus. Dengan dasar ini kami memberanikan diri berusaha mengerti isi dari perkataan Yesus yang kami percaya seharusnya cukup sederhana. Ini adalah dasar keberanian kami menyelidiki isi dari Doa ini, yang sampai sejauh ini bahkan belum kami bahas sama sekali. Jika memungkinkan, kami akan menuliskannya dalam kesempatan yang lain. Di sini terjadi interaksi antara worldview sang tokoh (Yesus), sang penulis (Matius), dan pembaca (yaitu kami), serta sang pemberi inspirasi, bagi yang mempercayainya.

KESIMPULAN
Kami menyadari bahwa manusia memiliki kecenderungan untuk melihat pola dalam segala sesuatu, meskipun terkadang sesuatu itu adalah murni sebuah keacakan. Pola yang kami lihat dalam doa ini bisa jadi suatu kebetulan, bisa jadi sebuah kesengajaan. Jika ini kesengajaan, maka bisa jadi ini adalah kesengajaan dari Matius sebagai penulis, ataupun kesengajaan dari sosok supranatural lain yang dipercaya ada dibalik penulisan ini, bagi yang mempercayainya. Jika kesengajaan ini benar ada, maka kemungkinan besar Doa Bapa Kami ini sedang diparalelkan dengan 10 Perintah Allah. Jika ini benar, maka tujuannya adalah untuk meletakkan Doa ini pada suatu signifikansi yang tinggi: Doa ini penting. Lebih penting dari yang dibayangkan oleh kebanyakan pemeluk agama ini sendiri. Dan jika demikian, maka konsekuensinya, Doa ini harus dihayati lebih lagi dan diwujudkan ide2nya dalam kehidupan nyata.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun