(kalimat tambahan 1 di bagian kedua)
Pimpin kami supaya tidak jatuh dalam godaan (kalimat utama 3 di bagian kedua)
Bebaskanlah kami dari yang jahat (kalimat tambahan 2 di bagian kedua)
Kami melihat bahwa ada suatu pola dalam Doa ini. Pola pertama adalah: doa ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yakni yang kami sebut bagian pertama dan bagian kedua. Bagian pertama didominasi oleh kata "Mu," yakni kata yang merujuk pada Tuhan. Bagian kedua didominasi oleh kata "kami," yang merujuk pada manusia. Jadi bagian pertama diperuntukkan bagi Tuhan, dan berpusat pada Tuhan; sedang bagian kedua diperuntukkan bagi manusia, dan berpusat pada manusia.
Mengapa demikian? Kami melihat ini sebagai pembagian 2 dimensi, yakni dimensi rohani, dan dimensi lahiriah, dimana dimensi rohani dianggap sebagai realita besar / semesta dan dimensi lahiriah ada di dalamnya. Dimensi rohani lebih diutamakan oleh Yesus.
Pola kedua adalah: doa ini terdiri dari 1 kalimat pembuka, 3 kalimat utama bagian pertama, dan 3 kalimat utama bagian kedua, atau dapat dikatakan doa ini adalah sebuah syair dengan pola 1-3-3, yang jika dijumlahkan akan memunculkan angka 7, sebuah angka yang menarik. Kemudian, jika menggunakan pembagian kalimat seperti yang kami lakukan di atas, maka jumlah kalimat keseluruhan dari doa ini adalah 10, suatu angka yang menarik juga, meskipun kami sadar bahwa pembagian kalimat seperti di atas tidaklah mutlak dan bukan satu2nya cara yang mungkin.
PARALELISME
Sering sekali kami melihat bahwa Matius sebagai penulis buku ini bekerja dalam bentuk pola2 dan simbol2. Sering sekali Matius memparalelkan kehidupan Yesus dengan kejadian2 yang ada di buku Perjanjian Lama. Berkenaan dengan doa ini, tak urung kami terbayang akan suatu bentuk yang ada di Perjanjian Lama yang bisa diparalelkan dengannya. Apa yg memiliki dua bagian seperti itu di Perjanjian Lama? Yakni 10 Perintah Allah.
Sepuluh Perintah Allah juga memiliki dua bagian, yang satu berbicara berkaitan dengan Tuhan, yang satunya lagi berkaitan dengan manusia. Ini adalah persamaan yang pertama. Jika pembagian Doa Bapa Kami yang kami lakukan dapat diterima, maka isi kalimat Doa tersebut ada 10, yang tentunya sama dengan jumlah perintah dalam 10 Perintah Allah, dan ini adalah persamaan kedua. (Kami akui bahwa persamaan ini tidak terlalu kuat, mengingat pembagian kalimat doa tsb bisa dilakukan secara berbeda.) Persamaan ketiga adalah bahwa 10 Perintah Allah diberikan di atas gunung, dan Doa ini diberikan di atas bukit - suatu kebetulankah?
Jika memang ada kesengajaan memparalelkan Doa Bapa kami dengan 10 Perintah Allah, maka mungkin tujuannya adalah ingin mengangkat Doa ini ke suatu level signifikansi tertentu - setinggi signifikansi 10 Perintah Allah dalam kehidupan masyarakat Yahudi. Kami tahu bahwa Taurat Musa berpusat pada 10 Perintah ini. Mungkinkah Matius ingin mengatakan bahwa Doa ini dapat menjadi pusat / kesimpulan dari ajaran Yesus?