Kalau hanya sekedar menghidupi daerah mengandalkan remitansi dari yg katanya pahlawan devisa, buat apa ada kepala daerah? Bukankah kepala daerah itu tugasnya membuat, mengembangkan dan meningkatkan sumber kehidupan di wilayah kerjanya?
Yg dibanggakan kepala daerah mestinya adalah setiap tahun semakin berkurang remitansi ke daerahnya karena para buruh migran sudah kembali pulang ke kampung. Mereka sudah mendapatkan kembali gula yg dulu hilang dihalaman rumahnya. Walaupun manisnya gak sesedap diperantauan namun rasa manis di rumah sendiri adalah lebih nikmat dicicipi bersama sanak saudara.
Bukankah mangan ora mangan sing penting ngumpul. Tapi lebih nikmat kalau mangan walau sitik sing penting ngumpul lan bahagia.
Aku teringat pesan bapak Presiden saat memanggil seluruh kepala daerah di Indonesia ke istana negara. Para Bupati, Walikota, Gubernur berkumpul diberikan pengarahan dalam rangka penyusunan APBD tahun depan. Beliau berkata, "menyusun APBD bukanlah membagi habis seluruh anggaran secara merata kepada SKPD, Dinas dan Suku Dinas.Â
Penyusunan APBD harus dengan konsep politik anggaran untuk menyejahterakan rakyat. Tetapkan kebijakan bahwa 60 % anggaran harus diperuntukkan bagi pembangunan infrastruktur daerah khususnya infrastruktur di bidang produksi dan padat karya agar tercipta lapangan kerja yg lebih luas."
Aku percaya bila semua kepala daerah punya visi dan misi yg sama dalam membangun daerahnya maka kantong2 kemiskinan akan hilang dan suatu saat tidak hanya juminten dan teman2nya yg kembali pulang tapi juga Laudya dan para selebritas lainnya yg telah tertambat juga kembali ke tanah air membawa suami asingnya karena negeri ini terlalu manis utk ditinggalkan.
Dan para pemuda Indonesiapun akan tegak dagunya melemparkan senyum imut terbaik karena para gadis cantik idamannya tidak pergi kemana-mana bahkan para pemuda bermufakat utk menggaet hati artis-artis jiran juniornya Datin Siti Nurhaliza.
Tulisan ini telah diposting di blog pribadi penulis di http://catatanhermansyahsiregar.blogspot.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H