Mohon tunggu...
Hermansyah Siregar
Hermansyah Siregar Mohon Tunggu... Administrasi - ASN

Menguak fakta, menyuguh inspirasi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

PPKI ala Milenial

13 April 2018   21:36 Diperbarui: 13 April 2018   22:19 1064
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

PPKI Milenial

Berlin, 25/02/18. Tahun 2018 ini dipandang sebagai tahun politik karena negara kita akan mengadakan pilkada serentak di seluruh Indonesia. Berkaca pada pilkada DKI tahun lalu, yg hanya memilih guna menentukan 1 pasangan kepala daerah saja telah membuat masyarakat kita terbelah.

Isu SARA apakah by design atau tidak berseliweran di lini masa. Media massa ada yg tetap menjaga kenetralannya namun tidak sedikit yg bias.

Setiap warga apakah itu warga DKI atau luar DKI yg nyata-nyata tidak mempunyai hak pilih juga turut ambil bagian menjelma sebagai reporter reshare berita di medsos yang kerap tidak tahu lagi apakah valid atau hoax. 

Sepanjang isi berita mampu menyenangkan syahwat afiliasi politiknya maka masa bodo itu patut, saru atau kebablasan. Fenomena post truth mulai merambah alam pikiran netizen.

Yang penting bila sudah memposting berita maka tunailah sudah kewajiban membela identitas keagamaannya. Membela agama adalah suatu kewajiban suci katanya. Tweetwar dan postingwar di medsos merupakan ladang ibadah baru jika tidak ingin disebut kaum bigot.

Pertemanan banyak yg buyar, persaudaraan menjadi renggang, whatsapp group banyak yg tamat atau setidaknya sebagian membernya left. Ada yg mohon pamit baik-baik karena sudah merasa tidak nyaman dgn obrolan yg tak tentu arah. Ada yg sebelum pamit ngamuk-ngamuk dahulu kemudian left hilang ditelan jaman dan ada pula yang tiba-tiba left silently tanpa kabar berita.

Apakah setelah berlalunya pilkada, mereka kembali rukun?

Rasanya masyarakat kita belum sedewasa itu menyikapi perbedaan pandangan politik dan menganggap kontestasi tersebut ibarat suatu permainan yg bila pluit wasit bertiup maka usai sudahlah pertandingan. Pemain yg kalah dan menang saling salaman dan berangkulan.

Bila yg kalah tidak puas masih terbuka kesempatan lain membalas kekalahannya pada bigmatch berikutnya. Biarkanlah yg menang menikmati kemenangannya sembari diingatkan janji kampanyenya kepada warga.

Demikian juga penonton dan supporter. Cukup ratapi kekalahan tsb dengan memegang kepala dan menutup muka dengan kedua belah tangan sembari membiarkan pihak yg menang merayakan kemenangannya dengan elegan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun