Mohon tunggu...
Herman Susilo
Herman Susilo Mohon Tunggu... Human Resources - Pegiat sosial yang menyukai dunia sumber daya manusia

Love being husband & father of three. Enjoying social works, human relations & strategic management

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Duh, Program Keluarga Harapan (PKH), Akankah Berlanjut?

10 November 2017   03:56 Diperbarui: 10 November 2017   10:51 7115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

FGD 20 November 2014 menjadi saksi betapa berharganya PKH di tengah beragam bantuan sosial pemerintah saat itu. PKH dianggap masih sejalan dengan 3 Kartu Sakti yang diluncurkan dalam rangka membangun keluarga produktif.

Seluruh pembicara bersemangat dan bersepakat bahwa bantuan tunai bersyarat PKH mampu memberi dampak positif pada perubahan perilaku keluarga kurang mampu. PKH juga dinilai efektif pada penurunan angka ketimpangan (gini ratio) di Indonesia.

PKH harus dilanjutkan dengan berbagai catatan perbaikan di antaranya mekanisme validasi, penguatan verifikasi, implementasi Family Development Sessiondalam pendampingan, dan sistem informasi yang lebih reliable dan up-to-date. Lebih lengkap lihat "Kata Pakar Tentang PKH".

Leverage factor
Satu hal yang menarik adalah keterlibatan aktif Menteri Sosial dalam FGD. Pejabat negara yang rela menyediakan waktu dan pikiran bersama-sama menyimak dan memberi masukan atas diskusi yang berlangsung gayeng tersebut. Membuat acara menjadi lebih hidup.

Menteri Sosial RI Khofifah Indar Parawansa | doc. kemsos.go.id
Menteri Sosial RI Khofifah Indar Parawansa | doc. kemsos.go.id
Tipe make sure leader. Memastikan A to Z berfungsi efektif, mengantisipasi hal-hal detil yang kadang luput dari perhatian, sekaligus melakukan improvement atas program yang disorot mata dunia ini. Hingga lahir keyakinan tentang kebermanfaatan program. Muncul haqqul yaqiinyang memantik semangat Ketua Muslimat NU tersebut dalam membela dan memperjuangkan PKH. Cadas!

Maka tak heran jika 3 tahun kemudian PKH menjadi raksasa. Jangkauannya makin luas di semesta nusantara. Ada lompatan sejarah pada tahun pertama kepemimpinannya, penerima PKH bertambah 800 ribu menjadi 3,5 juta Keluarga Penerima Manfaat (KPM) pada 2015. Tahun berikutnya bertambah lagi 2,5 juta keluarga menjadi total 6 juta KPM. Dan puncaknya target tahun 2018 peserta PKH ditambah 4 juta keluarga menjadi total 10 juta KPM. Fantastis!

Ia telah berhasil mengerek seluruh energi pelaksana PKH from something to everything. Dari samar-samar menjadi bingar. Dari 'salah satu' menjadi 'sesuatu'. Bahkan ia pun berhasil menjadi faktor pengungkit (leverage factor) berbagai kekuatan untuk makin membesarkan PKH. Hingga PKH menjelma menjadi tulang punggung program bantuan sosial di Indonesia.

Tipe-tipe seperti inilah yang menjadi pahlawan tanpa kenal lelah. Suka dukanya, susah senangnya selalu demi menjaga eksistensi program. Bahkan melebihi batas kebiasaan manusia umumnya.

Nah, jika sekarang PKH makin ramai, jangan pernah mencederai amanahnya! Jangan usik demi kepentingan pribadi belaka! Jika ada pihak yang sengaja ingin merusak PKH, tenggelamkan saja!

Lebih baik menjaga kebermanfaatannya. Tetaplah menjadi pahlawanuntuk mereka yang membutuhkan. Jadilah leverage factor untuk kemajuan program. Dan mari lebih giat berbuat yang terbaik agar keberlanjutan PKH menjadi sebuah keniscayaan.

Semangat para pahlawan, salam PKH!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun